Pendekar Kidal (Cin Cu Ling)...

Galing kay JadeLiong

279K 6.4K 69

Lenyapnya Tong Thian Jong, tertua keluarga Tong di Sujwan yang terkenal dengan ilmu senjata rahasia dan racun... Higit pa

Jilid 1
Jilid 2
Jilid 3
Jilid 4
Jilid 5
Jilid 6
Jilid 7
Jilid 8
Jilid 9
Jilid 10
Jilid 11
Jilid 12
Jilid 13
Jilid 14
Jilid 15
Jilid 16
Jilid 17
Jilid 18
Jilid 19
Jilid 20
Jilid 21
Jilid 22
Jilid 23
Jilid 24
Jilid 25
Jilid 26
Jilid 27
Jilid 28
Jilid 29
Jilid 30
Jilid 31
Jilid 32
Jilid 33
Jilid 34
Jilid 35
Jilid 36
Jilid 37
Jilid 38
Jilid 39
Jilid 41
Jilid 42
Jilid 43
Jilid 44
Jilid 45
Jilid 46
Jilid 47
Jilid 48
Jilid 49
Jilid 50
Jilid 51
Jilid 52
Jilid 53
Jilid 54
Jilid 55
Jilid 56
Jilid 57
Jilid 58
Jilid 59
Jilid 60
Jilid 61
Jilid 62
Jilid 63
Jilid 64
Jilid 65
Jilid 66
Jilid 67
Jilid 68
Jilid 69
Jilid 70
Jilid 71
Jilid 72
Jilid 73
Jilid 74
Jilid 75
Jilid 76
Jilid 77
Jilid 78
Jilid 79
Jilid 80
Jilid 81
Jilid 82
Jilid 83
Jilid 84
Jilid 85
Jilid 86
Jilid 87
Jilid 88
Jilid 89
Jilid 90
Jilid 91
Jilid 92
Jilid 93
Jilid 94
Jilid 95
Jilid 96
Jilid 97
Jilid 98
Jilid 99
Jilid 100
Jilid 101
Jilid 102
Jilid 103
Jilid 104
Jilid 105
Jilid 106
Jilid 107
Jilid 108
Jilid 109
Jilid 110 (TAMAT)

Jilid 40

2.1K 66 1
Galing kay JadeLiong

"Ternyata betul kau!" seru Kun-gi kaget dan heran. Gadis baju hitam ini ternyata Un Hoan-kun adanya, lekas dia menutup pintu.

"Siangkong tak usah kuatir: kata Un Hoan-kun, "Sin-ih berdua takkan siuman sebelum terang tanah."

Kun-gi mendekati nona itu, tanyanya pelahan: "Pulau ini dikelilingi air dan penjagaan amat ketat, bagaimana kau bisa menyelundup kemari?"

Dengan kedua tangan Un Hoan-kun membetulkan rambut di pelipisnya, katanya tertawa dengan kepala mendongak: "Aku punya lencana dan paham sandi rahasia mereka, sudah tentu dapat keluar masuk dengan leluasa."

"Apa tujuanmu menyelunduk ke Pek-hoa-pang" tanya Kun-gi.

Merah muka Un Hoan-kun, katanya sambil mengerling: "Apa tujuanku? Soalnya kau disekap dalam karung dan dibawa masuk ke Pek-hoa-pang ini, aku. . . kuatir, maka kuikut kemari."

Terharu hati Kun-gi, kedua tangan terulur memegang pundak orang, katanya halus: "Memang Cayhe sengaja membiarkan mereka mengangkut kemari. Terus terang hanya karung saja takkan mampu mengurungku, kenapa nona harus menempuh bahaya begini besar."

Un Hoan-kun biarkan saja orang pedang pundaknya, katanya: "Aku tahu Pek-hoa-pang takkan kuasa menahanmu, tapi aku tetap kuatir, maka kuikuti kau kemari dengan adanya aku diantara mereka, sedikit banyak bisa membantumu juga."

Kini Kun-gi ganti pegang kedua tangan orang, katanya lembut: "Betapa haru dan terima kasihku akan kebaikan nona, tapi kau lihat aku tidak kurang suatu apapun, kalau nona berada diantara mereka, rasanya juga berbahaya, bila jejakmu konangan pasti menggagalkan urusan, lebih baik nona cepat meninggalkan tempat ini."

