Demi Biasku yang Tersakiti |...

By KHS407

573K 35K 4.4K

!!! MTL FAN TRANSLATION !!! Pernah kah kalian berharap bisa bertemu langsung dengan karakter dalam novel favo... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
61
62
63
64
65 - Tamat
Side Story - 1
Side Story - 2
Side Story - 3
Side Story - 4
Side Story - 5
Side Story - 6
Side Story - 7
Special Story - 1
Special Story - 2
Special Story - 3
Special Story - 4
Special Story 5 - TAMAT

60

17.3K 716 122
By KHS407

Ini adalah rapat kabinet pertama setelah Caelus kembali dari perbatasan. Hari ini aku memutuskan untuk ke istana bersama Caelus.

Diam-diam aku akan masuk ke ruang konferensi sebagai penonton untuk menyemangatinya dari dekat.

Sebagai tambahan, hari ini Kaisar juga akan muncul ke rapat kabinet. Putra Mahkota kini berada dalam posisi yang berbahaya karena bergandengan tangan dengan Diana.

Orang lain mungkin melihat kalau ini adalah upaya menyelamatkan menantu nya. Tapi kasihan, dari sekian pilihan waktu untuk rapat kabinet, hari ini lah Caelus akan mengajukan tuntutan melawan kuil.

Rasanya jantungku berdebar penuh antisipasi untuk melihat kejatuhan Diana dan Helios didepan mataku.

"Wow..."

Caelus yang sudah rapi benar-benar terlihat luar biasa. Jas berwarna abu-abu tua berpadu dengan rambut peraknya menciptakan tampilan yang tenang dan cerdas.

Tapi jika ada satu hal yang bisa diubah...

"Apa kamu akan memakai kravat itu lagi?"

"Aku tak peduli, aku harus memakai ini"

Caelus bersikukuh menggunakan kravat yang dibuat dari syal ku.

Jika tahu akan seperti ini, seharusnya aku membuat kravat nya tidak terlalu mencolok.

Siapapun yang melihat bisa menilai kalau Caelus menggunakan pakaian dan aksesoris mewah dari ujung kaki hingga kepala, tapi ada satu benda murahan yang menggantung di lehernya.

Untungnya bahan kravat itu sendiri terlihat mengkilap, akan menjadi bencana jika aku memilih syal yang mirip handuk mandi.

"Apa kamu sudah siap?"

"Ya..."

Ah, aku masih menyesal tak bisa melepas kravat itu dari lehernya.

Dakwaan yang sudah disiapkan dalam bentuk tulisan tangan sudah diperbanyak sesuai jumlah orang yang menghadiri rapat kabinet. Pekerjaan ini sendiri membutuhkan beberapa hari untuk diselesaikan.

Ini memang pekerjaan yang melelahkan, tapi jika hasilnya bisa membuat kuil, putra mahkota serta istrinya bertekuk lutut, maka bukankah ini semua sepadan?

Salinan dakwaan sudah ditempatkan pada beberapa kotak. Salinan tersebut tak akan didistribusikan lebih awal, namun setelah Caelus menyelesaikan laporan hasil negosiasinya barulah para pekerja di persidangan akan membagikan masing-masing salinan pada tiap peserta ketika perubahan topik dimulai.

Caelus sendiri yang akan membacakan dakwaannya, tapi aku merasa lebih gugup.

"Hesse, kamu terlihat gugup"

Caelus menggenggam tanganku dengan begitu hangat. Aku tak punya pilihan selain mengaku padanya.

"Kurasa ini karena aku sudah menyiapkannya sejak lama"

"Akan kupastikan usaha mu tak berakhir sia-sia, jangan khawatir"

"Hehe, aku yakin kamu akan melakukannya dengan baik, Cael. Aku hanya merasa menyesal membiarkanmu melakukan apa yang seharusnya kulakukan"

Dengan cepat kecupan ringan mendarat di keningku.

"Ini semua karena siasat murahan Helios. Lagipula, ia sudah membiarkanku melakukan negosiasi dengan status sebagai seorang Duke"

Dan aku mendapat lahan Attica sebagai gantinya.

Sesungguhnya, ini bukan kerugian besar. Tapi tetap menyakitkan bagiku karena harus meminjam tangan Caelus.

Jika saja aku lebih berhati-hati, aku bisa menangani semuanya sendirian.

Aku membuat kesalahan ketika menulis memorandum dengan Helios, jadi mau dilihat dari sisi manapun, itu memang kesalahanku.

"Apa yang telah kamu tulis disini semuanya sudah sempurna. Keberhasilan hari ini semuanya berkat usahamu, Hesse"

Sayangnya, aku tak setuju. Keberhasilan hari ini semuanya ada di tangan Caelus. Jika ia tidak maju untuk menggantikanku, dakwaan ini mungkin tak akan pernah diajukan.

"Kurasa kamu yang lebih berhak mendapatnya kreditnya"

Aku mengangkat tangannya yang menggenggam tanganku, kemudian menciumnya dengan penuh kasih sayang dan rasa hormat.

Kemudian kami bertatapan.

