Demi Biasku yang Tersakiti |...

By KHS407

578K 35.1K 4.4K

!!! MTL FAN TRANSLATION !!! Pernah kah kalian berharap bisa bertemu langsung dengan karakter dalam novel favo... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
Side Story - 1
Side Story - 2
Side Story - 3
Side Story - 4
Side Story - 5
Side Story - 6
Side Story - 7
Special Story - 1
Special Story - 2
Special Story - 3
Special Story - 4
Special Story 5 - TAMAT

65 - Tamat

15.8K 771 95
By KHS407

Kami benar-benar menjalani kehidupan yang bahagia di Attica.

Meninggalkan ibukota yang berisik dan memilih untuk hidup disini untuk berfokus pada hubungan kami benar-benar pilihan terbaik.

Suatu hari, kira kira hampir satu tahun setelah ulang tahun pernikahan yang kedua, aku berjalan-jalan dengan Caelus di sekitar lingkungan rumah kami karena cuacanya agak menghangat.

"Hasil panen kentang kali ini cukup meningkat, jadi semua orang merasa senang karenanya"

"Lalu perdagangan antara hasil hutan Attica dan juga hasil panen dari Illion membuat kedua wilayah ini merasa puas"

Ketika aku sudah kembali pulang, Caelus menerima surat yang darurat dari ibukota.

"Dari siapa?

"Hm..Heli yang mengirim surat"

Ketika membaca surat, perlahan ekspresi wajahnya menjadi muram.

"Kondisi Kaisar mulai memburuk"

"Oh...."

Kaisar merupakan figur yang menyerupai ayah baginya. Terkadang ia juga sering kali dipanggil sebagai 'putra kedua' nya ketika berada didepan publik.

Aku pun menggenggam tangan Caelus.

"Mari kita ke ibukota. Kamu tak boleh ragu, jika tidak kamu bisa menyesalinya"

"Yah..kurasa juga begitu"

Kemudian para pelayan menyiapkan segala kebutuhan kami untuk perjalanan yang mendadak ini.

Kami harus bergerak cepat, jadi perbekalan dan juga personel yang mengikuti harus berjumlah sedikit.

Sudah lama sejak terakhir kali kami meninggalkan Attica dan menuju ke selatan.

Ketika kami dalam perjalanan pertama menuju Attica menempuh waktu yang hampir saru minggu, kini dipangkas hingga menjadi tiga hari.

Akhirnya kami tiba di ibukota. Namun, kami tak bisa langsung beristirahat untuk menghilangkan rasa lelah.

Caelus dan aku langsung buru-buru menuju istana tanpa sempat menyapa pelayan yang mengurus kediaman kami di ibukota.

Sudah terlihat banyak aristokrat yang berkumpul di istana Singa. Ketika kami tiba, ada banyak seruan disana sini.

Countess Erinis menyapa kami sambil memegang sapu tangan untuk menyeka air mata nya.

"Duchess Hestia! Duke Caelus!"

"Countess..."

Ini bukanlah situasi dimana kami bisa menyapa dengan begitu formal, jadi aku langsung menanyakan kabar terkini kondisi Kaisar.

"Apa yang terjadi pada Yang Mulia Kaisar?"

"Kondisi beliau memang cukup lemah, namun tiba-tiba memburuk beberapa hari terakhir. Semua pelayannya berjaga disekitar beliau, tapi saya rasa kita harus bersiap kemungkinan terburuk"

"Ah..."

Wajah Caelus memucat.

"Aku harus segera menemui Yang Mulia, Hesse"

"Ya, aku akan mengikutimu"

Kami buru-buru menuju ruang kamar tidur Kaisar. Kami pun tiba didepan kamar setelah melewati koridor yang dijaga ketat oleh para ksatria.

"Sampaikan kalau Caelus Lord Illion, dan Hestia Lord Attica datang untuk menemui Kaisar"

Penjaga didepan pintu menunduk hormat dan kemudian buru-buru masuk kedalam.