Pelas2 Un Hoan-kun tarik tangannya, katanya: "Mereka meladenimu sebagai tamu terhormat lantas tidak berbahaya bagimu?"

"Paling tidak, dalam waktu dekat ini aku tidak akan mengalami bahaya."

"Kalau tidak ada bahaya, memangnya untuk apa malam2 begini aku mengunjungimu?"

Ling Kun-gi melengak, tanyanya: "Nona mendengar khabar apa?"

"Tujuan mereka menculikmu kemari supaya kau membuatkan obat penawar getah beracun bukan?, Thay-siang suruh kau menyelesaikan tugas dalam tiga hari, betul tidak?"

"Betul, kenapa?"

"Ketahuilah, Thay-siang sudah memberi perintah kepada Hu-pangcu, kalau dalam tiga hari kau tidak bisa menyelesaikan tugasmu, dia harus membawa kepalamu menghadap beliau?"

"Hal ini aku memang tidak tahu," kata Kun-gi, "tapi tidak perlu tiga hari, besok juga aku sudah berhasil menyelesaikan tugas."

Kini ganti Un Hoan-kun yang tertegun, katanya dengan suara ragu2: "Kau sudah berhasil membuat obat itu?"

"Belum," sahut Kun-gi meng-geleng2, "tapi aku sudah ada akal," Lalu dia jelaskan cara bagaimana dia merendam mutiara ke dalam air dan ternyata bisa menawarkan getah beracun itu..

"Kau pernah bilang mau mencari jejak bibi yang hilang, kini kenyataan bahwa bibi tidak berada di Pek-hoa-pang ini, buat apa kau harus membuat obat itu pula?"

"Nona hanya tahu yang satu dan tak tahu yang lain, bahwa aku rela disini sementara, maksudku hendak mencari tahu asal usul getah beracun dan Hwi-liong sam-kiam."

"Hwi-liong sam-kiam?" Hoan-kun menegas.

"Hwi-liong-sam-kiam sebetulnya ilmu pedang warisan keluargaku, tapi Tin-pang-sam-kiam (tiga jurus pelindung Pang) dari Pek-hoa-pang ternyata Hwi-liong-sam-kiam keluargaku."

"Bisa demikian?" seru Un Hoan-kun heran, "Ehm, sudah kau selidiki?"

"Belum sempat, tapi sekarang ketambahan lagi suatu kejadian."

"Kejadian apa?" tanya Hoan-kun.

"Beberapa temanku khabarnya ditawan orang2 Hek-liong-hwe, disangka bahwa mereka dijadikan sandera disangka bahwa mereka adalah Hou-hoat-su-cia dari Pek-hoa-pang, maka mereka dijadikan sandera supaya Pek-hoa-pang menyerahkan diriku sebagai imbalannya."

Bertaut alis Un Hoan-kun, tanyanya: "Lalu apa tindakanmu?'

"Kecuali Thay-siang, tiada orang kedua yang tahu letak sarang Hek-liong-hwe, terpaksa aku harus tanya kepada Thay-siang."

Un Hoan-kun kaget, serunya: "Kau mau menemui Thay-siang?"

"Hu-pangcu sudah berjanji, bila aku selesai membuat obat, dia akan membawaku menemui Thay-siang."

"Kudengar Hu-pangcu So-yok, perempuan yang berdarah dingin, cantik rupanya, kejam hatinya, banyak curiga dan gampang berubah pendirian, kau harus hati2!"

"Aku dapat melayaninya."

Un Hoan-kun melirik, mencibirnya serta berkata dengan tertawa: "Kelihatannya kau banyak akal, kudengar Pek-hoa-pangcu Bok-tan amat ramah terhadapmu, mungkin So-yok juga. . . ."

"Kiranya Pek-hoa-pangcu bernama Bok-tan.

Merah muka Kun-gi, katanya lirih: "Nona jangan kuatir, aku bukan laki2 bergajul."

Pipi Hoan-kun jadi merah, tapi hatinya merasa bahagia, kepala terunduk mulutpun menggerutu: "Memangnya aku peduli padamu." Lalu ia menambahkan: "Waktu sudah larut, aku harus lekas pergi."