"......."

"......."

Saat itu, sudah sewajarnya jika bibir kami saling bertautan.

Aku pun menurunkan tudung untuk menutupi wajahku, kemudian berbaur diantara bangsawan lainnya dan memasuki ruang konferensi dengan tenang.

Caelus menuju kursi yang disiapkan bagi Duke negara ini, tepat di sebelah Kaisar. Dengan sopan aku sedikit menyapa di sana sini.

"Fyuh..."

Aku menarik nafas dalam-dalam kemudian melepaskannya.

Di dalam ruangan yang kini dimasuki oleh para menteri, aku merasa suasananya berubah menjadi lebih kaku.

Setelah semua menteri negara masuk dan duduk, kemudian penjaga berteriak.

"Yang Mulia Kaisar dan Putra Mahkota memasuki ruangan!"

Kaisar berjalan pelan dengan dibantu oleh Diana. Helios mengikuti dibelakangnya.

Diana berhenti dibelakang kursi Kaisar dan lebih dekat kearah tempat duduk Caelus. Helios duduk di sebelah Kaisar di sisi satunya. Wajahnya tidak bisa langsung terlihat dari sudut pandang Caelus.

Setelah hadirnya keluarga kekaisaran, suasana yang tadinya sedikit kaku kini sudah lebih tenang.

"Duke Caelus, saya memberikan selamat atas keberhasilan negosiasi dengan kerajaan. Negara kita yang tadinya dibayangi ancaman perang pun bisa mengatasi krisis dengan baik berkat Anda"

Kaisar lah yang pertama kali berbicara pada Caelus.

"Terima kasih, Yang Mulia"

Caelus pun berdiri dari kursinya dan membawa laporan yang sudah berisi kesimpulan dari hasil negosiasi.

"Dalam setahun terakhir, kerajaan secara konsisten mengumpulkan informasi demi menjalankan agresi, termasuk didalamnya memata-matai pertahanan di perbatasan yang disamarkan menjadi bandit"

Seisi ruang konferensi begitu sunyi, seakan mereka semua menahan nafas. Hanya terdengar suara tenang kesayanganku.

"Saat ini, kerajaan memperkuat pertahanan dan menambah jumlah ksatria penjaga di perbatasan dengan dalih maraknya bandit. Namun Yang Mulia menganggap ini provokasi militer pada negara kita"

Lebih tepatnya, hal ini ditunjukkan oleh Caelus, bukan Helios.

Begitu Caelus perlahan mengatasi serangan panik nya dan kembali ke ranah politik, hal yang pertama ia lakukan yaitu menunjukkan anomali di perbatasan.

"Setelah berhasil mendeteksi pergerakan mencurigakan dari kerajaan, kita langsung melakukan hal untuk menghentikan mereka. Sebagai hasilnya, kita dapat melakukan negosiasi sebelum konflik bersenjata menjadi kenyataan"

Para menteri membalik isi kertas laporan sebelum mengonfirmasi detail.

Penjelasan Caelus pun berlanjut.

"Pada akhirnya, tujuan utama dari kerajaan yaitu memasuki negara kita dan sedikit membocorkan kekayaan kita pada negara mereka. Jadi saya memberikan mereka izin untuk berbisnis disini, namun saya memberikan beberapa syarat. Salah satunya yaitu mewajibkan lebih dari 50% modal mereka berasal dari bank yang ada di negara ini"

"Wow..."

"Luar biasa..."

Terdengar seruan disana sini. Sepertinya mereka semua mengagumi skema yang dijelaskan Caelus.

"Jika mereka menolak syarat ini dan provokasi militer tetap berlanjut, kekaisaran kita juga akan menggerakan prajurit kita menuju perbatasan begitu negosiasi gagal"

Kerajaan pasti ketakutan. Aku sendiri bahkan tak percaya bahwa prajurit berskala besar sudah berkumpul di dekat perbatasan.

Benar-benar negosiasi yang dipersiapkan menyeluruh oleh Caelus, politikus yang paling handal dan memiliki banyak akal di negeri ini. Dengan kombinasi ini saja akan membuat negosiasi lebih condong menjadi sukses dibandingkan gagal.

"Kerajaan menerima syarat yang diajukan. Jadi titik tengahnya yaitu mereka diizinkan untuk memasuki negara kita, namun kita harus pastikan asal modal yang mereka miliki harus berasal dari negara kita"

Keberanian untuk mengadakan negosiasi diluar perbatasan kekaisaran juga memiliki dampak yang besar untuk memberi tekanan pada kerajaan. Berdasarkan sudut pandang mereka, adalah hal yang masuk akal untuk berasumsi kalau Caelus, yang merupakan Duke kekaisaran ini, tidak ragu-ragu untuk keluar dari perbatasan karena ia menyembunyikan senjata lain.

Pada akhir laporan Caelus, para menteri memberikan tepuk tangan bersamaan. Ini merupakan pujian terbaik bagi seorang politikus yang kembali dengan selamat setelah menyelesaikan tugas berat.

Wajah Kaisar pun terlihat puas dengan hasil ini.

