Pendekar Kidal (Cin Cu Ling)...

Per JadeLiong

279K 6.4K 69

Lenyapnya Tong Thian Jong, tertua keluarga Tong di Sujwan yang terkenal dengan ilmu senjata rahasia dan racun... Més

Jilid 1
Jilid 2
Jilid 3
Jilid 4
Jilid 5
Jilid 6
Jilid 7
Jilid 8
Jilid 9
Jilid 10
Jilid 11
Jilid 12
Jilid 13
Jilid 14
Jilid 15
Jilid 16
Jilid 17
Jilid 18
Jilid 19
Jilid 20
Jilid 21
Jilid 22
Jilid 23
Jilid 24
Jilid 25
Jilid 26
Jilid 27
Jilid 28
Jilid 29
Jilid 30
Jilid 31
Jilid 32
Jilid 33
Jilid 34
Jilid 35
Jilid 37
Jilid 38
Jilid 39
Jilid 40
Jilid 41
Jilid 42
Jilid 43
Jilid 44
Jilid 45
Jilid 46
Jilid 47
Jilid 48
Jilid 49
Jilid 50
Jilid 51
Jilid 52
Jilid 53
Jilid 54
Jilid 55
Jilid 56
Jilid 57
Jilid 58
Jilid 59
Jilid 60
Jilid 61
Jilid 62
Jilid 63
Jilid 64
Jilid 65
Jilid 66
Jilid 67
Jilid 68
Jilid 69
Jilid 70
Jilid 71
Jilid 72
Jilid 73
Jilid 74
Jilid 75
Jilid 76
Jilid 77
Jilid 78
Jilid 79
Jilid 80
Jilid 81
Jilid 82
Jilid 83
Jilid 84
Jilid 85
Jilid 86
Jilid 87
Jilid 88
Jilid 89
Jilid 90
Jilid 91
Jilid 92
Jilid 93
Jilid 94
Jilid 95
Jilid 96
Jilid 97
Jilid 98
Jilid 99
Jilid 100
Jilid 101
Jilid 102
Jilid 103
Jilid 104
Jilid 105
Jilid 106
Jilid 107
Jilid 108
Jilid 109
Jilid 110 (TAMAT)

Jilid 36

2.2K 63 0
Per JadeLiong

Sudah tentu Jik Hwi-bing tahu akan kelihayan ilmu pedang ini, cuma dia tidak kenal ilmu pedang apa yang dia hadapi? Seraya menghardik kedua kakinya pasang kuda2 sekokoh tonggak menancap di tanah, tanpa menyingkir atau menghindar, dia andalkan kekuatan Lwekangnya, secara keras dia hadapi serangan Giok-lan.

Di tengah berkelebatnya sinar pedang, berdentinglah suara keras beradunya senjata mereka, Bayangan mereka berdua pun terpental mundur, masing2 sempoyongan beberapa langkah, waktu mereka memeriksa keadaan sendiri, ternyata pedang panjang masing2 kini sudah sama gumpil dan cacat.

Hanya sekejap kedua bayangan terpencar lalu saling terjang pula lebih sengit. Ilmu pedang Jik Hwi-bing mantap dan matang latihannya, dilandasi Lwekang yang kuat lagi sehingga hawa pedang berpencar menjadi gangguan yang tidak kecil artinya bagi musuh.

Permainan pedang Giok-lan sebaliknya menempuh jalan lincah dan gesit, Pek-hoa kiam-hoat sendiri memang mengutamakan kecepatan, ditambah gerakan Hwi-hoa-sin-hoat lagi, maju menyerang dan mundur bertahan cukup rapat, berkelebat sana menubruk sini, permainannya serba aneh dan menakjubkan.

Sudah 50 jurus mereka saling labrak, tapi masih sulit dibayangkan, pihak mana bakal menang. Ditengah pertempuran seru itu, mendadak Giok-lan berseru nyaring, sinar pedang laksana cahaya bintang jatuh menyapu ke arah Jik Hwi- bing.

