"Lo nggak papa?"
"Nggak kok." jawab Dania ingin bangkit. Rahmat membantunya. Segera Dania membersihkan debu yang menempel di bajunya.
"Maaf ya Dan."
"Iya kalem aja." Dania meneliti lagi ke stand wayang golek itu. Syukurlah Erfan masih ada disana. "Gue kesa...." omongannya terpotong Rahmat.
"Lo mau kemana? Gue anter. Mau shopping kan?"
"Ah iya tapi gue mau.... Loh?" Dania heran saat ia menatap stand lagi Erfan sudah hilang.
"Kenapa?" Rahmat ikut menoleh ke arah Dania memandang.
Dania menunduk. Kenapa secepat itu ia pergi?
"Ayo kita ke toko souvenir Mat."
Billa House namanya. Toko souvenir paling laku di daerah sini. Selain barangnya yang lucu harganya juga sangat ramah di dompet.
Dania membeli manik-manik kecil untuk tugas kerajinannya nanti. Rahmat hanya melihat-lihat saja.
"Gue boleh kan mampir ke rumah lo dulu?" tanya Rahmat saat menaiki motornya.
"Hmm? Yaudah ayo."
Dania naik, dan mereka melaju dengan tancap gas.
Sesampainya di rumah Rahmat dipersilahkan duduk di ruang tamu, sedangkan Dania mencari Dani agar membuatkan minuman untuk Rahmat.
Dania sudah mencari ke setiap sudut rumah. Namun batang hidung Dani tidak terlihat sedikitpun.
Dania cek hp. Ada satu Whatsapp dari Dani. 2 jam yang lalu.
"Gue pulang dulu ya. Mau cek adek gue. Kasian kalo dia belom makan. Lo tau sendiri kan gue yatim piatu."
Dania membuat segelas kopi yang sebelumnya telah di request Rahmat.
"Lo tiap hari home alone gini? Gak ada pembantu atau semacamnya gitu?" kata Rahmat saat Dania datang dan duduk dihadapannya. Ucapan Rahmat memang sengaja seperti menjurus agar Dania menceritakan tentang Dani.
"Kalo dari pagi sampe sore sih iya. Mamah sama kakak gue kan kerja."
"Masa hari sabtu gak libur sih?"
"Kak Tya lagi banyak kerjaan. Kalo Mamah dia ada jadwal ngajar di sekolah yang lain."
"Em gitu. Gak ada pembantu ya?"
"Nggak. Cuman adanya tukang kebun."
"Yes akhirnya dia ngomong tentang si Dani juga." -Rahmat
"Tukang kebun? Kenapa gak sekalian pembantu aja biar lebih ngebantu beresin pekerjaan rumah yang lain?"
"Dia juga suka bantu kok."
"Em ya ya. Terus sekarang mamang tukang kebun itu kemana? Kok nggak keliatan?"
"Namanya Dani. Barusan dia izin pulang dulu."
"Iyalah pasti izin orang si Erfan yang lo liat tadi itu si Dani." -Rahmat
"Dan." Rahmat menghampiri, duduk disamping Dania.
Dania menjawab hanya dengan tatapan sekilas.
Wajah Rahmat semakin mendekat. Semakin dekat hingga tubuh Dania mentok di punggung sofa.
"Em Mat gimana kalo kita nonton DVD aja?" Dania berusaha keluar dari suasana menegangkan itu. Rahmat mundur sedikit. Ia tampak mikir.
"Hmm boleh juga." jawabnya tersenyum nihil.
"Aduh salah ngomong nih gue. Tau sendiri kan kalo suasana nonton film lebih ambigu daripada suasana saat ini. Bego bego bego!!!" -Dania
Brummm...
Dani parkir depan rumah. Posisi ibunya sudah menanti di depan pintu.
"Ada apa Bu?" tanyanya menghampiri
"Kamu semalam dari mana Erfan Suswanto anak ibu paling ganteng sedunia?" Ibunya menyilangkan tangan.
"Em maaf aku gak ngabarin dulu sebelumnya. Semalem Erfan pesta bantal sama De Bawangs."