"Memang benar putra kedua ku luar biasa. Kerja bagus, Duke Caelus"

"Terima kasih, Yang Mulia"

Ekspresinya selalu datar sejak tadi, benar-benar tak menunjukkan tanda senang ataupun bersemangat.

Begitu riuh tepuk tangan mereda, Caelus berbicara lagi.

"Dan disini, didepan Yang Mulia Kaisar dan rakyat negara ini, ada satu hal lagi yang ingin saya sampaikan"

Aku menahan nafas.

Akhirnya!!!

"??"

"?"

Para pekerja rapat kabinet ini dengan cepat bergerak dan memberikan salinan dakwaan pada para menteri. Dokumen yang begitu tebal pun diletakkan di depan Kaisar dan Putra Mahkota.

Mereka berdua mengambil dokumen dengan wajah yang tak bisa kumengerti.

"!"

Wajah Helios seketika menjadi pucat ketika mengonfirmasi isi dari dokumen tersebut.

"Hmpph.."

Aku tersenyum begitu puas dibalik tudung.

Bahkan jika ia cukup beruntung bisa menghentikanku sekali, mustahil bagiku untuk kalah kedua kalinya. Dia pasti tak membayangkan kalau Caelus sendiri yang akan mengajukan dakwaan.

"Saksikan sendiri dengan kedua mata kepalamu, Diana"

Sial, jantung ku berdegup begitu kencang hingga rasanya aku kesulitan bernafas.

Kemudian suara Caelus yang tenang terdengar kembali ditengah suasana kacau.

"Hari ini saya ingin mengajukan tuntutan publik didepan Yang Mulia Kaisar mengenai masalah lain yang sudah merugikan negara ini"

"!"

"!"

Orang-orang terkejut. Perlahan aku mengangkat wajahku dan menatap Diana.

Tatapan matanya begitu bergetar.

Matanya menatap Caelus lekat-lekat.

"Kami meminta untuk mempublikasi buku besar dan daftar properti milik kuil di depan rakyat tanpa adanya manipulasi"

Apa yang kamu pikirkan, Diana?

Bagaimana perasaanmu ketika tertusuk belati dari tangan pria yang sama yang dulu rela mengotorinya demi dirimu?

"Lihatlah pada kenyataan saat ini bahwa mereka yang seharusnya bertindak sesuai dengan kehendak Dewa tidak menaatinya dengan benar dan malah sibuk memenuhi keinginan pribadi serta-.."

Sampai kapan kamu akan berpikir Caelus masih memiliki perasaan padamu?

Berapa lama waktu yang kamu butuhkan untuk melupakan masa lalu yang membosankan itu?

(t/n: ini ditujukan ke Diana ya)

"Dakwaan ini disertai dengan bukti kalau mereka menggunakan donasi yang diberikan mengatasnamakan Dewa hanya untuk memenuhi perut mereka"

Helios, kamu harus bekerja keras untuk melindungi Diana.

Jika kamu tak lagi memiliki rasa kasih sayang seperti dulu, sekarang saatnya untuk mengambil keputusan yang berani.

Apakah ia akan melepaskan Diana dan menyelamatkan keluarga kekaisaran dari dalam lumpur?

Ataukah kamu akan menggenggam tangannya hingga akhir dan hancur bersama-sama?

Setiap kali suara tenang Caelus menggema di ruang konferensi, wajah Kaisar semakin terdistorsi.

Bahkan Diana yang ada didekatnya terlihat makin menyedihkan dengan wajah pucatnya.

Helios membungkam mulutnya rapat-rapat seakan mencoba mengontrol rasa malu.

Tatapan serius dari menteri yang mulai gusar, berpindah antar sesama dan sesekali melirik pada Diana.

Tuduhan yang dijelaskan ini berfokus pada 'kuil'. Tapi anak kecil pun pasti tahu, kalau saat ini di negara ini, kuil merupakan simbol perwakilan dari Putri Mahkota Diana.

Caelus akhirnya selesai membacakan dakwaan dan tetap berkespresi datar hingga akhir.

"Hal ini juga mempertimbangkan rasa loyal pada negara dan Yang Mulia Kaisar untuk mengurus masalah internal negara ini. Saya mohon perlihatkan bahwa tidak ada satu pun tempat di negara ini yang berada diluar kendali Yang Mulia Kaisar"

Tatapan dari bangsawan tiba-tiba berfokus pada Kaisar dan juga Diana yang ada dibelakangnya.

"Caelus, Duke dari negara ini memohon seperti ini"

Akhirnya Caelus kembali duduk setelah membaca dakwaan yang begitu panjang.

"Ha...."

Aku merasa lemas, seakan aku sendiri yang membacakan dokumen tersebut.

Disaat bersamaan, aku mengaguminya lagi. Bagaimana bisa kesayanganku tetap tenang hingga akhir tanpa terdengar suaranya bergetar sedikitpun?

Tatapan Diana lekat tertuju pada kepala Caelus. Berkat hal ini, sepertinya ia tak sadar kalau perhatian didalam ruangan ini seluruhnya tertuju padanya.