"Kuharap nona selekasnya meninggalkan tempat ini saja," bujuk Kun-gi.

Hoan-kun sudah melangkah beberapa tindak, tiba2 berpaling: "Setelah kau menanyakan sarang Hek-liong-hwe, aku akan pergi bersamamu." Begitu pintu terbuka, cepat ia berkelebat keluar.

Setelah Un Hoan-kun pergi, sementara sudah mendekati kentongan kedua, Kun-gi dorong pintu kamar buku langsung menuju kamar masak obat, ia mengeluarkan Pi-tok-cu terus dimasukkan ke dalam guci yang merendam obat bubuk, lalu kembali menutup pintu dan masuk ke kamar tidur.

=ooo0ooo=

Matahari sudah tinggi, Kun-gi masih tidur nyenyak.

Pagi2 Hu-pangcu So-yok bersama Congkoan Giok-lan sudah datang, mereka duduk menunggu di kamar buku.

Giok-lan mondar-mandir tidak sabar, katanya kepada Sin-ih: "Coba dilihat apakah Ling-kongcu sudah bangun?"

So-yok menggoyang tangan, katanya tertawa: "Sam-moay, kenapa tabiatmu sekarang lebih gopoh daripadaku, kita sudah menunggu, lebih lama sedikit tidak jadi soal. Sin-ih, biarkan Ling-kongcu tidur lebih lama, jangan ganggu dia."

Sin-ih mengiakan lalu berdiri meluruskan tangan.

Sudah tentu Giok-lan tahu Hu-pangcu yang biasanya bertabiat kasar, angkuh dan tinggi hati serta suka aleman ini, ternyata sekarang begini sabar, rupanya dia telah jatuh hati pada Ling Kongcu?

Dia cukup kenal Thay-siang, kalau Ling Kun-gi tidak berhasil membuat obat, jiwanya tentu amblas. Umpama betul dia berhasil membuat obat, Thay-siang juga takkan gampang memberi kebebasan padanya untuk meninggalkan Pek-hoa-pang. Maka sejak mula dia sudah berpikir, pemuda seperti Kun-gi, jalan paling baik adalah melamarnya menjadi Huma, kalau tidak nasibnya tentu akan menyedihkan.

Tentunya hal ini juga sudah terpikir oleh Toaci (Pek-hoa-pangcu), ini dapat dilihat sikapnya waktu dia menyambut dan menjamu Ling Kun-gi. Pada hal dia baru merancang cara bagaimana untuk merangkap perjodohan ini, tahu2 sekarang dilihatnya Ji-ci (So-yok) juga kepincut pada Kun-gi, sudah tentu urusan bisa runyam. Dikala hatinya gundah itulah, didengarnya pintu kamar Kun-gi berkeriut dan pelan2 terbuka.

Cepat Sin-ih berlari kesana, serunya: "Ling-siangkong sudah bangun, sebentar hamba ambilkan air buat cuci muka."

Kun-gi menggeliat, katanya tertawa: "Hampir tengah hari, hari ini tiada kerja apa2, lebih baik tidur lebih lama." Habis berkata dia putar kembali ke kamarnya.

Sin-ih sudah dipesan oleh Hu-pangcu agar jangan bilang mereka berdua sudah menunggu di kamar buku, maka dia tidak berani banyak mulut, dia membawa sebaskom air dan melayani Kun-gi membersihkan badan. Lalu dia menyuguhkan sarapan pagi.

Setelah makan Kun-gi mendongak melihat cuaca, katanya: "Waktu hampir tiba, nona Sin-ih, siang nanti mulai meracik obat, pergilah kau panggil Hu-pangcu dan Congkoan kemari."

Sin-ih tertawa, katanya: "Hu-pangcu dan Congkoan sudah sejak tadi menunggu di kamar buku."

"Apa?" Kun-gi pura2 berjingkrak bangun dengan kaget, "Hu-pangcu dan Congkoan sudah datang, kenapa kau tidak bilang?" Bergegas dia melangkah ke kamar buku.

Terdengar tawa So-yok semerdu kelinting dan berkata: "Jangan Ling-kongcu salahkan Sin-ih, akulah yang suruh dia jangan mengganggu tidurmu."