"Silahkan masuk"

Setelah bertukar tatapan denganku, Caelus berjalan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan keributan dari langkah kakinya.

Aku bisa melihat Kaisar yang terbaring diatas ranjang.

"...."

Diana yang terlihat pucat melihat ke arah kami dan kemudian berdiri. Ekspresinya berada di ambang menangis.

Caelus langsung menghampiri Kaisar tanpa melirik sedikitpun ke arah Diana.

"Yang Mulia"

"....?"

Mungkin saja Kaisar baru menyadari kehadiran Caelus setelah mendengar suaranya, barulah ia mengonfirmasi kehadiran kami dengan tatapan yang setengah sayu. (t/n: tatapan orang baru melek bangun tidur ngumpulin nyawa gimana sih)

"Ah... Caelus"

Tangan yang lemah memegang pinggiran selimutnya. Caelus menyadarinya dan langsung menggenggam erat dengan kedua tangannya.

Kurasa kami harus keluar agar bisa membiarkan Caelus dan Kaisar berdua untuk sekarang.

"....."

Namun Diana yang tidak peka selalu saja menjadi masalah.

Dia masih saja berdiri disamping ranjang seakan menempel pada lantai sambil menggenggam sapu tangan dan hanya menangis.

Aku tak bisa berbuat apa-apa. Ini memang sudah beberapa waktu berlalu sejak terakhir kali kami bertatap muka.

Tapi kurasa aku dan Diana memang ditakdirkan untuk berselisih setiap kali kami berada didalam ruangan yang sama.

Aku pun bicara lebih dulu.

"Yang Mulia Putri Mahkota, bagaimana kalau kita keluar dulu untuk sementara"

"?"

Alisnya sedikit merengut. Tapi ketika aku menatapnya dengan tatapan paksaan, ia menganggukkan kepalanya.

Sebelum keluar aku memberikan kecupan ringan pada pipi Caelus.

"Cael, sampai bertemu nanti"

"....."

Ia hanya mengangguk sebagai balasan.

-

Ketika kami keluar, aku dan Diana sama-sama berpaling ke arah lain dan terdiam.

Jika menilai sikapnya, kurasa dia belum merefleksikan diri dengan benar seperti yang Helios katakan dulu.

Apakah dia masih butuh waktu? Memang sulit mengubah seseorang hanya dalam waktu beberapa tahun.

Tapi aku tetap penasaran. Mari kita cari tahu apakah dia sudah membuat langkah untuk berubah.

"Sudah lama kita tak berjumpa, Yang Mulia"

".....Ya, lama tak berjumpa"

Oh, sikapnya dingin. Sudahlah, kuakhiri saja pemeriksaan progressnya.

Seharusnya dulu aku mendukung pelengserannya sekeras mungkin jika Caelus tak mencegahku. Untuk sesaat, dendam masa lalu terbangun lagi.

"......"

Namun ketika aku menghabiskan waktu ku dengan Caelus di Attica, aku banyak mengubah pandanganku.

Apa yang Caelus katakan memang benar. Lebih penting bagi kami untuk memikirkan kebahagiaan kami sendiri tanpa perlu mempedulikan orang lain.

Sesungguhnya hanya buang-buang tenaga saja untuk mempedulikanya.

Jadi aku memutuskan untuk mengabaikan reaksi Diana.

"Oh.."

Diana yang ada disebelahku tiba-tiba berseru, aku pun mengalihkan pandanganku karena terkejut.

Helios menghampiri kami dengan langkah yang cepat, mungkin ia sudah mendengar berita tentang kami.

"Salam pada.."

"Hestia, apa Caelus didalam?"

Kebiasaannya yang memotong salam dari orang lain belum juga berubah. Jadi aku menjawab dengan cepat.

"Ya, kami keluar agar Yang Mulia Kaisar bisa leluasa berbicara dengan suami saya"

"Begitu ya... fyuh"

Helios menghela nafas seolah merasa lega.

