Pendekar Kidal (Cin Cu Ling)...

By JadeLiong

279K 6.4K 69

Lenyapnya Tong Thian Jong, tertua keluarga Tong di Sujwan yang terkenal dengan ilmu senjata rahasia dan racun... More

Jilid 1
Jilid 2
Jilid 3
Jilid 4
Jilid 5
Jilid 6
Jilid 7
Jilid 8
Jilid 9
Jilid 10
Jilid 11
Jilid 12
Jilid 13
Jilid 14
Jilid 15
Jilid 16
Jilid 17
Jilid 18
Jilid 19
Jilid 20
Jilid 21
Jilid 22
Jilid 23
Jilid 24
Jilid 25
Jilid 26
Jilid 27
Jilid 28
Jilid 29
Jilid 30
Jilid 31
Jilid 32
Jilid 33
Jilid 34
Jilid 35
Jilid 36
Jilid 37
Jilid 38
Jilid 39
Jilid 40
Jilid 41
Jilid 42
Jilid 43
Jilid 44
Jilid 45
Jilid 46
Jilid 47
Jilid 48
Jilid 49
Jilid 50
Jilid 51
Jilid 52
Jilid 53
Jilid 54
Jilid 55
Jilid 56
Jilid 57
Jilid 58
Jilid 60
Jilid 61
Jilid 62
Jilid 63
Jilid 64
Jilid 65
Jilid 66
Jilid 67
Jilid 68
Jilid 69
Jilid 70
Jilid 71
Jilid 72
Jilid 73
Jilid 74
Jilid 75
Jilid 76
Jilid 77
Jilid 78
Jilid 79
Jilid 80
Jilid 81
Jilid 82
Jilid 83
Jilid 84
Jilid 85
Jilid 86
Jilid 87
Jilid 88
Jilid 89
Jilid 90
Jilid 91
Jilid 92
Jilid 93
Jilid 94
Jilid 95
Jilid 96
Jilid 97
Jilid 98
Jilid 99
Jilid 100
Jilid 101
Jilid 102
Jilid 103
Jilid 104
Jilid 105
Jilid 106
Jilid 107
Jilid 108
Jilid 109
Jilid 110 (TAMAT)

Jilid 59

2.2K 51 1
By JadeLiong

Kho Ting-seng diam saja.

"Tiada maksudku untuk mengorek rahasia Hek-liong-hwe secara berlebihan, soalnya ada dua temanku yang terjatuh di tangan orang2 Hek-liong-hwe, maka aku hanya ingin tahu keadaan Hek-liong-hwe selayang pandang saja, umpamanya dimana letak markas Hek liong-hwe? Siapa pemimpinnya? Dimana mereka menyekap para tawanan? Apakah Cin-heng dapat menjelaskan?"
Rupanya inilah tujuan Kun-gi mencekok arak pada Cin Te-khong serta menyembuhkan luka2nya.

kata Cin Te-khong: "Hek-liong-hwe dibagi jadi dua seksi, yaitu seksi luar dan seksi dalam, aku di bawah Ui-liong-tong, tugasku diluar, maka keadaan dalam Hek-liong-hwe sebenarnya sedikit sekali yang kuketahui "

"Dimana letak Hek-liong-hwe, tentunya kau tahu?" tanya Kun-gi.

"Aku hanya tahu Ui-liong-tong kami didirikan dibelakang gunung Kun-lun diatas Ui-liong-giam."

"Kun-lun-san di Shoatang maksudmu?" Kun-gi menegas. "Lalu siapa pemimpinmu?"

"Kalau kukatakan mungkin Cong-coh tidak percaya, walau sudah tiga tahunan aku menjadi anggota Ui-liong-tong, tapi hanya sekali pernah kulihat Hwecu kami, hakikatnya tiada yang tahu siapa dia sebenarnya?"

"Dia tidak punya she dan nama?"

"Semua orang hanya memanggilnya Hwecu, entah siapa namanya."

"Cong-coh," sela Kongsun Siang dengan nada sinis, "tiga tahun jadi anggota, tapi siapa nama pemimpinnya tidak tahu, apakah kau percaya?"