Sungguh sia-sia saja ia memakai nama "Putri Mahkota" karena ia terang-terangan terlihat resah. Kupikir ia sudah terbiasa menjaga ekspresi wajahnya setelah menjadi keluarga kekaisaran. (t/n: harusnya Diana tuh wajahnya ga nunjukin perasaannya karena jadi kelemahan dia. kudunya cem Navier gitu loh wajahnya datar aja)

Suasana didalam ruang konferensi langsung menjadi sunyi senyap. Semuanya menanti apa yang akan dikatakan oleh Kaisar.

Setelah beberapa waktu berlalu..

".....Isi dari dakwaan ini......"

Akhirnya Kaisar berbicara.

"Apa semuanya benar, Duke Caelus?"

"Ya, Yang Mulia"

Caelus langsung menjawab tanpa terlihat keraguan.

"Seperti yang disebutkan didalam dokumen... Mereka yang miskin menderita karena penyakit wabah diakibatkan karena tak menerima perawatan dari kuil?"

"Benar, Yang Mulia"

"Pastinya, jika dibandingkan dengan kondisi Illion yang menjadi tanggung jawabmu, situasi di ibukota...."

"Yang Mulia, Illion menyadari kelalaian kuil lebih awal, ditambah dengan penyediaan sabun dan perawatan sistem saluran pembuangan. Berkat itu semua, jumlah penyakit menular berkurang dengan signifikan bahkan selama musim hujan"

"Yah...."

"Kesimpulan saya yaitu kalau selama ini kuil jauh dari kata mampu untuk menjalankan tugas yang diberikan padanya. Sebagai tambahan pada tugas utama kuil yang menjalankan ritual, sebaiknya perlu adanya pihak yang berwewenang untuk mengawasi jalannya bantuan yang dikerjakan serta praktik medis yang sepenuhnya dipercayakan pada mereka"

Subjek dari isi dakwaan hari ini benar-benar jelas. Tidak ada yang ditutupi.

Mungkin hal ini tertanam di dalam kepala setiap orang yang hari ini datang mendengarkan Caelus.

Setelah menghela nafas, Kaisar mengangguk pelan.

"Aku mengerti loyalitas Duke Caelus pada negara ini dan juga keluarga kekaisaran. Aku pasti akan mengurus dakwaan yang sudah dijelaskan tadi secepatnya. Hari ini aku sedikit merasa lelah"

Kaisar perlahan berdiri dengan bantuan lengan kursi yang menopangnya. Diana, yang sejak tadi tatapannya kosong buru-buru mendekati Kaisar dan membantunya.

Kaisar pun meninggalkan rapat dengan langkah kaki yang lambat.

"..."

Kini hanya tersisa Helios.

Rapat kabinet sudah berakhir karena Kaisar sudah kembali, tapi sepertinya ia tidak bisa beranjak dari kursinya untuk menghampiri Caelus.

"Duke"

"Yang Mulia Putra Mahkota"

Perlahan tatapan berapi-api itu kini sedikit lebih tenang.

"Aku perlu bicara denganmu sebentar"

"Maafkan saya tapi istri saya menunggu..."

Ketika Caelus menjawabnya, aku sudah berjalan dibelakang Caelus untuk menghampirinya dengan ekspresi sombong di wajahku.

"....!!"

Wajah Helios langsung berubah begitu melihatku.

"Apakah kamu yang merencanakan ini semua?"

"Saya tidak melanggar janji saya dengan Yang Mulia"

Aku pun tersenyum lembut.

"Yang Mulia mempermainkan saya dengan celah dalam memorandum, jadi saya juga melawan dengan mencari celah baru"

"Hestia....!"

Helios mencoba mengatakan sesuatu, tapi akhirnya ia menahannya ketika menyadari masih ada banyak orang disekitar kami.

"......Kalian berdua..ikut ke kantor ku sekarang juga"

Aku dan Caelus saling bertukar pandangan sesaat dan langsung mengangguk.

"Kami akan mengikuti, Yang Mulia"

Kamu pikir kami akan takut, Helios?

"Kukira kamu sangat mengkhawatirkan kekuasaan kekaisaran ini!!"

Helios akhirnya mengeluarkan amarah yang sedari tadi ditahan olehnya.

"Saya mendakwa kuil karena saya mengkhawatirkan keluarga kekaisaran, Yang Mulia"

Caelus juga membalas dengan dingin tanpa jeda.

Aku pun tak mau kalah untuk menambahkan beberapa kalimat.

"Kekuasaan tertinggi didalam istana saat ini berada di tangan Putri Mahkota, Yang Mulia Helios"

"Hestia!"

Ketika Helios akan memarahiku, ekspresi Caelus juga berubah menjadi garang.

"Kalau kamu punya hal yang ingin disampaikan, katakan padaku Helios!"

"Apa? Oh ya, baguslah kalau begitu!!"

Ah ini kacau. Mereka bahkan bertengkar tanpa menggunakan panggilan formal lagi.

"Bakan jika kamu tak melakukan hal seperti ini, Diana sudah berada didalam masalah!"