Bayangan merah menyala tahu2 berdiri semampai di depan pintu, bau harum seketika merangsang hidung pula, Hari ini So-yok mengenakan gaun panjang berkembang sakura berwarna dasar merah mulus, buatannya sopan, tepat didepan dadanya bersulam sekuntum bunga melur yang indah hingga menambah asri dandanannya, wajahnya nan ayu dihiasi senyum manis, ternyata hari ini dia bersolek lebih daripada biasanya.

Ber-ulang2 Kun-gi menjura, katanya: "Maaf Hu-pangcu, soalnya obat yang direndam barus menunggu waktu baru bisa dicampur, karena kerja sampai jauh malam dan mengingat pagi ini tiada pekerjaan, maka tidurku sampai kesiangan."

Dengan berani So-yok mengawasi Ling Kun-gi muda belia, gagah dan tampan, "kulihat kau terlalu hati2 dan membatasi diri, selanjutnya tidak perlu kau bicara begini sungkan kepadaku."

Giok-lan berdiri dibelakang, segera dia menimbrung: "Hu-pangcu seorang yang terbuka dan suka blak2an, harap Ling-kongcu tidak usah sungkan."

Setelah berada di kamar buku, masing2 menempati tempat dudukhnya, So-yok lantas buka suara lebih dulu: "Mendapat laporanku, Thay-siang sangat senang, beliau bilang kalau percobaan berhasil aku disuruh segera membawamu mememui beliau."

"Hari ini baru akan diadakan percobaan pertama, bagaimana hasilnya belum diketahui, kenapa buru2 dilaporkan, kalau gagal, bagaimana Cayhe harus bertanggung jawab?"

"Kau pernah berhasil sekali, aku yakin Kongcu pasti akan berhasil pula, kalau pertama gagal boleh diulangi sampai berhasil, kepada Thay-siang akan kubantu memberi penjelasan."

"Terima kasih Hu-pangcu!" Kun-gi menjura pula.

"Kapan Ling-kongcu akan mulai?" tanya Giok-lan, "apa yang harus dipersiapkan?"

"Tiada yang perlu dipersiapkan, waktunya sudah tiba, cukup asal menuang getah beracun didalam mangkuk saja."

"Biar hamba yang menuangnya," kata Sin-ih.

"Jangan nona, getah itu amat beracun, biar aku sendiri yang turun tangan." Kata Kun-gi, "sekarang kau kumpulkan seluruh wadah yang tersedia disini dan dijajar di atas meja."

"He, di almari ada seratus wadah porselen, apa semua harus dikeluarkan?" tanya Sin-ih.

"Sembilan guci, kalau satu sama lain semuanya bergiliran harus dicampur, seluruhnya berjumlah 9 x 9 = 81, cukup kau keluarkan 81 saja."

Sin-ih mengiakan, segera dia bekerja. Sementara Kun-gi keluarkan buli2 berisi getah beracun, So-yok dan Giok-lan tidak bersuara, mereka ikut mondar-mandir mengikuti Kun-gi. Sementara itu, sesuai pesan Kun-gi, Sin-ih sudah keluarkan wadah dan dibaris di atas meja.

Kun-gi membuka tutup buli2, dengan hati2 ia pegang buli2 serta menuang ke dalam sembilan wadah, masing2 diisi setengah getah beracun, lalu dia taruh buli2, mengambil sendok perak mengaduk guci obat yang pertama, lalu mengedus baunya, mulutnya bergumam: "Ya,sudah boleh." Dia taruh sendok ganti menyambar cangkir kecil, dari dalam guci dia menyendok sedikit air obat terus dicicipi dengan mulut seperti membedakan kadar obatnya.

So-yok, Giok-lan dan Sin-ih menyaksikan dengan diam saja dan terbeliak.

Lalu Kun-gi berpaling, katanya, "Sembilan guci obat ini adalah hasil yang kucapai waktu berada di Coat-sin-san-ceng untuk memunahkan getah beracun, Cuma waktu itu aku belum punya keyakinan, jadi sudah lupa obat2 apa saja yang kuracik dan akhirnya berhasil menawarkan getah beracun? Kalau malam itu nona Giok-je tidak menyelundupkan diriku keluar, satu dua kali percobaan lagi mungkin obat penawarnya sudah kuperoleh. Jadi tidak perlu mengulang lagi seperti sekarang."