"Kenyataan memang demikian, buat apa aku membual?" Cin Tek-khong membela diri, "kau Kongsun-houhoat sudah setahun menjadi Houhoat-su-cia, tahukah nama dan she Thay-siang?"

"Bukankah Cin-heng pernah melihatnya sekali?" sela Kun-gi.

"Ya, aku hanya melihat seraut wajah hitam dengan jambang legam, seorang laki2 tua kekar yang berjubah hitam pula, tapi terasa olehku bahwa mukanya itu bukan wajah aslinya."

"Cin-heng di bawah perintah Ui-liong-tong, tugas bagian luar, lalu bagaimana bagian dalam?"

"Hwi-liong dan Ui-liong termasuk seksi luar, hanya Ceng-liong-tong bertugas bagian dalam."

"Apa bedanya seksi luar dan seksi dalam?"

"Ceng-liong-tong berkuasa atas segala rahasia Hek-liong-hwe, anak buahnya semua perempuan, dinamakan seksi dalam dan merupakan seksi yang paling berkuasa dari seksi lainnya. Hwi-liong dan Ui-liong dikhususkan mengerjakan tugas luar, sedang Hwi-liong juga boleh dinamakan Hou hoat-tong, anggotanya terdiri dari jago2 kelas wahid, hari2 biasa tiada tugas rutin bagi mereka, jarang pula beraksi, bila orang2 Ui-liong-tong yang menjalankan tugas di luar menghadapi kesukaran, orang2 Hwi-liong-tong yang akan memberi bantuan."

"Dimana Hwi-liong-tong didirikan?" tanya Kun-gi.

"Entah aku tidak tahu, tapi bila orang2 Ui-liong-tong menghadapi bahaya, entah dimana saja, bila mengeluarkan tanda bahaya maka dari jauh atau dekat orang2 Hwi-liong-tong pasti akan segera datang memberi bantuan, oleh karena itu tiada orang tahu dimana sebenarnya Hwi-liong-tong didirikan."

"Sunggub Hek-liong-hwe yang serba rahasia dan misterius." ucap Kun-gi lalu tanyanya pula: "Lalu Ui-liong-tong?"

"Tugas Ui-liong-tong menghadapi persoalan luar, anggotanya seluruhnya laki2, terdiri orang2 dari golongan hitam atau putih, bila dia seorang persilatan dan ada seorang perantara, siapapun boleh diterima menjadi anggota.."

Mendadak Kun-gi bertanya: "Jadi Ci Gwat-ngo orangnya Ceng-liong-tong?"

"Ya, dia utusan Cui-tongcu, kami semua di bawah perintahnya.".

"Tak heran setela Ci Gwat-ngo suruh Bi Kui menyampaikan berita mana, dia gigit putus lidah dan bunuh diri, ternyata dia takut membocorkan rahasia Hek-liong-hwe," demikian batin Kun-gi, lalu katanya sambil menepekur: "Jadi Cin-heng juga tidak tahu dimana mereka menyekap para tawanan?"

"Tergantung kedua teman Cong-coh itu ditawan oleh seksi mana, kalau ditangkap orang2 Ui-liong-tong, pasti dikurung di Ui-liong-giam. Kalau dibekuk orang2 Hwi-liong-tong atau Ceng-liong-tong, tak bisa aku menerangkan," kemudian ia berkata pula: "Sebelum aku diselundupkan ke Pek-hoa-pang pernah bertugas cukup lama di Ui-liong-tong, ada kalanya Cui-tongcu mengutus orang menyampaikan perintah, dari cara mereka pergi datang leluasa dan lancar, kukira jaraknya tidak terlalu jauh, pernah aku diam2 memperhatikan, 10-an li di sekitar Ui-liong-giam memang tidak kelihatan adanya bayangan, Ceng-liong-tong."

Kembali Kun-gi membatin: "Gadis cilik yang menyaru jadi Cu-cu katanya semula adalah pelayan pribadi Cui-tongcu, tentunya dia tahu dimana letak sebenarnya Ceng-liong-tong itu" ia angkat mangkuk dan meneguk arak, lalu tanyanya: "Apa jabatan Cin-heng di dalam Ui-liong-tong?"