Sejak tadi Ling Kun-gi terus perhatikan baku bantam ini, kini diam2 hatinya berteriak Pula: "Sin-liong-jut-hun!" Didapatinya bahwa nona2 dari Pek-hoa-pang ini se-olah2 semuanya pandai memainkan jurus Sin-liong jut-hun ini, bila menggunakan ilmu pedang perguruan sendiri sukar mendesak dan mengalahkan musuh, lalu mereka melancarkan jurus ilmu pedang yang lihay itu. Kini Giok-lan kembali melancarkah jurus Sin-liong-jut-hun, sudah tentu Kun-gi menaruh perhatian istimewa.

"Puluhan tahun sudah Jik Hwi-bing menggembeleng diri dalam ilmu pedang, walau tidak tahu asal usul ilmu pedang ini, tapi pengalaman tempur merupakan bekal ampuh bagi dirinya, tadi beruntun dia sudah menyaksikan Pek Ki-ham menghadapi musuh pula dan terbukti Pek Ki-ham dan Lan Hau sama cidera oleh jurus ilmu pedang ini, dengan sendirinya dia sudah waspada dan hati2, segera dia membentak: "Serangan bagus." Pedang terangkat untuk menutup datangnya serangan lawan.

Itulah Lot-ping-lam-thian (mengadu kekuatan dilangit selatan), jurus adu kekuatan dengan cara keras, meski hanya jurus permainan yang biasa dan umum, tapi dilancarkan oleh seorang ahli pedang ternyata jauh sekali bedanya, tahu2 sinar pedangnya berkembang laksana kipas dipentang lebar, untuk membendung sinar pedang Giok-lan.

Dua pedang mereka kembali beradu. '"Trang, krontang", sinar pedang tiba2 sama kuncup, bayangan mereka pun tergentak mundur beberapa kaki. Gebrakan ini tetap tiada yang unggul atau asor, tapi pedang panjang mereka sama2 tinggal separo.

Betapapun Giok-lan adalah perempuan, tenaganya lebih lemah, karena adu kekuatan ini sehingga lengannya tergetar linu, wajahnya pun merah panas pelan2 dia menarik napas, matanya yang bening menatap Jik Hwi-bing, katanya tertawa: "Ilmu pedang Jik-tongcu memang hebat, hayolah sambut sejurus seranganku lagi!" Beberapa patah kata ini di ucapkan dengan suara halus merdu, diam2 ia pinjam kesempatan ini untuk memulihkan tenaga.

Dan baru saja lenyap kata2nya, tubuhnya yang ramping itu terus melompat maju, pedang kutung diputar laksana kitiran. Kembali cahaya berseliwer dingin, hawa pedang melingkupi gelanggang seluas satu tombak lebih, sayup2 terdengar suara gemuruh badai guntur ditengah hujan lebat.

Mendengar orang bilang "sambut sejurus seranganku lagi", diam2 Ling Kun-gi sudah tergerak pikirannya dan matanya lantas menatap dengan tajam, dia membatin: "Ternyata benar Liong-can-ih-ya adanya."

Inilah jurus kedua dari ilmu pedang tunggal keluarganya. Keruan kaget dan heran pula Kun-gi dibuatnya. "Memangnya Pek-hoa-pang mempunyai hubungan erat dengan diriku?" demikian dia ber-tanya2 dalam hati.

Jik Hwi-bing memang tidak malu sebagai seorang ahli pedang, menghadapi ilmu pedang Giok-lan yang lihay, hebat dan digdaya ini, hatinya malah tenang dan mantap, pedang kutung ditangannya terangkat menunggu, begitu cahaya pedang lawan merangsak tiba, mendadak dia menghardik sambil menghembuskan deru napasnya, berbareng pedang terayun ke atas seperti menusuk ke udara.

Tipu yang digunakan ini bernama Pat-hong-Kong-ih (hujan angin dari delapan penjuru) jurus serangan biasa kalau tidak mau dikatakan umum, tapi dilancarkan dari tangan seorang ahli seperti dirinya ternyata lain pula bobotnya, maklumlah selama puluban tahun meyakinkan ilmu pedang, jurus ini boleh dikatakan sudah diyakinkan sedemikian rupa sempurna, dilandasi setaker kekuatannya lagi, maka pedangnya mendesing tajam.