"Tapi dia terlihat begitu santai untuk seseorang yang menyebabkan keluarga kekaisaran memiliki hutang yang menggunung"

"Pada akhirnya, apa yang kamu inginkan Cael? Diana dilengserkan? Menjadi kambing hitam karena hilangnya martabat keluarga kekaisaran?"

"Tenangkan dirimu. Yang aku dakwa adalah kuil, bukan keluarga kekaisaran Helios"

Selama mereka bertengkar, aku duduk bersandar pada sofa dengan santainya sambil melirik sekeliling kantor Helios. Apakah tidak ada minuman disini?

"Kamu tahu aku sudah memiliki kesepakatan dengan Hestia! Tapi kamu masih menusukku dari belakang dengan cara begini!!"

"Kamu sendiri yang memerangkap Hestia dengan trik murahan. Apa kamu pikir aku sebagai suaminya akan diam saja melihatnya?"

Ah sebaiknya aku membuat teh saja. Aku memang belum begitu mahir, tapi kurasa saat ini kemampuan ku sedikit meningkat.

"Aku bisa gila karena tidak ada satupun yang berjalan benar! Dan sekarang kamu menambahkan beban padaku!"

"Apa kamu pikir ini hanya masalah politik yang tak berjalan benar? Lalu siapa yang kamu salahkan sebagai penyebab memburuknya hubunganmu dengan Diana?"

Ugh, aku tak bisa meminum teh ini. Ini memang daun teh yang biasa diminum Putra Mahkota, jadi kualitasnya bagus. Tapi aku tak bisa meminumnya.

"Tunggu sebentar Heli"

"Ada apa lagi Cael?"

Caelus yang sejak tadi bertengkar dengan Helios tiba-tiba merebut ketel teh dari tanganku.

"Biar aku saja yang melakukannya"

"Ha..."

Aku hanya bisa tertawa canggung.

"Terima kasih Cael"

(t/n: kocak Hestia disini. jadi kalo yang bingung, pas Cael berantem sama Helios, si Hestia tuh sibuk nyari minuman dan udah bikin teh. Tapi pas dicoba rasanya ga enak, akhirnya Caelus nunda berantemnya demi bikinin teh buat Hestia)

"Jangan paksakan dirimu untuk meminumnya, jika rasanya tidak sesuai dengan selera mu lebih baik dibuang saja"

Helios kemudian tertawa getir.

"Haruskah aku menyiapkan kopi untukmu?"

"Kamu tak perlu ikut campur Heli"

Caelus juga menjawab datar.

Omong-omong, suasana yang sejak tadi begitu tegang sudah sedikit mencair karena kesayanganku yang tiba-tiba menuangkan teh untukku.

"Bukankah kuil juga sudah meninggalkan Diana? Kudengar mereka sudah meminta dengan resmi agar keluarga kekaisaran membayar hutangnya"

"Sejak awal aku sudah memutuskan hubungan dengan kuil lebih dulu. Tapi persepsi publik masih belum berubah"

Helios memang benar. Dunia ini masih melihat Diana dan kuil sebagai satu kesatuan.

Tidak ada yang bisa dilakukan karena Diana memiliki kesan yang kuat sebagai 'Sang Suci'.

Akan lebih baik jika Diana sudah meninggalkan gelar 'sang suci' lebih awal dan berubah menjadi 'Putri Mahkota' sepenuhnya.

Namun ia tidak bisa merelakan salah satunya dan memaksa untuk menggenggam kedua nya disaat bersamaan, dan hasilnya bisa kita lihat sendiri saat ini.

"Hei Hestia"

"Helios..."

Seketika suara kesayanganku menjadi nyaring. Namun, suara Helios menjadi lebih tenang.

"Tunggu sebentar Cael, ada yang ingin kutanyakan padanya"

Aku menatap Helios sambil memegang cangkir teh.

"Katakan, Yang Mulia"

"Hasil macam apa yang kamu inginkan? Jika aku bisa memenuhi keinginanmu, apakah kamu akan menghentikan seranganmu?"

"Yang saya inginkan....."

Aku meletakkan cangkir kembali ke meja dan menatap Helios lagi.

"Dia masih belum meminta maaf"

"!"

"....."

Kedua pria itu langsung terdiam bersamaan. Aku hanya bisa terkikik melihatnya.

"Langkah yang saya lakukan selama ini sudah konsisten, sesungguhnya jawabannya juga sederhana"

"......"

Aku pun tersenyum manis.

"Walaupun begitu, apa Anda tahu hal apa yang diinginkan oleh seorang Pangeran Helios yang bijak hingga harus kembali memastikan berulang kali?"

"??"

Aku sedikit memiringkan kepalaku dan masih menatap tajam kedua mata keemasan itu.

"Kalian berdua ingin menghindarinya. Kalian tak ingin meminta maaf dan menginginkan kami untuk tak mempedulikan kejadian itu dan melanjutkan hidup seolah tak terjadi apapun. Benar kan?"

Alasan umum yang selalu dilakukan penindas yang merundung seseorang. 'itu semua sudah terjadi di masa lalu. apa yang bisa kita lakukan tentangnya?'

