Chapter 1t

16.1K 241 10
                                    

"Apa? Tidur bersama?" Yuri melonjak dari tidurnya dan berfikir beberapa saat.

"Huh..tenang azaki yuri, bukankah semua orang yang sudah menikah tidur bersama dalam satu kamar." Yuri menghela nafas lalu memandang tempat tidurnya yang hanya berjarak kurang dari satu meter dengan tempat tidur riyu.

~ Bring-bring tot bring-bring tot ~

"Moshi-moshi." Yuri mengangkat ponselnya yang tergeletak di atas meja samping tempat tidurnya.

"Moshi-moshi, sayang bagaimana kabar kalian?"

"Kami baik-baik saja, ibu Kenapa baru menghubungi aku?" Kata yuri cepat.

"Syukurlah, maaf sayang tas tangan ibu baru saja ketemu."

"Memangnya ibu meletakannya di mana?" Yuri menepuk jidat mengingat sifat pelupa ibunya.

"Tertumpuk barang-barang saat tiba kemarin. Apa kau sudah memasak untuk suamimu?"

"A..apa?"

"Dengar sayang, kau harus memperhatikan waktu makan dan ìstirahat suamimu. Biasanya laki-laki selalu lupa hal penting seperti itu bila sedang sibuk dengan pekerjaannya." Kata ibunya panjang lebar.

Yuri ingat tadi malam riyu baru tidur jam setengah tiga dini hari karena mengerjakan pekerjaannya.

"Sayang kau dengar tidak apa yang ibu katakan?"

"Iya bu."

"Ya sudah ibu mau pergi berbelanja dahulu. O ya sebentar lagi musim dingin jangan lupa memakai pakaian hangat yang tebal, ibu tidak mau kau sakit." Nyonya azaki nampak khawatir.

"ìya bu, aku rindu padamu." yuri jadi sedih.

"Ibu juga sayang, baik-baik dengan riyu ingat kau harus menurut padanya. Nanti ibu hubungi lagi."

"Ya sampai nanti." Yuri menutup ponselnya, hatinya sangat sedih karena merindukan ibunya.

"Beruang.. Aku ingin ibuku.." Yuri memeluk bonekanya lalu menangis.

Beberapa saat kemudian.

"Hei kenapa kau menangis?" Riyu meletakan tasnya di meja belajarnya lalu segera menghampiri yuri.

"Tidak apa-apa. Kau sudah makan? Aku akan memasakan sesuatu untukmu." Yuri bangkit lalu menghapus air matanya dengan kasar.

Riyu menatapnya heran kenapa pikirnya.

"Apa kabar menantuku?" Tiba-tiba bibi yoroshii menyambut di ruang santai, Yuri jadi kaget.

"Ya ampuun kenapa matamu sembab begini?" Bibi yoroshii memperhatikan mata yuri.

"Riyu...!! Apa yang kau lakukan pada istrimu hah? Kenapa kau membuatnya menangis?" Bentak bibi yoroshii sambil menjewer telinga riyu.

"Aw..aw.. Ibu lepaskan.. Bukan aku..bukan." Riyu meringis kesakitan.

"Kalau bukan kau siapa lagi..!" Bibi yoroshi semakin menarik telinga riyu.

"A..aku rindu ibuku.. Huwaaa...!!" Yuri tidak dapat menahan air matanya lagi lalu menangis dengan keras.

"Aduh cup cup jangan menangis sekarang bibi ini ibumu juga." Bibi yoroshi segera memeluk yuri.

"Benarkan bukan aku." Gerutu riyu sambil mengusap telinganya.

Bibi yoroshii cuek saja mendengar gerutuan riyu.

"Sudah jangan menangis lagi yah, ah yuri kau mirip sekali dengan ibumu. Apa kalian mau mendengar cerita tentang masa kecil ibu kalian?" Bibi yoroshi mengajak yuri duduk.

"AKU MAU..!!" Kobe mendekat sambil berteriak.

"Kenapa kau teriak di dekat ku hah?" Riyu menutup telinganya, kobe tertawa pelan.

"Ah kau sudah datang kobe, mana nasi karenya? Cepat-cepat kita makan ibu sudah lapar." Bibi yoroshii melihat tempat makanan susun yang di bawa kobe.

Yuri sudah berhenti menangis, berada di pelukan ibu riyu terasa nyaman seperti memeluk ibunya sendiri.

"Nah ini untukmu kobe, ini untuk ibu dan ini untuk kalian." Bibi yoroshii menyerahkan satu kotak yang agak besar pada yuri dan riyu.

"Ibu kenapa?"

"Kalian kan pengantin makan satu tempat berdua saja tidak apa-apakan? Suami istri itu harus berbagi dan saling mengerti dalam suka dan duka, jadi belajarlah mulai sekarang." Bibi yoroshii tersenyum melihat riyu yang perotes lalu malu-malu begitu pun yuri.

"Ha..ha..ha.. Kalau malu-malu begitu kalian terlihat lucu." Kobe tertawa terpingkal-pingkal.

'Pletaaak'

"Diam." Riyu memukul kepala kobe lalu mulai memakan nasi karenya.

"Dasar pasangan aneh kenapa kalian selalu memukul kepalaku sih?." Kobe cemberut riyu dan yuri diam-diam tersenyum melihatnya.

"Sudah-sudah jangan ribut."

Bibi yoroshii tersenyum melihat riyu dan yuri mulai memakan makanannya.

"Jadi bagaimana masa kecil ibu?" yuri bertanya.

"Ah ibumu dan aku berteman sejak kecil begitupun ayahmu dan ayah kau riyu." Bibi yoroshii mulai bercerita dan mereka mendengarkan dengan serius. Sesekali mereka tertawa bersama. Kobe dan riyu juga sesekali bertengkar seperti anak kecil. Yuri tersenyum melihat kehangatan keluarga seperti ini, karena yuri dan orang tuanya anak tunggal jadi tidak pernah seramai ini bila sedang berkumpul.

~Beberapa jam kemudian~

Bibi yoroshii memakai mantelnya "Ibu pulang dulu, riyu jaga yuri baik-baik."

Riyu mengangguk.

"Ibu menginap saja di sini." Yuri menyerahkan tas yang di pegangnya.

"Lain kali saja yuri, ayah masih sibuk dengan pekerjaanya jadi tidak ada yang memaksanya tidur bila sudah larut malam. kobe cepat sedikit pamanmu nanti cemas." Bibi yoroshii berteriak.

"Ya sebentar." Kobe memakai jaket riyu.

"Hei kenapa kau memakai jaketku." Riyu kaget.

"Pinjam.." Kobe berlari.

"Yah ibu lihat dia menyebalkan." Riyu sewot.

"Sampai jumpa yuri." Bibi yoroshii tertawa tidak menghiraukan riyu.

"Ya ibu, hati-hati di jalan." Yuri menutup pintu pelan dan tersenyum melihat riyu yang cemberut.

"Kenapa wajahmu aneh seperti itu?" Yuri menggoda riyu. 'Huh kapan terlihat jeleknya? Ah suamiku. Ops apa yang ku pikirkan' Pikir yuri di hati.

"Aku kesal, dia tidak pernah mengembalikan barang yang di pinjamnya." Riyu berjalan ke arah balkon. 'Hmm...pantas saja riyu kesal seperti itu' Kata yuri di hati sambil mengikuti riyu duduk di balkon.

"Telingamu masih sakit? Emm maaf yah?"

Early weddingWhere stories live. Discover now