"Pesta bantal. Kayak perawan aja! Gak bohong kan kamu?"
"Enggak bu hehe."
"Yaudah cepetan mandi. Ibu udah masak makanan kesukaanmu."
"Siap Ibu negara." Erfan sumringah. Ia lantas masuk dan berlari ke dapur bukan ke kamar mandi dulu.
"Kayaknya pihak sekolah gak telpon Ibu tentang gue yang dikeluarin. Syukurlah." bisiknya seraya membuka tudung saji.
Ikan bakar gosong dan sambel geprek dilahapnya. Satu piring nasi tak cukup baginya, ia nambah 2 piring nasi lagi.
Ikan bakar gosong?
Iya gosong. Baginya ikan bakar gosong buatan ibunya lebih kriuk dibanding chicken diluaran sana.
Erfan cegukan. Lekas ia segera minum satu teko air teh yang ada didepannya.
"Kebiasaan deh kamu kalo makan. Awas cucuknya ketelen." Ibu datang untuk membawa kaleng kue lalu pergi setelahnya.
Erfan sudah kenyang. Alhamdulillah. Ia pergi ke kamar dan merebahkan diri.
Sidik jarinya membuka lock screen hp. Ia menelusuri Galeri untuk mencari foto Dania.
Eh.
Dania? Entah kenapa ia reflek kepikiran Dania seperti ini.
Klik.
Batinnya tersenyum. Bibirnya tentu saja.
"Jadi flashback."
Flashback 1 bulan yang lalu.
De Bawangs mengondisikan kelas 12 Ips 2 saat jam istirahat hari Rabu. Tujuannya untuk mendeteksi bangku Dania. Untuk apa? Kata Erfan "Ya kepo aja. Siapa tau dia suka coret-coret di halaman akhir buku tulis kayak jaman SD gitu."
Suasana sudah oke. Hanya saja Dania masih betah duduk di kursinya.
Vira. Seseorang yang baru saja keluar dari kelas itu. De Bawangs menghentikannya dan meminta pertolongan padanya.
Vira sepakat dengan upah nomor hp Toni. Toni terpaksa mau, dari pada harus berhadapan dengan kaus kaki Erfan yang super duper bau itu. Iyalah orang dicuci cuma 2 minggu sekali.
Vira menghampiri Dania dan berpura-pura minta pertolongan untuk membawa buku paket di perpustakaan. Begitu mereka keluar, Erfan masuk. Toni dan Bontot berjaga di luar.
Erfan menghampiri bangku Dania, meneliti dengan serius. Tak ada yang aneh disana. Hanya saja buku pink pastel itu mencuri perhatiannya.
Buku yang terselip diantara tumpukan buku tulis itu ia buka. Tulisan rapih Dania yang terlihat disetiap lembarannya. Lalu di halaman tengah ada foto itu. Fotonya sewaktu SMP.
"Dania emang ditakdirkan buat jadi jodoh gue." kata Erfan kepedean.
Ia buka kamera hp dan mengambil gambar foto itu.
Cekrek. Suara kameranya sangat keras.
Seseorang menyadari akan tindakan Erfan tersebut. Dan segera meneriakinya.
Erfan terkejut. Ia langsung merapihkan semuanya dan berlari keluar.
"Gue bilangin ke Dania!" teriak orang itu membuat Erfan berlari lagi masuk ke dalam.
"Lo mau apa? Gue kasih." Erfan mengangkat kerah baju cowok berkacamata itu.
"Hmm semua duit jajan lo."
"Anjayyy gila aja luuuu."
"Yaudah gue bilangin. Dania!!"
"Oke deal." Erfan melepaskan kerahnya dan merogoh kocek uang sakunya.
Cowok berkacamata itu mendapat uang Rp. 127.500 . Lumayan.
Erfan langsung keluar lagi dan pergi bersama De Bawangs sebelum Dania kembali.
Flashback selesai.
Erfan cekikikan mengingat semua itu. Foto orang cantik memang mahal sampai dia harus berpuasa selama sehari penuh.
•••