Helios atau Diana, tidak mungkin mereka sama sekali tak memahami keinginanku. Bukankan itu sangat sederhana jika mereka mau sedikit berusaha untuk memikirkannya saja?

Tapi aku masih memiliki alasan.

"Apakah Anda ingin menyangkal dan mengatakan 'bukankah ini sudah cukup? bukankah kami sudah cukup menderita dengan cara seperti ini?'"

"....!!"

Helios tidak bisa membantahku.

Apakah sudah cukup? Tidak, tak akan pernah.

Mereka bahkan belum merasakan sepersepuluh dari rasa putus asa yang dirasakan Caelus. Mereka belum cukup menderita hingga mereka membayangkan kematian adalah jalan terbaik.

Aku pun menyeringai.

"Daripada hanya duduk dan berdebat, akan saya beritahukan salah satu cara untuk mengatasi kekacauan ini dulu"

Ketika suatu masalah terlihat rumit, jalan pertama yang bisa dilakukan yaitu menyederhanakannya sebisa mungkin agar bisa menemukan petunjuk untuk menyelesaikannya.

"Hanya ada satu hal yang harus Anda selesaikan dengan fokus, Yang Mulia. Fakta bahwa dakwaan ini tidak ditujukan pada keluarga kekaisaran, melainkan pada kuil"

Aku tak masalah jika memberikan saran seperti ini pada Pangeran Helios yang terlihat malang.

Meninggalkan Helios yang berkutat dengan pikirannya, aku keluar dari kantornya sambil menggenggam tangan kesayanganku.

**

Aku dan Caelus akhirnya pulang. Dan begitu kami sudah berganti pakaian, kami menaiki ranjang namun tidak ada percakapan diantara kami.

Rasanya begitu lelah bahkan untuk sekadar berpelukan, jadi kami hanya saling menatap dalam waktu yang lama.

Mengejutkannya, dakwaan yang dilontarkan selama rapat kabinet memporak-porandakan seisi ibukota kurang dari satu hari.

Setelah tidur siang yang cukup lama, akhirnya kami terbangun ketika menjelang sore.

"Ya..ampun..kita mendapat surat sebanyak ini selama tidur siang?"

Aku sudah muak melihat tumpukan surat yang dibawa oleh Uros. Jika melihat Caelus yang tak mengatakan apapun, sepertinya ia juga terkejut.

"Ada beberapa tamu yang datang kesini, dan saya sudah meminta mereka untuk pulang saja. Tetapi..."

Uros hanya bisa berbicara dengan wajah menahan malu.

"Ha...."

Aku pun mengambil surat dari Countess Erinis dan membacanya dengan cepat.

"Kurasa salinan dakwaan kita yang terdistribusi di rapat kabinet sudah tersebar di kalangan sosial"

"Aku juga menduga hal yang sama, Hesse"

Caelus menanggapiku dengan santai.

"Tidak semua orang akan setuju setelah membaca isi dakwaan tersebut. Tapi kurasa ini sudah cukup untuk membuat orang mengikuti arus dan menyetujuinya"

"Fufu, kurasa tren nya sudah tersebar luas"

Sudah cukup lama waktu berlalu sejak terakhir kali aku membuat opini publik yang menentang Putri Mahkota dan juga kuil.

Madam Harmonia dulu juga rajin mengumpulkan opini publik yang menyebutkan kalau buku akunting milik kuil harus dipublikasi ketika dulu ia masih mengoperasikan salon sebelum berangkat menuju Attica.

Khususnya Countess Erinis yang menjadi aliansiku, bahkan ia mengadakan perkumpulan. Selama ini ia sudah menunggu hari dimana dakwaan ini keluar.

"Aku memang sudah meminta Kaisar untuk mengeluarkan daftar properti milik kuil, jadi sekarang yang tersisa hanyalah keputusannya"

"Hm...."

"Bukan masalah jika Kaisar menolak tuntutan tersebut, toh orang-orang sudah mulai mendukung untuk melakukan hal ini"

Tak akan ada lagi dukungan bagi Diana, yang berada pada satu kapal yang sama dengan kuil. Inilah tujuan utama dakwaanku, yang mana sangat ingin kucapai.

Perasaan putus asa dan kesepian ketika orang yang dulunya mendukung akhirnya mengabaikannya.

Hal-hal yang selama ini ia sudah lakukan atas dasar 'kepercayaan' akan menjadi secarik kertas tak bermakna. Aku amat sangat berharap Diana merasakan perasaan yang sama.

Aku berharap ia begitu putus asa dan meratap seperti Caelus dulu.

Hanya dengan cara seperti itu ia baru bisa sedikit bersimpati pada perasaan Caelus yang sudah ia campakkan dengan begitu brutal.

Terjebak dalam tuntutan bermoral dan keadilan, Diana kehilangan rasa hormat dan kasih sayang pada orang lain.

Inilah yang akan mendefinisikan keberadaan Diana, yang akan ia tanggung sampai akhir nanti.