Benturan keras dari kedua pedang kutung kembali terjadi, kali ini bunyinya nyaring bergema, pedang ditangan kedua orang bukan lagi kutung, tapi sama hancur ber-keping2 berhamburan di tanah.

Tak terasa rona muka Kun-gi berubah, maklumlah betapa hebat dan sakti jurus kedua ilmu pedang warisan keluarganya ini? Tapi Jik Hwi-bing ternyata mampu mematahkannya hanya dengan sejurus Pat-hong-hong-ih yang sangat umum ini.

Memang soalnya terletak pada bobot serta latihan Giok-lan, karena intisari dan kekuatan sesungguhnya dari jurus kedua ini belum lagi matang dan mendarah daging pada jiwanya, sehingga kesaktian dan gerak perubahannya tidak dapat dimanfaatkan, sebaliknya Jik Hwi-bing membekal latihan puluhan tahun, Lwekangnya tinggi, menyerang dengan kekuatan terakhir lagi, sudah tentu dia lebih beruntung.

Memperoleh hasil yang diluar dugaan serta memuaskan ini, Jik Hwi-bing tidak kepalang tanggung bertindak lagi, sekali jejak dia melompat ke atas, kedua kaki serentak bekerja menendang secara berantai, Giok-lan kena didesaknya mundur beberapa langkah, begitu tubuh meluncur dan kaki hinggap dibumi lagi, mulut lantas tertawa panjang, lengan terkembang bagai bangau menjulang ke langit, tubuhnya meluncur melompati kepala orang banyak terus ngacir seperti kesetanan.

Belum lenyap lengking tawa Jik Hwi-bing, Pek Ki-ham yang berdiri diluar gelanggang serentak ikut menjejak kaki melambung tinggi dan mengikuti langkah Jik Hwi-bing, diapun meluncur jauh keluar kepungan.

Karena kurang waspada Giok-lan terdesak mundur dua langkah, melihat kedua musuh melarikan diri, gusarnya bukan main, kontan ia menimpuk gagang pedang yang masih dipegangnya kepunggung Pek Ki-ham. Lalu membalik badan merebut sebatang pedang dari salah seorang pelayan terus mengejar.

Sementara itu Giok-je, Bwe-hoa dan Kiok-hoa bagai burung Hong terbang be-ramai2 juga ikut mengudak dengan kencang.

Pek Ki-ham yang kutung lengannya kehilangan banyak darah, dia setindak lebih lambat lari dari pada Jik Hwi-bing, baru saja tubuhnya melambung ke atas, mendadak dirasakannya sejalur angin kencang menerjang punggungnya, karena terapung di udara, tak mungkin dia berkelit, terpaksa pedang menyabet kebelakang. "Trang", gagang pedang timpukan Giok-lan kena disampuknya jatuh, tapi daya luncuran tubuhnya dengan sendirinya menjadi terganggu, tubuhnya terus anjlok ke bawah.

Giok-lan sudah mengejar tiba secepat angin, tahu2 ia berkelebat lewat disamping Pek Ki-ham, mulutnya membentak: "Kalian cegat dia, biar kukejar bangsat she Jik itu."

Baru saja Pek Ki-ham anjlok turun, Bwe-hoa, Kiok-hoa dan Giok-je pun beruntun telah mengepungnya. Tahu dirinya sukar meloloskan diri, muka Pek Ki-ham yang pucat itu jadi beringas, mulutnya membentak: "Biar tuanmu adu jiwa dengan kalian!"- Karena nekat dan mau adu jiwa maka gerakan pedangnya sudah tentu kuat luar biasa.

Bwe-hoa berada paling depan, terasa sabetan pedang lawan membawa tekanan yang dahsyat, belum lagi tajam pedang menyerang tiba, hawa pedangnya yang dingin sudah merangsang badan. Lekas dia menghimpun hawa murni di pusar, sekali jejak tubuhnya lantas melambung ke atas menghindari sabetan pedang musuh, lalu dari atas ia menubruk ke bawah.

Jeri hati Pek Ki-ham, tapi gerakannya tidak menjadi kendur, tenaga dia pusatkan ditangan kanan, pedang diputar sekencang kitiran, serangan Bwe-hoa yang menukik turun ditangkisnya terus ditolak kesamping.