"Apa ada yang salah?"

"Hm? Ah..aku...aku senang kalian bisa datang sebelum terlalu terlambat"

Aku tak tahu harus menjawab apa pada Helios yang tersenyum muram. Apa yang bisa kukatakan pada seseorang yang hampir kehilangan ayahnya didepan mata nya?

Ini adalah salah satu jalan hidup yang memang pahit.

Pada akhirnya, setelah banyak berpikir, aku menemukan apa yang harus kukatakan.

"Yang Mulia pasti akan pulih"

Walaupun senyumku terlihat palsu, tapi setidaknya perasaan simpati ku bisa tersampaikan.

Untungnya Helios menerima caraku untuk menghiburnya.

"Aku juga berharap begitu. Terima kasih Hestia"

Kemudian pintu kamar Kaisar tiba-tiba terbuka. Helios dan Diana yang berdiri didepannya menoleh karena terkejut.

"Yang Mulia Putra Mahkota, Anda dipanggil oleh Yang Mulia Kaisar"

"Aku mengerti"

Ketika Helios masuk kedalam, aku dan Diana yang tersisa di lorong tersebut.

"......."

"......."

Rasa canggung itu muncul lagi. Aku memilih untuk menganggap Diana tidak ada disini.

Aku juga tak berniat untuk berbaikan dengannya. Tentu saja apa yang kulakukan padanya juga bukanlah perbuatan yang baik.

Tapi sama hal nya dengan Diana yang tak ingin meminta maaf dengan tulus, aku juga tak bercermin pada perbuatanku dulu.

Ya, aku tidak bisa memaksa Diana untuk bercermin ketika aku sendiri tidak melakukan hal yang sama.

Hanya sampai waktunya dia menyadari kesalahannya, aku dan Caelus hanya perlu untuk hidup dengan kebahagiaan kami sendiri.

Sejujurnya, butuh energi yang besar untuk terus-menerus membenci seseorang.

Ketika aku menghabiskan waktu untuk menunggu dalam diam, banyak pikiran yang terlintas didalam kepala ku.

Begitu pintu yang tadi tertutup rapat kini terbuka, Helios dan Caelus pun muncul bersamaan.

Dengan cepat aku menghampiri kesayanganku.

"Cael.."

"Hesse...."

Caelus terlihat sangat lelah.

Kemudian Helios menghadap kami.

"Aku akan segera memanggil kalian. Hingga saat itu, tolong tetaplah berada di ibukota"

"Baik Yang Mulia"

Aku pun menjawab mewakili Caelus.

Helios pun berbalik dan berjalan menjauh.

"...."

Diana menatap kami sebentar dan kemudian perlahan ia kembali ke sisi Kaisar lagi.

Aku pun menggenggam tangan Caelus yang dingin.

"Kita juga harus pulang"

"....Ya"

Ia balik menggenggam tanganku dan berjalan dengan gontai.

-

Setelah sekian lama, akhirnya kami berdua bisa berbaring lagi di ranjang rumah ini.

Caelus pun membuka percakapan dengan wajah yang begitu kesulitan untuk memulai.

"Yang Mulia....."

Ketika Caelus belum melanjutkan kata-katanya, aku menunggu dengan sabar hingga ia siap.

"....Beliau memintaku untuk tetap berada di ibukota"

"!!"

Saat itu barulah aku menyadari kenapa dia memiliki ekspresi yang begitu muram di wajahnya.

Dia pasti takut aku akan mendapat kesulitan karena dibayang-bayangi konfrontasi ku dulu di tengah kalangan sosial ibukota yang begitu berisik.

Khususnya, aku merasa aku menyebabkan ketakutan tersendiri bagi Caelus. Mungkin ia takut harus menjalani hidup di ibukota lagi.

Tapi aku tidak bisa mengabaikan masalah ini dan memilih kembali ke Attica yang membuat kami hidup bahagia. Aku khawatir pada permintaan Kaisar yang terkesan seperti wasiat.