"Dalam Ui-liong-tong kecuali Tongcu yang berkuasa penuh, di bawahnya terbagi dua tingkat pula, yaitu Sin-cu dan Kiam-su, aku menjadi anggota Sin-cu."

"Lalu diantara orang kalian sendiri, memakai kode rahasia apa?"

Cin Te-khong sudah terlalu banyak tenggak arak, keadaannya sudah setengah sinting, ia menaruh mangkuk araknya, dari sanggul kepalanya ia mengambil sebuah benda, telapak tangannya dibuka, dia berkata: "Biarlah malam ini kubeber segalanya kepada Cong-coh, kode rahasia kami menggunakan benda ini," Di tengah telapak tangannya menggelinding kian kemari sebutir mutiara sebesar kacang tanah, mutiara ini berlubang tengahnya dan disunduk seutas benang kuning.

Betapa tajam mata Kun-gi, sekilas pandang dilihatnya mutiara yang kemilau itu ada terukir sebuah huruf "Ling" atau firman, tanpa terasa mulutnya bersuara kaget: "Cin-cu ling!"

"Ternyata Cong-coh sudah tahu," ujar Cin Te-khong.

"Aku juga punya sebutir, silakan Cin-heng melihatnya juga," ucap Kun-gi, dari kantong bajunya dia merogoh keluar sebutir mutiara pula.

Cin Te-khong menyipit mata mengamati penuh perhatian, katanya tertawa: "Inilah tanda peringatan berasal dari Hek-liong-hwe, jadi Cong-coh memang sejak mula menyelidiki Hek-liong-hwe?"

"Sama2 Cin-cu-ling, entah apa bedanya?" tanya Kun-gi.

"Dalam Hek-liong-hwe kami hanya anggota yang berkedudukan lebih tinggi dari Sin-cu boleh menggunakan Cin-cu-ling ini, para Sin-cu memakai mutiara sebesar kacang tanah, kalau mutiara seperti yang ada di tangan Cong-coh besarnya seperti buah kelengkeng seharusnya milik Tongcu, dan lagi benang sunduknya juga berlainan, Ceng-liong-tong pakai benang hijau, Hwi-liong-tong pakai benang merah, untuk Ui-liong-tong memakai benang kuning, hanya Hwecu saja yang memakai benang emas. Benang mutiara milik Cong-coh ini bewarna kuning emas, pertanda yang mewakili Hwe kami, Cuma mutiara milik Hwe kami adalah mutiara asli, hanya tanda2 kebesaran, diperuntukan pihak luar digunakan mutiara tiruan, sekali pandang orang akan biaa membedakan."

"Ternyata masih sebanyak itu perbedaannya," ucap Kun-gi.

"Malah masih ada lagi," Cin Te-khong ngoceh sendiri, "bagi kami orang2 yang bertugas di luar, huruf 'Ling' yang terukir di mutiara ini menggunakan goresan tunggal, sebaliknya ukiran huruf 'Ling' pada mutiara yang dipakai orang2 seksi dalam menggunakan goresan dobel."

Tergerak hati Kun-gi, pikirnya: "Le-liong-cu warisan keluargaku itu juga diukir dengan goresan dobel, memangnya Hek-liong-hwe ada hubungannya dengan diriku?" Terpikir olehnya Hwi-liong-sam-kiam warisan keluarganya kenyataan menjadi Tin-pang-sam-kiam Pek-hoa-pang, kini diketahuinya pula bahwa Le-liong-cu warisan keluarganya juga ada sangkut pautnya dengan Hek-liong-hwe. Kalau dikatakan kebetulan, masakah kedua persoalan bisa terjadi secara kebetulan, terang terlalu jauh untuk dapat dipercaya.

Sekejap ini pikirannya jadi gundah dan resah, tanpa mengisi mangkuknya langsung dia angkat poci terus tuang arak ke dalam mulut.

Kongsun Siang juga tidak sedikit minum arak, keadaannya sudah seperempat mabuk, lekas dia berkata: "Song-heng, Thio-heng dan Ji-heng, mari kita iringi semangkuk pula dengan cong-coh." - Sembari berkata diam2 dia memberi tanda kepada tiga temannya ini. Maksudnya bahwa Ling Kun-gi sudah takkan kuat minum lagi, sisa arak tidak banyak lagi, marilah kita bagi rata dan minum bersama sampai habis.