Kiok-hoa tertawa dingin jengeknya: "Masih berani membandel, biar kutabas sisa lenganmu yang satu ini!" Selarik sinar betul2 menabas ke pundak kanan orang.

Saking murka wajah Pek Ki-ham yang pucat berubah jadi merah padam, ilmu silatnya tinggi, sayang lengannya sudah buntung, betapapun tak kuasa menghadapi keroyokan tiga lawannya? Sambil menangkis dan menyampuk serabutan kakinya mundur tak teratur lagi, kelihatannya dalam beberapa gebrak saja dia tak mampu bertahan lagi.

Se-konyong2 sinar kemilau berkelebat dari sebelah kanan, ternyata pedang Kiok-hoa tiba2 menyelinap masuk, "cret', lengan baju kanannya tertusuk berlubang.

Keruan Pek Ki-ham semakin nekat dan kalap, sambil kertak gigi dia putar pedang melindungi badan, sekuat tenaga dia masih bertahan tiga empat gebrak lagi.

Terdengar Bwe-hoa membentak nyaring. "Trang" pedang lawan kena ditindih ke bawah, sigap sekali pedang si kembang seruni dan Giok-je sudah mengancam tengkuk dan lehernya dari kiri-kanan.

Bwe-hoa mendengus. katanya: "Orang she Pek, tidak lekas kau menyerah dan terima dibelenggu?"

Hampir menyala mata Pek Ki-ham "Cuh!'. tiba2 mulutnya menyemprot riak kental kemuka Bwe-hoa, bentaknya beringas: "Budak busuk, kalian mimpi!"

Dengan mudah, Bwe-hoa menyingkir ke samping, bentaknya: '*Cari mampus kau!"

Pek-hoa-pangcu tiba2 berbangkit, teriaknya nyaring: "Selamatkan jiwanya."

Sayang sudah terlambat sembari menghardik tadi ternyata Pek Ki-ham sudah membalik pedang sendiri terus menusuk perut sendiri, darah hitam segera muncrat dari luka di perutnya, pelahan2 tubuhnya pun roboh tersungkur.

Hampir saja Bwe-hoa yang menyerang lalu kecipratan darah hitam itu, untung dia keburu melompat minggir, serunya sambil angkat kepala; "Toaci, dia sudah mati!" Kiok-hoa dan Giok-je juga tarik pedang.

Pek hoa-pangcu tampak mengerut kening, katanya: "Sudah mati biarlah, suruh orang menguburnya. "

Bwe-hoa mengiakan, Mendadak Giok-je menjerit: "Getah beracun, pedangnya dilumuri getah beracun, cepat sekali jazatnya telah membusuk."

Ternyata dalam sekejap ini dimana perut Pek Ki-ham terkena pedang, kulit dagingnya telah membusuk jadi cairan hitam yang berbau busuk.

Lekas Pek-hoa-pangcu maju memeriksa. Pikiran Ling Kun-gi juga tergerak, tanpa diminta iapun mengikuti jejak Pek-hoa-pangcu.

Memang tubuh Pek Ki-ham dengan cepat telah berubah jadi cairan darah kental hitam, rumput disekitar mayat pun seketika hancur jadi cairan, sampai tanahpun ikut berubah bentuk, maka dapatlah dibayangkan betapa ganas racun ini.

Tak habis mengerti, Kun-gi lantas bertanya: "Apakah benar pedangnya dilumuri getah beracun? Memangnya getah racun apakah itu masa begini lihay?"

Pelan2 Pek-hoa-pangcu menggeleng kepala, katanya: "Aku tidak tahu, inilah rahasia Hek-liong-hwe."

Entah memang tidak tahu atau tidak mau menjelaskan? Tapi Kun-gi tak enak bertanya lebih lanjut.

"Bukan Pang kita saja yang telah mengalami tekanan oleh ganasnya getah beracun ini, tapi seluruh kaum persilatan di jagat inipun akan mengalami petaka yang sama atau mungkin lebih mengenaskan. Kalau Ling kongcu berhasil punahkan kadar racun getah ini boleh dikatakan telah menolong jiwa sesama umat manusia di jagat raya ini." - Apa yang dikatakan tak ubahnya seperti yang pernah Ling Kun-gi dengar dari mulut Cek Seng-jiang.