Aku pun bertanya hati-hati.

"Apa yang ingin kamu lakukan untuk sekarang?"

"Aku...."

Ia menggelengkan kepala seolah tak memiliki jawaban.

Walaupun begitu, aku bisa merasakan kalau ia goyah. Haruskah aku membantunya mengambil keputusan?

"Cael, aku sudah berjanji padamu kalau aku akan mengikuti kemanapun kamu pergi. Entah itu di Attica atau di ibukota, aku selalu bahagia jika bersamamu"

"Hesse...."

"Jika kamu masih ragu, lebih baik kita menetap dulu disini untuk sementara waktu. Kita bisa memutuskannya lagi nanti"

Sesungguhnya, aku masih tak begitu memperdulikan hal lain selain Caelus. Apapun yang terjadi pada Kaisar aku tak perduli, cukup bagiku untuk hidup bahagia bersama kesayanganku.

Tapi aku tak ingin membebaninya sebagai ganti kebahagiaanku.

Terlebih lagi, Kaisar sepertinya tak memiliki banyak waktu tersisa.

Demi meringankan beban pikiran Caelus, aku bersedia mengalah.

"Mari lakukan seperti itu, Cael"

Aku pun sedikit menekannya sekali lagi. Setelah menghela nafas panjang, Caelus mengangguk perlahan.

"Terima kasih, Hesse. Jika kamu tak keberatan, mungkin kita harus tinggal disini lebih lama lagi. Aku merasa bersalah jika harus menolak permintaan Yang Mulia Kaisar"

"Ya..aku juga merasakan yang sama"

Dengan ini kami pun sepakat memperpanjang waktu kami untuk tinggal di ibukota.

-

Keesokan harinya, Helios memanggilku dan Caelus ke istana.

"Kalian pasti terkejut ketika tiba-tiba mendengar kabar. Tapi terima kasih karena sudah buru-buru kembali"

Helios menuangkan teh untuk Caelus dan kopi untukku.

Sambil mengangkat cangkir, Caelus bertanya.

"Apakah ada alasan khusus kenapa kondisi beliau memburuk lebih cepat?"

"Berdasarkan pemeriksaan dokter, seseorang yang sudah sakit dan hanya terbaring di ranjang dalam waktu yang lama bisa mengalami penurunan kondisi hanya dengan sedikit gejala penyakit tambahan"

Helios menjawab dengan wajah yang kalut.

Usia Kaisar masih belum mencapai 50 tahun untuk ukuran generasi orang tua. Namun, akibat dari penyakit yang sudah lama ia derita, ia terlihat lebih tua dari usia yang seharusnya.

Di dalam dunia dimana obat-obatan modern belum tersedia, rata-rata harapan umur seseorang begitu pendek, berkisar antara 30 sampai 40 tahun.

Mungkin itulah alasan kenapa orang-orang berpikir kalau Kaisar cukup bertahan sebagai orang yang berpenyakitan.

Kemudian Caelus bicara perlahan.

"Kemarin, beliau memintaku untuk tetap berada di ibukota"

"......"

Helios hanya menganggukan kepalanya.

"Jadi aku sudah berdiskusi dengan Hesse, dan kami memutuskan untuk berada di ibukota untuk sementara ini"

"Hmm....."

Jika melihat ekspresi wajahnya, Helios seakan memiliki banyak hal yang ingin dikatakan.

Aku pun memancingnya.

"Yang Mulia, Anda pasti ingin mengatakan sesuatu"

"Satu hal yang menarik dari Duchess yang anehnya bisa membaca pikiranku dengan baik"

Dia menjawab dengan senyum palsu.

"......Aku akan memberitahu kalian yang sesungguhnya. Aku menginginkan kalian kembali ke ibukota, bukan hanya untuk sementara waktu"

"....."

Caelus cemberut, tapi untuk sekarang ia masih diam mendengarkan.