Song Tek-seng, Thio Lam-jiang dan Ji Siu-seng tahu maksud Kongsun Siang, lekas Ji Siu-seng angkat guci arak terus tuang kemangkuk semua orang, lalu menenggaknya bersama.

"Ji-heng," kata Cin Te-khong, "sisanya biar kuhabiskan saja." - Dia angkat poci itu serta tuang sisa isinya ke mulut sendiri.

Kun-gi tertawa, katanya tersenyum: "Kalian kuatir aku mabuk?"

Belum lenyap suaranya, mendadak Cin Te-khong menjerit sekali, badannya mengejang terus terkapar roboh kebelakang.

Kejadian amat diluar dugaan, keruan orang2 yang duduk berkeliling ini sama kaget, Gerakan Kun-gi paling sigap, cepat dia melompat bangun serta memapah Cin Te-khong, sementara jari kanan menekan Bing-bun-hiat orang, teriaknya gugup: "Cin-heng, kenapa kau?"

Kongsun Siang, Song Tek-seng, Thio Lam-jiang dan Ji Siu-seng berempat melompat berdiri, Kong-sun Siang berbisik apa2 pada tiga orang lainnya, Song Tek-seng manggut2 terus berpencar siap siaga.

Pada saat itulah mendadak Kun-gi membentak sambil berpaling: "Siapa itu di dalam hutan?"

"Lohu!" seiring dengan suaranya dari hutan melangkah keluar seorang kakek kurus yang menggelung kuncir rambutnya di atas kepala.

Kakek ini mengenakan baju biru, celana kencang terikat bagian bawahnya, tangan kiri membawa pipa cangklong sepanjang satu setengah kaki, roman mukanya kaku kelabu, dalam kegelapan, bola matanya pun tampak berwarna kelabu bersinar kemilau.

Karena memperoleh saluran hawa murni dari Ling Kun-gi, sementara itu pelan2 Cin Te-khong sudah membuka mata. seketika ia terbelalak waktu melihat kakhek kurus ini, bibirnya bergetar, suaranya merinding serak: "Hwi . . .liong. . . .liong . . . ." agaknya sebisanya dia sudah kerahkan setakar tenaganya untuk berucap ketiga patah kata ini, tapi akhirnya suaranya semakin lemah, pelan2 kelopak matanya tertutup, darah kental hitam seketika meleleh keluar dari mulutnya, agaknya dia tertimpuk semacam senjata rahasia kecil, racun telah merenggut jiwanya.

Kun-gi melepaskan tangannya, seraya berdiri tanyanya menatap kakek kurus: "Apakah tuan dari Hwi-liong-tong?"

Kata kakek muka kelabu: "Lohu malah sudah tahu kau ini Cong su-cia yang baru dalam Pek-hoa-pang, betul tidak?"

"Betul, Cayhe Ling Kun-gi, sebutkan nama tuan."

"Lohu Nao Sam-jun," jawab si kakek.

Ling Kun-gi tidak tahu Kim-kau-cian Nao Sam-jun ini adalah Hwi-liong-tong Tongcu, tanyanya: "Apa maksud kedatangan tuan?"

Sambil mengelus jenggot kambing yang sudah ubanan, Nao Sam-jun terkekeh, katanya: "Ada tiga tugas Lohu kemari, pertama membunuh anggota yang murtad dan menolong orang yang tertawan."

"Hanya dua yang kau sebutkan."

"Betul, dan yang ketiga kami mohon Ling-cong-sucia suka meringankan langkah ikut pergi bersama Lohu."

"Kemana tuan hendak mengajakku?" tanya Kun- gi.

"Sudah tentu mampir ke markas kami, kalau tidak ingin mengundang Ling-lote buat apa Lohu meluruk kemari," nadanya congkak dan sombong.

Kun-gi tatap orang lekat2, katanya: "Sepongah ini tuan bicara, memangnya kau inikah Hwi-liong-tong Tongcu?"

"Betul, Lohu memang Hwi-liong-tongcu, Ling-lote mau ikut Lohu bukan?"

"Sungguh sangat beruntung dapat bertemu disini, maksud Cayhe malah sebaliknya, bagaimana kalau Nao-tongcwu saja yang mampir ke kapal kami?"