So-yok manggut2, ujarnya: "Memang, kenapa Giok-je terburu nafsu waktu itu."

"Ini tak bisa salahkan Giok-je," sela Giok-lan, "malam itu juga Coat-sin-san-ceng digempur bobol oleh gabungan kekuatan para Hwesio dan orang2 keluarga Tong, kalau tidak, mana kita bisa mengundang Ling-kongcu kemari?"

Sementara Ling Kun-gi sedang menggunakan sendok yang terbuat dari giok untuk mengambil air obat, lalu pelan2 dituang ke dalam wadah yang berisi getah beracun. Getah beracun itu kental gelap, setelah dituangi sesendok air obat, sedikitpun tidak memperlihatkan sesuatu perubahan.

Serta merta So-yok dan Giok-lan angkat kepala, memandang Ling Kun-gi. Tapi yang dipandang tetap tak acuh, seperti apa yang dikatakannya, untuk menemukan obat penawar getah yang tulen paling tidak dia harus mengadakan delapan puluh satu kali percobaan. Kini baru yang pertama, sudah tentu belum berarti gagal.

Dengan sendok perak yang lain Kun-gi kembali mengaduk guci obat kedua seperti cara semula, percobbaan kedua inipun tidak berhasil. Sudah tentu semua ini memang disengaja diatur oleh Kun-gi.

Sebetulnya dalam hati dia sudah punya perhitungan matang, Cuma sengaja dia hendak menggunakan beberapa guci obat itu untuk mencoba supaya permainan sandiwaranya kelihatan sungguh2.

Getah beracun dalam buli2 berturut telah dia tuang kedalam beberapa wadah pula, semua dia masih gunakan cangkir kecil untuk menciduk air obat, belakangan karena tak sabar dia angkat gucinya terus dituang kesana kemari, beruntun puluhan kali telah dia lakukan, betapapun cerdik otak So-yok dan Giok-lan juga sukar pula untuk mengingatnya campuran obat2 dari guci yang mana? Memangnya inilah tujuan Kun-gi supaya mereka kebingungan sendiri.

Setengah jam telah berselang, getah beracun yang digunakan percobaan sudah 36 wadah, kini Kun-gi kembali memegangi buli2, sedang mengadakan percobaan ulang yang kelima kalinya, dia isi sembilan wadah dengan getah kental hitam itu. Lalu dengan cangkir kecil dia menciduk sedikit air obat, setelah diaduk dengan sendok lalu pelan2 dituang ke dalam getah beracun pada wadah ke 37. Kali ini dia sudah perhitungkan air obat pada guci inilah yang pernah dia rendam mutiara.

Jika khasiat mutiara untuk menawarkan getah beracun masih bekerja, maka percoban kali ini pasti berhasil. Cuma satu hal yang membuatnya kuatir, yakni apakah air bekas rendaman mutiara ini setelah bercampur dengan racikan obat2an itu masih berkhasiat seperti semula.

Dengan tegang dan seksama So-yok, Giok-lan dan Sin-ih mengawasi setiap tetes air obat itu masuk kedalam wadah, napas tertahan jantung pun ikut berdebar keras.

Tetes pertama air obat tetap tidak membawa perubahan. Kini tetes kedua telah jatuh. Jidat Kun-gi sendiri juga telah dibasahi keringat. Ketika tetes ketiga jatuh, terlihat seperti setetes air kecemplung di permukaan cat berminyak, tetes air obat ketiga seketika menjadi bening dan ber-gerak2 kian kemari dipermukaan getah kental itu.

"Nah, kali ini takkan salah lagi," seru So-yok terbelalak tegang.

"Semoga demikian," ujar Kun-gi, tetes ke empat dia jatuhkan pula kedalam wadah, perubahan kini semakin nyata dan kerja perpaduan obat dengan getahpun cepat sekali, getah kental hitam itu kini sudah mulai cair dan berubah warnanya, dengan cepat berubah menjadi air bening.

So-yok bersorak girang sambil berkeplok: "Ling-kongcu, kau berhasil."

Kun-gi menengadah sambil tertawa, katanya: "Akhirnya Cayhe menemukan obat penawarnya".

Sepasang mata Giok-lan memancarkan cahaya terang, bukan kepalang senang hatinya, serunya: "Ling-kongcu, kuaturkan selamat padamu!"