--

Caelus mendapatkan hari libur dari Kaisar sebagai hadiah setelah melakukan perjalanan demi negosiasi diplomatik.

Melihat Caelus yang berjalan di taman dengan santai nya, aku tak bisa membayangkan waktu dimana ia mengurung diri didalam kamar ketika awal menikah dulu.

"Fyuh.... Cael pasti senang... sedangkan aku..."

Aku pun menghela nafas melihat pekerjaanku yang menumpuk.

Kami sudah mendakwa kuil terang-terangan, jadi secepat mungkin aku harus menyerap mereka yang sudah meninggalkan kuil.

Tepat waktunya, hari dimana aku memutuskan untuk mengundang mereka mantan pendeta kuil untuk bekerja sama di klinik.

Itu adalah hal yang sudah kurencanakan sejak Caelus berangkat ke perbatasan, jadi ia tak perlu susah payah ikut campur dan cukup aku saja yang mengerjakannya.

Ketika Caelus akhirnya beristirahat di taman sambil membaca beberapa dokumen dan buku yang belum ia baca, aku menyiapkan untuk acara perjamuan dibantu dengan Uros dan dokterku.

Dokter pun menggeleng kepalanya.

"Akan ada banyak tamu, jadi banyak yang perlu dikhawatirkan, Madam"

"Haha, Anda bisa fokus pada ceramah yang akan Anda sampaikan pada tamu nanti"

Kita tidak bisa hanya mengundang dokter yang dulunya mantan pendeta dan hanya memberikan jamuan bukan? Aku memutuskan untuk memberikan waktu yang cukup bagi dokter keluarga Duke yang namanya cukup termahsyur.

Sepertinya dokter juga memiliki cukup banyak cerita yang ingin ia sampaikan. Namun, aku tetap memintanya untuk menunjukkan isi dari ceramah nya padaku lebih dulu agar ceramahnya tidak membosankan.

Pembagian pekerjaan pun sudah jelas. Uros sepenuhnya bertanggung jawab atas perjamuan agar aku dan dokter bisa berfokus mengisi pertemuan nanti.

Ketika aku menghabiskan waktu cukup lama untuk mengerjakan ini, Caelus pun menyelinap.

"Kamu sepertinya sangat sibuk"

"Oh, Cael!"

Tak peduli seberapa sibuknya aku, tak ada yang lebih penting selain kesayanganku.

"Bukan apa-apa, sini masuk"

Meja yang tadinya berserakan kertas pun kudorong dengan cepat.

"Aku tak memiliki hal lain yang bisa ditawarkan selain kopi...Apa yang harus kulakukan?"

Melihatku yang begitu gusar, Caelus tersenyum dengan penuh kasih sayang.

"Aku juga cukup menyukai kopi, Hesse"

Bagaimana bisa setiap kata yang kamu ucapkan penuh pertimbangan seperti itu? Apakah ini Caelus yang sama dengan pria datar dan dingin pada awal pernikahan?

Namun sikap dingin nya juga merupakan pesona kesayanganku.

"Kamu pasti memikirkan sesuatu lagi..."

Aku pun berhenti tertawa.

"Kurasa aku memang tak bisa menyembunyikan ekspresi wajahku didepanmu"

"Hmph"

Caelus mendengus pelan ketika ia menyesap kopi.

Karena aku sudah tertangkap basah, sebaiknya aku jujur saja.

"Aku merasa kamu sekarang begitu manis, tapi kupikir dulu kamu pria yang dingin.."

"Yah...."

Alis matanya berkerut.

"Sesungguhnya, itulah yang kusukai sejak pertama kali. Tentu saja aku juga senang, tapi kamu tak perlu menutupi sifatmu yang itu"

Aku mengingat dengan baik bagaimana perasaan kasih sayang nya yang tak terhingga pada Diana. Jadi, ketika ia memperlakukanku dengan dingin, aku malah merasa lega.

Karena itu adalah sifat karakter asli dari Caelus, aku bersyukur bisa melihat kelugasan sifat aslinya.

Jika Caelus menahan sifat aslinya seperti dulu ketika ia masih menyukai Diana, aku akan merasa sangat sedih jika harus menyaksikannya sendiri.

"Hesse"

"Ya"

Caelus meletakkan kembali cangkir nya dengan tatapan penuh pikiran.

"Aku tak memaksakan diriku untuk menyembunyikan kondisi emosiku didepanmu, baik dulu ataupun sekarang. Kamu selalu sama bahkan ketika aku masih bersikap dingin padamu"

"Itu benar.."

"Kuharap kamu tak merasa cemas ketika aku menunjukkan sikap berbeda. Aku selalu berusaha untuk jujur padamu"

Memang benar Caelus itu kesayanganku. Hatiku rasanya sakit mendengar ucapannya yang penuh perhatian pada perasaanku sendiri.

Seperti yang diduga, ia benar-benar manis.

"Terima kasih, Cael"

"Sama-sama"

Mata violet itu melengkung dengan begitu hangatnya.

Ketika seisi ibukota sibuk membicarakan dakwaan pada kuil, kediaman kami akhirnya dikunjungi oleh para mantan pendeta.