"Aku sendiri sudah mencapai batasku. Memang menjadi beban bagiku ketika kamu menetap di Attica untuk rehat, namun sekarang rasanya aku tak bisa lagi menanggung semuanya sendiri"

"Uh...."

Kini Helios menghadapku.

"Duchess, aku tahu kamu lebih memilih Attica dibanding ibukota. Tapi negara ini sungguh membutuhkan Cael"

Namun ternyata Cael lebih dulu berbicara dengan nada yang begitu dingin.

"Jangan paksa istriku untuk menjawab, Heli"

"Oh, aku tak memaksanya, aku memohon pada Hestia"

Helios juga menjawab tak mau kalah.

Aku pun menyesap kopi di cangkirku dengan santai.

"....Sejujurnya, saya tak peduli"

"Hesse, kamu tak harus menjawab"

Mendengar kesayanganku jadi membuatku tersenyum lembut.

"Tidak, aku katakan padamu. Hal yang palig penting untukku adalah aku tak memiliki hutang apapun pada orang lain. Kita sudah cukup lama menikmati masa bulan madu kita, jadi kurasa sudah saatnya kembali ke asal kita"

Helios menyeringai di waktu yang tepat setelah aku selesai berbicara.

"Terima kasih, Hestia"

Tapi Caelus masih belum mau mengalah.

"Tidak, ada hal yang harus kita diskusikan sebelum memutuskan kembali ke ibukota atau tidak"

"?"

"Apa yang Diana lakukan akhir-akhir ini?"

Mendengar pertanyaannya yang tajam, untuk sesaat aku dan Helios sama-sama terdiam.

Tatapan mata Caelus menjadi makin dingin.

"Aku dan Hestia pergi menetap ke Attica karena ingin menjauh dari masalahmu dengan Diana"

Helios menjawab dengan canggung.

"Kalau Diana...."

Senyum pahit terlihat di wajahnya.

"Kita sudah menikah lebih dari tiga tahun. Kita menikah hanya beda sehari dari tanggal pernikahan kalian"

Aku dan Caelus sama-sama menunggu kelanjutan apa yang ingin dikatakan Helios.

"Perlahan kami mulai memulihkan hubungan. Sekarang kami sudah bisa sarapan bersama dan mulai ditemani Diana pada acara publik"

Hal itu merupakan hal yang lumrah bagi pasangan, tapi sungguh perkembangan besar ketika mengingat seperti apa kondisi terakhir hubungan mereka.

"Diana juga lebih lembut dibanding dulu. Diantara gadis dayang nya di istana Lily yang berasal dari keluarga bangsawan juga mulai bertambah. Tapi tentu saja masih belum cukup di mata Duchess, tapi yang aku ingin kalian ketahui yaitu kami sudah berusaha"

"Bisakah kamu berhenti membawa-bawa istriku?"

Ketika Caelus bersungut-sungut, Helios menjawab dengan pasti.

"Secara resmi tak akan ada lagi perlawanan"

"Yah...cukup disayangkan"

Helios tergelak mendengar jawabanku.

"Duchess memang sudah lebih leluasa. Aku tak menyangka bisa mendengar kata-kata dermawan begitu"

Perlahan aku menggenggam tangan Caelus.

"Kamu tak perlu mengkhawatirkanku, aku sungguh baik-baik saja"

"Hesse..."

Tatapan mata violet itu masih penuh kekhawatiran.

Aku pun tersenyum lembut.

"Sudah cukup aku memonopoli waktu mu. Kini saatnya untuk membiarkanmu kembali menjalankan tugasmu untuk negara ini"

"Uh....."

"Sebagai tambahan Yang Mulia Kaisar pasti akan hidup lebih lama. Bukankah kita harus menetap di ibukota seperti permintaan beliau? Siapa yang tahu berapa tahun lagi akan berlalu?"

Helios tersenyum lagi mendengarku.

"Baik, Hesse"

Setelah berulang kali menghela nafas dan perasaan goyah, akhirnya Caelus menyetujuinya.