Sin-ih juga terbelalak, serunya: "Ling-kongcu hanya pakai empat tetes obat dan getah setengah wadah ini telah tawar sama sekali, air obat ini tentu amat lihay."

Tiba2 So-yok bertanya: "Dari guci yang mana kau tadi mengambil air obat itu, apa kau masih ingat?"

Sengaja Kun-gi meng-ingat2, lalu mengasi guci2 obat, katanya sambil menghitung: "Kali ini aku mengambil dari guci ke-3, 5, 6, 8, dan 9 lima guci." Lalu dia berpesan kepada Sin-ih: "Sisa yang lain boleh kau buang ke belakang."

Cepat Sin-ih bersihkan sisa obat lain yang tidak terpakai lagi.

Kun-gi ambil dua tempayan kosong, lalu dia ukur air obat guci ketiga dan kelima, masing2 di ambil 20 mangkuk, demikian pula pada guci keenam dan kesembilan masing2 dia ambil 30 mangkuk, lalu guci kedelapan dia angkat, setelah sari obatnya dia bersihkan, seluruh air obatnya dia tuang kedalam tempayan serta diaduk lagi dan kebetulan penuh kedua tempayan itu.

Menunjuk kedua tempayan obat itu, Kun-gi berkata kepada Giok-lan: "Congkoan membatasi Cayhae tiga hari untuk menyelesaikan tugas, hari ini telah kubuat dua tempayan air obat penawar getah beracun, harap Congkoan suka menerimanya."

Lekas Giok-lan balas hormat, katanya: "Ling-kongcu memang dapat dipercaya, hamba mengaturkan terima kasih."

Kata Kun-gi kepada So-yok: "Tadi aku sendiri yang mencoba dan berhasil, kini silahkan Hu-pangcu mencobanya sekali lagi." Lalu dia ambil sendok dan diangsurkan kepada So-yok.

So-yok tertawa manis, katanya: "Aku belum pernah mencoba, memang ingin aku mencobanya."

Dengan sendok itu dia menyiduk air obat terus dituang pelan2 ke dalam wadah lain yang berisi getah beracun. Perubahan pada getah beracun dalam wadah kali ini lebih cepat, dari kental segera menjadi cair dan bening.

Seru So-yok girang: "Obat penawar ini memang betul2 mujarab."

"Setengah sendok air obat yangg diambil Hu-pangcu tadi sedikitnya bisa menawarkan satu baskom getah beracun."

"Jadi, berapa banyak getah beracun dapat ditawarkan oleh air obat kedua tempayan ini?".

Kun-gi tertawa, katanya: "Thay-ouw seluas tiga puluh enam ribu hektar, kalau air danau semuanya getah beracun, kiranya cukup ditawarkan dengan air obat kedua tempayan ini."

Giok lan segera berpesan kepada Sin-ih: "Laporkan kabar gembira ini kepada Pangcu, katakan bahwa Ling-kongcu telah berhasil membuat obat penawarnya,"

Sin-ih mengiakan dan buru2 lari keluar.

"Obat penawar sudah kubuat, air obat kedua tempayan ini boleh silakan Congkoan menerimanya."

Giok-lan manggut2, katanya: "Nanti kusuruh orang menggotongnya keluar," lalu dia tatap Kun-gi, "cuma sudikah Ling-kongcu serahkan pula resep obatnya?".

Kun-gi, sudah menduga akan hal ini, katanya tersenyum: "Obat penawar yang kubuat sudah kuserahkan dan Pang kalian boleh memakainya, tentang resep obat....."

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

135K 18.7K 200
[Novel Terjemahan] Chapter (2001- 2200) Kultivasi Ganda Abadi dan Bela Diri Capai puncak kultivasi abadi dan jadilah mampu mengamuk tanpa rasa...
1M 113K 50
[PRIVATE ACAK! SILAHKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "NENEN HIKS.." "Wtf?!!" Tentang kehidupan Nevaniel yang biasa di panggil nevan. Seorang laki-laki yan...
30.5K 4.1K 200
Dalam hal potensi: Bahkan jika kamu bukan jenius, kamu bisa belajar Teknik Misterius dan keterampilan bela diri. Kamu juga dapat belajar tanpa guru...
57.9K 10.1K 40
Edisi BeckFreen...