Berkedip bola mata Nao Sam-jun yang kelabu dingin, mendadak dia ter-bahak2, katanya: "Ling-lote, kesempatanmu sudah tiada lagi."

"Jago2 kosen2 Hwi-liong-tong memang banyak, tentunya tidak sedikit jago2 yang mengiringimu."

"Ling-lote memang pandai menebak, Lohu memang bawa Cap ji-sing-siok (dua belas bintang kelahiran), mereka sudah tersebar disekeliling sini, umpama satu lawan satu belum tentu kalian bisa menang, paling2 sama kuat, tapi keadaan sekarang berbeda, kalian harus satu melawan tiga, belum lagi terhitung Lohu, bagaimanapun juga kalian tak ada kesempatan untuk menang."

Disini dia bicara, tahu2 tanah lapang berumput ini sudah terkepung oleh 12 orang berpakaian serba aneh.

"Tuan siap perintahkan mereka turun tangan?" jengek Kun-gi dengan tersenyum.

Nao Sam-jun menyeringai, katanya: "Sudah tentu Lohu tidak ingin bergebrak dengan kalian supaya tidak merusak persahabatan, sebab sebelum Lohu kemari Hwecu ada pesan . . . ." mendadak dia tutup mulut. meski kata2nya tidak dilanjutkan, tapi kemana juntrungnya sudah bisa ditangkap.

"Apa kata Hwecu kalian?" desak Ling Kun-gi.

"Hwecu sudah dengar, katanya Ling-lote telah berhasil menawarkan getah beracun itu?"

"Benar," ucap Kun-gi singkat .

Berkelebat cahaya di wajah Nao Sam-jun yang kelabu itu, suaranya berat: "Oleh karena itu beliau suruh Lohu kemari untuk mengundangmu, kalau Pek-hoa-pang bisa memberi jabatan Cong-su-cia, Hwe kita juga bisa memberi jabatan Cong-houhoat kepadamu."

Tawar tawa Kun-gi, katanya: "Wah, Cayhe menjadi tertarik rasanya."

"Memangnya, asal Ling-tote telah betul2 dapat menawarkan getah beracun, Hwe kita tidak akan kikir, betapapun besar pengorbanan yang harus dipertaruhkan, pasti akan mengundangmu."

Diam2 Kun-gi merasa heran, pikirnya: "Pek-hoa-pang memang bermusuhan dengan Hek-liong-hwe, setiap macam senjata dan senjata rahasia orang2 Hek-liong-hwe dilumuri racun getah, adalah jamak dan dapat dimaklumi kalau Pek-hoa-pang begitu getol memperoleh obat penawarnya, bahwa Hek-liong-hwe sendiri juga ingin memiliki obat penawarnya, entah apa pula gunanya? Ya, waktu Coat-sin-san-ceng menculik Tong Thian-jong, Un It-hong, Lok-san Taysu dan Cu Bun-hoa, bukankah tujuannya juga untuk menciptakan obat penawar getah beracun itu." Segera ia bertanya: "Getah beracun kan milik kalian, memangnya kalian tidak punya obat penawarnya?"

"Untuk ini Ling-lote tidak usah urus," jengek Nao Sam-jun.

"Kalau Nao-tongcu tidak mau jelaskan, bagaimana Cayhe harus percaya padamu?" ejek Ling Kun-gi.

"Setelah Ling-lote berhadapan dengan Hwecu, segalanya akan kau ketahui."

"Nao-tongcu bicara seenak sendiri, se-akan2 aku harus ikut kau pergi begitu saja."

"Ya, memang Ling-lote harus pergi bersamaku," tandas perkataan Nao Sam-jun.

Kun-gi tersenyum, katanya: "Kalau Cayhe tidak mau pergi?"

Mengelus jenggot, tambah kelam rona muka Nao Sam-jun, katanya dengan menyeringai: "Kalian berlima sudah berada digenggamanku, mau pergi atau tidak kau tidak kuasa menentukan pilihanmu, cuma perlu Lohu peringatkan, sukalah Ling-lote pertimbangkan dulu dengan masak."

"Peringatan apa coba katakan, aku ingin dengar."