"....Baik. Aku akan kembali mengurus masalah negara"

"Terima kasih, Cael"

"Ini semua berkat permintaan Yang Mulia Kaisar dan bujukan istriku"

Walaupun kata-katanya cukup tajam, Helios menanggapinya dengan wajah yang cerah.

"Tentu, aku tak akan melupakannya"

**

Setelah kami memutuskan untuk menetap kembali di ibukota, Caelus pun menghubungi orang-orang yang ada di Attica untuk kembali ke ibukota.

Aku juga menulis surat terpisah untuk Madam Harmonia. Aku memintanya untuk melaporkan situasi yang terjadi di Attica kedepannya karena beberapa hal yang terjadi di ibukota sedang tidak baik.

Ada hal lain yang harus dilakukan.

Ketika kami kembali ke ibukota, kami harus mengadakan pesta untuk merayakan kepulangan kami.

Aku pun memanggil Uros dan Clarice untuk mendiskusikannya.

"Aku harus menggelar pesta minum teh disini"

"Silahkan Madam, kami pasti akan membantu sebisa mungkin"

Seperti yang kuharapkan dari orang yang terpercaya. Inilah sebab kenapa aku bisa bekerja dengan begitu berani walaupun aku sendiri kadang kikuk.

Ini adalah acara sosial yang kupersiapkan dengan terburu-buru, tapi aku juga sudah membuat kemajuan berkat pengalamanku sendiri.

Pertama tama aku mengirim undangan pada beberapa orang yang sering berinteraksi denganku, termasuk Countess Erinis.

Setelahnya dengan cepat aku memilih teh dengan kualitas terbaik walaupun harganya lebih mahal. Dan tentu saja aku meminta Tekima untuk membuat gaunku.

Kurang dari seminggu setelahnya, aku bisa menyelenggarakan pesta minum teh dengan sempurna.

Setelah beberapa saat, aku datang bersama Caelus. Aku pun memberikan ucapan singkat didepan tamu undangan.

"Kaisar masih berada dalam kondisi kritis, jadi saya menghindari acara yang meriah. Acara ini memang sederhana, namun saya harap Anda semua bisa menikmatinya"

Countess Erinis tersenyum lebar.

"Memang kami semua pun harus berhati-hati ketika mengadakan pesta pada masa seperti saat ini. Kami juga paham apa yang Duchess lakukan"

Suasana nya cenderung damai. Selain itu, aku datang bersama Caelus, tamu lainnya pasti merasa senang melihat pemandangan yang jarang terjadi.

"Anda berdua terlihat baik-baik saja. Attica memang jauh, tapi saya bisa merasa Anda berdua sungguh bahagia"

Aku setuju pada komentar salah satu tamu.

"Saya rasa bukan hal yang buruk kembali kesini setelah mendinginkan kepala di Attica"

Jika Caelus tak ada disini, topik mengenai Diana pasti keluar sebagai bahan obrolan. Namun, ketika didepannya adalah orang yang menolak pelengseran Putri Mahkota, tidak ada satu pun yang berani mengungkitnya.

Faktanya, aku sendiri tahu kalau ada banyak omongan di kalangan sosial mengenai kepergian kami dari ibukota.

Jadi bisa dikatakan, banyak spekulasi yang beranggapan Caelus menyeretku keluar dari ibukota untuk melindungi cinta pertamanya, Diana.

Maka dari itu, jika kami berdua muncul bersama seperti ini, kami bisa meredam spekulasi semacam itu.

Aku tersenyum puas dan kemudian menyantap kue yang ada didepanku.

Namun...

"...??"

Uh, kenapa rasanya menjijikan?

Caelus yang melihat perubahan ekspresi wajahku langsung bertanya.

"Apa yang salah, Hesse?"

Ah aku melakukan kesalahan. Aku takut pembuat kue akan dalam bahaya! Aku harus berhati-hati karena aku tahu koki keluarga kami dapat dipercaya.

"Kurasa perutku sedikit kurang baik. Aku merasa sedikit kurang enak"

"Yah....."