Karena gaya hidup kuil yang menekankan kejujuran, tidak mungkin tamu yang aku undang memiliki setelan jas yang sesuai untuk makan malam dengan aristokrat.

Jadi aku sengaja memberitahu kalau tak ada aturan untuk berpakaian dan mereka bisa datang dengan pakaian yang nyaman.

Namun karena aku sebagai penjamu, pakaian yang terlalu santai akan memberikan kesan mengabaikan tamu undangan.

Maka dari itu, aku tak memakai gaun yang mewah, tapi menggunakan gaun yang biasa aku pakai keluar dan diberikan tambahan ornamen.

Caelus juga menggunakan jas yang santai. Setelah bersiap, ia memutuskan untuk membaca ringan di ruang kerjanya sebelum waktunya perjamuan.

Aku pun berdiri di beranda untuk menyambut tamu yang datang satu persatu.

"Semuanya bisa mengikuti pelayan saya untuk menuju ruang makan"

Tentu saja mereka juga bersemangat.

"Aku tak percaya Duchess sendiri yang menyambut kita..!"

Mereka merupakan anak muda yang jarang menerima keramah-tamahan semacam ini kecuali mereka birokrat. Mereka menuju ruang makan dipandu oleh pelayan dengan wajah yang sedikit bersemu.

Setelah beberapa saat, semua tamu yang menerima undangan pun sudah hadir. Caelus dan dokter pun memasuki ruang makan.

"Ah..Tuan Caelus!"

"Duke!"

Walaupun mereka tidak menggunakan tata krama dengan tepat, tapi mereka semua berdiri ketika menyapa Caelus dengan sikap terbaik yang mereka ketahui.

"Makan malam kali ini disiapkan oleh istri saya, jadi segala pujian bisa diberikan padanya"

"Tentu saja Duke Caelus!"

Perjamuan dimulai dengan suasana yang ramah.

Piring-piring lebar yang berisikan makanan diantarkan satu persatu menuju meja makan. Para pelayan juga dengan cekatan kesana kemari untuk mengisi gelas yang kosong dengan anggur.

"Kehidupan orang-orang di ibukota ini bergantung pada kalian semua. Kalian pasti tahu betapa sedih perasaan mereka jika tak mendapat pengobatan yang benar ketika sakit, bukan?"

Aku menekankan kebutuhan adanya klinik pribadi pada para dokter ini. Mereka juga bersimpati pada tujuanku, jadi cerita dan masalah ini cukup mudah diatasi.

Tak lama lagi waktunya dokter memberikan ceramahnya. Aku dan Caelus sudah duduk dengan tenang untuk mendengarkan.

Tapi kemudian...

"Tuan!!"

Uros yang bergegas menghampiri Caelus dengan wajah gugup yang tak seperti biasanya. Ia bukanlah orang yang biasa berlari seperti ini, apa yang terjadi?

"?"

Caelus mengerutkan alisnya karena penasaran.

Uros berbisik cukup pelan hingga hanya kami berdua yang bisa mendengarnya.

"Yang Mulia Putri Mahkota datang kesini!!"

"?"

"Apa?"

Wajah Caelus terkejut kemudian menahan malu. Tak ada waktu untuk berpikir keras, jadi aku bergegas menyuruhnya pergi.

"Temui dia, Cael!"

"Oh....."

Ketika seseorang terkejut, pikirannya pasti mendadak buntu. Seperti itulah Caelus yang tatapannya kosong pun sadar ketika aku menyentuh lengannya.

"Tuan, kesini.."

"Ah..."

Sangat jarang bagi Caelus untuk termenung seperti ini, tapi ada kalanya semua yang jarang terjadi bisa terjadi begitu saja.

Dokter dan tamu undangan memperhatikan kami. Aku benar-benar menyesal.

"Mohon maaf atas interupsinya"

Aku menepuk tangan untuk meminta perhatian.

"Mari kita lanjutkan apa yang tadi sempat dijeda. Silahkan, Tuan"

"Baik, Madam"

Aku berhasil menyadarkan diriku dan menatap kedepan.

"......."

Jantungku berdegup kencang.

Aku tak percaya Diana akhirnya datang kesini.

--
(t/n: heihoo!!! Harusnya ini update semalem, tapi as always aku ketiduran hehe. Happy new year holiday fellas!!! stay safe ya cuacanya lagi ga bersahabat nih, jangan lupa konsumsi vitamin biar fit! hujan terus hampir seharian. semoga daerah kalian aman dari banjir yah 🥹 as always ku bakal up beberapa chapter hari ini, so stay tune ya!)

Continue Reading

You'll Also Like

190K 5K 6
Kisah gadis dari abad 21 yang menuju masa kelam dari perjuangan bangsa indonesia lalu bertemu pria yang ternyata perwira belanda . "mentang - mentang...
2.1M 162K 32
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
443K 17.9K 34
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
13.6K 866 156
As if it wasn't enough to be hit on the head by my co-workers and boyfriend, I died at the hands of my gambling-addict older brother. Without even re...