Nao Sam-jun menyapu pandang kemuka Kongsun Siang berempat, lalu katanya sinis: "Kalau Ling-lote dan saudara2 ini mau ikut Lohu. itulah paling baik, kalau menolak dan melawan malah, tujuan pertama Lohu kemari kecuali harus menawan Ling-lote hidup2, empat orang yang lain, hehe . . . ."

Kongsun Siang jadi murka, teriaknya: "Katakan saja terus terang!"

Nao Sam-jun melirik tak acuh, dengusnya: "Tumpas seluruhnya dan habis perkara."

Berdiri alis Kongsun Siang, sambil menengadah dia ter-bahak2, katanya: "Tumpas habis? Suruhlah mereka maju, boleh coba apakah pedang di tangan Kongsun Siang ini tajam atau tumpul."

Song Tek-seng, Thio Lam-jiang dan Ji Siu-seng juga naik pitam, mereka melotot kepada Nao Sam-jun, tangan sudah siap memegang gagang pedang. Sebaliknya Nao Sam-jun seperti jijik meski hanya melirik kepada mereka, dingin suaranya: "Ling-lote, sudah kau pertimbangkan?"

Cin Te-khong tadi sudah bilang bahwa anak buah Hwi-liong-pang semua tergolong jago2 kosen, melihat situasi sekarang dan sikap Nao Sam-jun yang begitu yakin pula, mau tak mau Kun-gi merasa was2, Cap-ji-sing-siok yang dibawa orang tentu hebat dan lihay sekali. Tapi dia tetap tersenyum simpul, sikapnya tenang dan wajar, katanya kalem; "Cayhe juga, sudah memikirkan suatu hal . . . ."

"Hal apa?" tanya Nao Sam-jun.

"Tadi Cayhe membekuk seorang Sin-cu dari perkumpulan kalian, jiwanya sudah melayang di tanganmu sendiri, kalau pulang nanti Cayhe jadi kebingungan cara bagaimana memberikan pertanggungan jawab kepada Pangcu, tapi tuan adalah Hwi-liong-tongcu, kedudukanmu jauh lebih tinggi dari pada Sin-cu, kebetulan kalau kuringkus kau hidup2, kini yang membuatku bimbang adalah apakah Cap-ji-sing-siok yang kau bawa ini harus dibabat habis atau ditawan semua . . . ."

Kengsun Siang ter-gelak2, katanya: "Cong coh tidak perlu pusing, membekuk seorang Tongcu sudah jauh lebih cukup, sisa yang lain sudah tentu babat saja sampai habis."

Song Tek-seng ikut menimbrung: "Betul, Cong-coh tangkap saja Nao-tongcu ini, yang lain serahkan kepada kami untuk membereskannya." - Ditengah kata2nya terdengarlah suara berdering, Kong-sun Siang, Song Tek-seng, Thio Lam-jiang dan Ji Siu-seng sama melolos pedang.

Mengernyit dahi Nao Sam-jun, katanya: "Bila Cap-ji sing-siok yang kupimpin ini segampang itu untuk menumpasnya tentu mereka takkan berguna dalam Hwi-liong-tong, kalau Ling-lote tidak percaya, boleh kau suruh seorang maju mencobanya."

Sebelum Kun-gi buka mulut, Kongsun Siang telah menyela: "Cong-coh, biar hamba menghadapi mereka."

Nao Sam-jun tertawa angkuh, tangannya menggapai ke atas. Mungkin itu tanda gerakan mereka, 12 orang yang semula berdiri beberapa tombak dikejauhan sana serempak bergerak maju mengelilingi tanah lapang.

Dari dekat Ling Kun-gi dan lain2 dapat melihat jelas, kiranya mereka mengenakan kerudung kepala warna hitam, seragamnya ketat kencang warna hitam mengkilap, bahan bajunya agaknya teramat tebal, sekujur badan serba legam, hanya kelihatan kedua biji matanya saja.

Melihat dandanan mereka yang aneh dan lucu, diam2 Kun-gi membatin: "Cap ji-sing-siok berpakaian seaneh ini, terang bukan gertakan belaka untuk menakuti orang, bisa jadi mereka meyakinkan semacam ilmu gabungan yang aneh dari aliran sesat?" - Cepat Kun-gi berpaling ke arah Kongsun Siang, katanya: "Kau harus hati2."