Tapi tiba-tiba salah satu tamu bertanya.

"Mungkinkah Duchess sedang mengandung?"

"?!"

"!!"

Ketika mendengarnya, aku dan Caelus sama-sama membatu.

Kemudian Countess Erinis yang memaksakan dirinya menahan tawa pun bertanya.

"Apakah dokter Anda tidak mengatakan apapun?"

"Oh...beberapa hari ini saya belum sempat menemui dokter karena begitu sibuk...."

Jika dipikir lagi, sudah beberapa hari ini aku kerap kali merasa lelah. Kupikir ini karena aku kehilangan stamina karena perjalanan dari Attica menuju ibukota.

Sepertinya Countess Erinis tak bisa menahan lagi dan kemudian tertawa.

"Anda tak boleh begini, Duchess! Sekarang kami akan pulang, jadi segera lah menemui dokter. Hohoho"

Pada akhirnya, begitulah penutupan pesta minum teh kami.

Dokter pun langsung dipanggil secepat kilat.

Aku diperiksa oleh dokter dan Caelus mengawasi bagaikan elang.

"Apakah aku benar-benar hamil?"

"Yah..."

Dokter pun tersneyum.

"Memang masih terasa lemah, tapi saya bisa merasakan denyut wanita yang hamil. Selamat, Madam dan Tuan"

"Oh?!!!"

"Ah!!!"

Ya ampun. Benarkah??

Tanpa sadar air mataku mengalir begitu saja.

Aku tak percaya akhirnya aku memiliki bayi hanya dalam waktu dua tahun sejak aku menjadi pasangan sungguhan dengan kesayanganku!!

Begitu tangisanku meledak, aku tak bisa menghentikannya.

Caelus memelukku dan aku menagis didalam pelukannya.

"Ya ampun...Bayi!!"

Seberapa lama aku sudah menunggu dan berharap dengan cemas, hingga aku tak bisa mengekspresikan perasaanku dengan kata-kata.

Caelus memelukku dengan erat dan menciumku.

"Selamat.. Hesse... Terima kasih..."

Suara Caelus terdengar serak.

"Aku sangat bahagia bisa memiliki anak dengan mu. Anak memanglah berharga, tapi kamulah yang paling aku cintai di dunia ini"

"Terima kasih....Cael"

Bukankah ini akhir bahagia yang sungguhan?

Aku begitu mencintai kesayanganku hingga akhirnya aku mendapatkan buah dari cinta kami berdua.

Aku berhasil menyelamatkan kesayanganku yang dicampakkan.

Dan kesayanganku lah yang menyelamatkanku yang dicampakkan kedalam dunia ini.

[FOR MY ABANDONED LOVE TAMAT]

--

(t/n: harus nya ini aku post semalem tapi as always aku ketiduran ಥ⁠‿⁠ಥ aaaa akhirnya tamat!! tapi tenang masih ada side story kok, nanti pasti aku update kaya biasa yaa. happy ending buat hesse dan cael, tapi masih ga terima endingnya diana. moga di side story yaa ada closure. minggu ini aku posting sampai sini yaa, sampai jumpa minggu depan bestie readers ku! happy reading yaa, xoxo)

Continue Reading

You'll Also Like

10.4K 1.4K 12
Su Rui, gadis penari dari rumah Heavenly yang menjadi primadona oleh setiap tamu nya. Banyak pria yang berlomba-lomba untuk menyenangkan hati dengan...
3.1K 353 126
[Novel Terjemahan] I've Become A True Villainess / The Case of the Legal Villain / The Tragedy of a Villainess / 합법적 악역의 사정 Authors: Flowing honey Ge...
504K 20.6K 36
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
1.5M 28.1K 12
"Aku tak percaya jika akhirnya aku bersuamikan seorang pria yang mirip dengan sebuah BONEKA. Bukan MIRIP melainkan MEMANG boneka. Ya...Kay Natsuki se...