Kun-gi hanya tersenyum, katanya: "Cayhe akan bekerja sekuat tenaga."

Tengah bicara, tampak Giok-lan telah kembali. Pek-hoa-pangcu lantas tanya: "Dia sempat meloloskan diri?"

Giok-lan membungkuk, sahutnya, "Hamba mengejarnya sampai pinggir danau, bangsat tua itu sudah lari naik perahu."

Sambil menghela napas pelan berkata Pek-hoa-pangcu: "Latihan ilmu pedangnya sudah matang, umpama kau bisa mengejar dia juga sukar untuk membekuknya." Mendadak dia menatap sambil menambahkan: "Jadi kalian tidak menemukan perahu mereka?"

"Liok dan Li berdua Sucia yang bertugas disebelah timur laut ternyata tertutuk Hiat-to oleh mereka, katanya dua orang yang membekuk mereka adalah pemuda berjubah biru dan seorang laki2 jangkung berjubah hijau, lengan kirinya terbuat dari besi dan ilmu silat mereka amat tinggi.' Itulah Dian Tiong-pit dan Hou Thi-jiu!" seru Giok-je.

"Meski dia sempat lari dari tangan kita, tapi dua diantara tiga dapat kita lumpuhkan, hasil ini pun sudah cukup memuaskan."

"Jadi orang she Pek itu telah kita tawan?" tanya Giok-lan.

Pek-hoa-pangcu menuding ke tanah, katanya: "Pedangnya dilumuri getah beracun, jazatnya telah cair dan terisap ke dalam tanah."

Giok-lan memandang ke tanah dengan pandangan kaget, katanya: "Begini lihay getah beracun ini?"

"Walau amat beracun, kini kita telah mendatangkan Ling-kongcu, kukira takkan lama lagi kita akan mempunyai daya untuk memunahkannya," demikian ujar Pek-hoa-pangcu.

Kun-gi tertawa. katanya: "Jangan Pangcu mengharapkan terlalu besar terhadapku, dapatkah Cayhe menemukan obat pemunahnya masih belunn tentu, Cayhepun tidak begitu yakin."

Pek-hoa-pangcu mengerling, katanya sambil tersenyum manis: "Bukankah tadi kau bilang akan membantu sekuat tenaga?"

"Umpama Cayhe kerja sekuat tenagakan belum tentu berhasil?" sahut Kun-gi.

"Janji Kongcu pasti dapat dipercaya, kuyakin kau pasti akan bekerja sepenuh hati, Ai, hidup-mati seluruh anggota Pang kami bergantung dari usaha Ling-kongcu saja." Sampai disini dia berpaling kepada Giok-lan. "Orang2 Hek-liong-hwe sudah mencari kesini, Jik Hwi-bing adalah salah satu Tongcu mereka, setelah dia berhasil melarikan diri urusan tentu takkan berakhir sampai disini saja, maka sejak kini sekeliling taman ini harus ditambah penjagaan, ronda diperkuat lebih keras."

Giok-lan menerima perintah ini.

Pek-hoa-pangcu berkata pula: "0rang2 Hek-liong-hwe telah melumurkan getah beracun di senjata masing2, pasti mereka juga sudah melumuri senjata rahasianya, maka kita semua harus lebin hati2." Merandek sekejap lalu ia menambahkan, "Syukurlah Ling-kongcu telah berjanji akan membantu, semakin cepat diperoleh obat penawarnya tentu akan lebih baik, lekas kau antar Ling-kongcu kembali ke kamarnya, periksa lagi masih ada kekurangan apa? Untuk ini harap Ling kongcu dapat mulai bekerja selekasnya."

Kun-gi menjura, katanya: "Pangcu tiada pesan lain, baiklah Cayhe mohon diri saja."

Sambil membetulkan sanggulnya, tajam dan prihatin tatapan mata Pek-hoa-pangcu, katanya: "Semua berkat bantuan dan usaha Kongcu."