"Hamba tahu," sahut Kongsun Siang.

Sambil menenteng pedang Kongsun Siang memapak maju, hardiknya: "Kalian siapa yang maju, hayolah bertanding denganku."

Nao Sam-jun mendengus: "Sebelum ajal tentu kau takkan kapok." - Segera ia menuding orang di ujung kanan.

Laki2 baju hitam yang dituding segera melesat ke depan menubruk Kongsun Siang. Gerak-gerik orang ini aneh cekatan, tanpa bicara, jari2 kedua tangannya yang tertekuk seperti cakar segera mencengkeram.

Kongsun Siang meyakinkan Thian-long-kiam-hoat dan Long-hing-poh, begitu badan bagian atas doyong ke depan, tahu2 ia berkelebat ke samping baju hitam, mulutpun membentak: "Lihat pedang!" Sinar pedang berkelebat, tahu2 ujung pedang sudah menusuk ke bawah rusuk si baju hitam.

Tanpa berkelit dan menghindar si baju, hitam malah membalik badan, kelima jarinya terpentang mencengkeram pergelangan tangan Kongsun Siang yang memegang pedang.

Sigap dan cepat gerak serangan Kongsun Siang. "Trang", pedangnya dengan telak menusuk rusuk kanan si baju hitam, tapi terasa ujung pedangnya seperti menusuk batu yang keras sekali. Entah terbuat dari bahan apa pakaian orang ini? ternyata tidak mempan senjata, padahal pedang Kongsun Siang terbuat dari baja pilihan, ternyata tak mampu melubangi badan lawan.

Baru saja mencelos hati Kongsun Siang, tampak sedikit menggerakkan badan, kelima jari lawan tahu2 sudah mengincar pergelangan tangannya, sekilas dilihatnya kuku jari lawan berwarna hitam mengkilap, jelas dilumuri racun jahat.

Kaget dan gusar Kongsun Siang, lekas ia berkisar kesamping dan sekali berkelebat dia memutar kebelakang lawan. "Sret", kembali pedangnya menusuk.

Walau mengenakan pakaian yang kebal senjata, tapi gerak gerik orang berbaju hitam ternyata lincah sekali, mengiringi gerakan Kongsun siang, iapun sudah putar tubuh dan ganti posisi, tangan terayun dan segera menabas.

Pukulannya ternyata menerbitkan sambaran angin keras, malah terasa sambaran angin pukulan ini berbau busuk amis.

Guru Kongsun Siang, yaitu Lo long-sin merupakan gembong aliran "liar", setiap hari dia mendidik muridnya secara keras, sudah tentu iapun ceritakan segala persoalan Bu-lim pada muridnya termasuk segala macam ilmu silat yang aneh2.

Begitu mencium bau bacin dan amis dari angin pukulan lawan, tergerak hati Kongsun Siang, pikirnya: "Agaknya mereka sama meyakinkan Ngo-tok-ciang (pukulan lima bisa)." 

Maka dia tidak berani menandangi secara keras, badan menubruk kedepan, segesit belut tahu2 dia terjang ke sebelah kiri, pedang menusuk bagian belakang musuh malah.

Bersambung

Continue Reading

You'll Also Like

15.7K 1.4K 119
Seorang Kaisar Pill dari generasinya didirikan oleh seorang pengkhianat. Sejak itu, dunia kehilangan Qingyun Zi dan memperoleh celana sutra yang tak...
18.3K 1.2K 20
Dengan tekad murni di matanya, Naruto melompat dari cabang pohon ke cabang pohon. Meskipun dia tidak menggunakan Mode Chakra Ekor-Sembilan atau Mode...
Miss Rempong By UNI

General Fiction

3.8M 517K 57
Kinanti Wijaya atau orang-orang sering memanggilnya Kiwi merupakan mantan 3rd runner-up Miss Universe perwakilan dari Indonesia, semenjak menorehkan...
986 54 35
Sinopsis : Di negeri yang tidak memiliki sihir. Negeri tempat yang kuat membuat aturan dan lemah harus patuh. Negeri yang dipenuhi harta karun dan ke...