Giok-lan lantas bawa Kun-gi kembali melalui jalan datangnya tadi, kali ini Giok-lan tetap berjalan di depan, lekuk tubuh orang yang semampai dan menggiurkan menjadikan pikiran Kun-gi tidak tenang, apalagi bau harum dari badan orang selalu merangsang hidungnya. .

Setelah tiba di serambi di pinggir gunungan palsu itu baru Giok-lan berpaling, katanya tersenyum manis, "Biasanya Pangcu amat dingin menghadapi orang, sikapnya yang lunak hari ini terhadap Ling-siangkong sungguh amat istimewa."

"Cayhe amat beruntung sekali," ajar Kun-gi berkelakar,

"Memangnya hanya pemuda segagah dan setampan Ling-siangkong saja yang dapat menundukkan dan mencairkan hati Pangcu yang kaku dan beku."

Merah muka Kun-gi, katanya: "Ah, nona jangan menggoda."

Sambil menunduk Giok-lan jalan di depan, katanya lirih: "Memangnya Kongcu masih belum merasakan? Ai, Kongcu dan Pangcu kami memang merupakan pasangan yang setimpal, sayang . . . ." suaranya semakin lirih dan akhirnya tenggelam dalam tenggorokan.

Sayang apa? Dia tidak meneruskan, sudah tentu Kun-gi rikuh untuk menanya, maka selanjutnya mereka berjalan tanpa bersuara lagi.

Benak Kun-gi masih memikirkan ketiga jurus Hwi-liong-kiam-hoat tadi, maka tak tertahan dia bertanya: "Cayhe ingin mohon petunjuk suatu hal kepada nona."

"Apa yang ingin kau tanyakan?" Giok-lan menoleh. .

"Pang Kalian menggunakan Pek-hoa (seratus kembang), menciptakan semacam suatu aliran ilmu pedang tersendiri, jika dikembangkan menciptakan kuntum bunga yang ber-beda2 se-olah2 seratus bunga mekar bersama, entah apakah nama ilmu pedang ini juga danamakan Pek-hoa?"

Terunjuk rasa heran dan kaget dari sinar mata Giok-lan, katanya: "Ling-kongcu memang cerdik, hanya menyaksikan beberapa jurus lantas tahu asal-usul ilmu pedang itu."

"Nona terlalu memuji, soalnya Cayhe pernah dengar penuturan guruku tentang aliran dan jurus2 ilmu pedang dari berbagai golongan di jagat ini, tapi ilmu pedang yang diperlihatkan oleh beberapa nona tadi semuanya merupakan ciptaan tersendiri, dan lagi ceplok2 sinar pedang ber-kuntum2 banyaknya, serasi betul dengan perkumpulan kalian, maka dapatlah dibayangkan bahwa ilmu pedang itu pasti hasil ciptaan cakal-bakal Pang kalian."

Giok-lan manggut2, katanya: "Agaknya Ling-kongcu juga seorang ahli pedang."

"Terlalu tinggi penilaian nona terhadap cayhe, memang cayhe memelajari beberapa jurus ilmu pedang cakar ayam, jangan dikatakan ahli? Jik Hwi-bing yang betul2 ahli dalam bidang ini dengan landasan Lwekang yang tinggi lagi toh juga kecundang oleh nona, kukira nona yang setimpal dijunjung sebagai ahli pedang."

Continua llegint

You'll Also Like

60.5K 10.4K 40
Edisi BeckFreen...
74.2K 10.1K 123
[Novel Terjemahan] Chapter (2201- 2318) Kultivasi Ganda Abadi dan Bela Diri Capai puncak kultivasi abadi dan jadilah mampu mengamuk tanpa rasa...
33.9K 5.5K 200
Dalam hal potensi: Bahkan jika kamu bukan jenius, kamu bisa belajar Teknik Misterius dan keterampilan bela diri. Kamu juga dapat belajar tanpa guru...
267K 5K 67
MENGAPA? MENGAPA? MENGAPA? Demikian pertanyaan yang selalu menghuni dalam benak Siau-liong, jejaka berumur 16 tahun yang sedang belajar pada Tabib Sa...