Demi Biasku yang Tersakiti |...

By KHS407

578K 35.1K 4.4K

!!! MTL FAN TRANSLATION !!! Pernah kah kalian berharap bisa bertemu langsung dengan karakter dalam novel favo... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65 - Tamat
Side Story - 1
Side Story - 2
Side Story - 3
Side Story - 4
Side Story - 5
Side Story - 6
Side Story - 7
Special Story - 1
Special Story - 2
Special Story - 3
Special Story - 4
Special Story 5 - TAMAT

44

6.4K 487 65
By KHS407

".........."

Terdapat jeda yang menunjukkan keraguannya.

Perasaan Diana kentara sekali. Dia tak akan menerima salamku yang setengah hati hingga aku memberikan salam dengan benar, tapi disisi lain ada 'teman dekatnya' yang juga menjadi tamu. Jadi tak ada pilihan bagi Diana selain membuka mulut.

".....Berdirilah semuanya"

Aku pun berdiri dan tersenyum cerah.

--

Wangi bunga yang semerbak, ditambah gemericik air ditempat yang jauh, benar-benar pemandangan indah seolah berada ditengah alam bebas.

"Saya benar-benar tak tahu harus berkata apa karena Anda telah menunjukkan tempat yang luar biasa, Yang Mulia Putri Mahkota"

Tentu saja aku harus berterimakasih padanya karena telah mengundangku pada satu pertemuan pribadinya.

Walaupun begitu, penting bagiku untuk berhati-hati melihat seperti apa ekspresi yang akan ditunjukkannya pada komentarku tadi.

Diana menatapku dan tersenyum tipis.

"Aku mengundangmu karena kupikir aku akan banyak menghabiskan waktu denganmu di masa mendatang. Apakah kamu menyukainya?"

Oho, lihat ini. Sesuatu sudah berubah.

Tidak seperti sebelumnya, ketika ia terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya dengan wajah yang kaku, sepertinya sekarang ia sudah berlatih untuk menutupinya dihadapanku.

Tentu saja, jika kemampuan mengontrol ekspresi wajahnya sebaik kemampuanku, dia tak akan menyadarinya. Untung saja ia masih pemula.

Dulu, ketika ia masih hidup sebagai pemeran utama yang hidupnya dipenuhi jalan berbunga, apa yang ia lakukan untuk menyembunyikan perasaan aslinya dan menyusun rencana?

Aku memiliki banyak keunggulan untuk pertengkaran tersirat seperti ini.

"Ya, saya sangat gembira. Bukankah tempat ini dimana sahabat terbaik Putri Mahkota berkumpul?"

"Itu agak berlebihan, siapapun yang ingin mengobrol denganku bisa mengunjungi taman ini"

Wow, aktris kita sudah lebih meningkat. Aku tak percaya kamu bisa tersenyum secerah itu dari luar, tapi didalamnya kamu memegang pisau tajam.

Jadi aku akan menaikkan levelku sedikit lagi. Aku tak bisa ditikam jika aku lebih waspada.

Pelayan Diana pun mulai menuang teh kedalam cangkir tamu undangan. Tentu saja, cairan berwarna terang pun mengisi cangkir dihadapanku.

"........."

Sepertinya ini tidak enak. Dimana lagi kamu bisa mendapatkan teh berkualitas rendah seperti ini dan memaksakan untuk hidup frugal?

Teman Diana, termasuk Madam Harmonia, sudah familiar dengan teh ini. Mereka meminum teh dengan anggunnya tanpa mengubah ekspresi.

Kalian memang luar biasa. Haruskah aku berpura-pura menikmatinya juga?

"Omong-omong Marchioness Hestia?"

"Ya, silahkan Yang Mulia Putri Mahkota"

Untuk alasan tertentu, Diana berbicara padaku lebih dulu. Ini tidak seperti biasanya, tapi aku siap.

"Kudengar dari pendeta kuil, kamu masih belum juga melakukan pengakuan dosa dan menyesalinya"

"Oh...."

Aku melirik Madam Harmonia dengan senyuman. Bagaimana ini? Sangat berbeda dengan yang ia katakan. Kamu bilang dia tak akan menyerangku!

Tapi Madam Harmonia juga terkejut. Begitu mata kami bertemu, wajahnya langsung memerah.

Aku sudah menduga ini, jadi aku hanya bisa menghela nafas.

"Maafkan saya Yang Mulia. Saya tak bisa mengunjungi kuil karena kesibukan konstruksi di Illion. Saya pastikan saya akan berkunjung dalam waktu dekat"

"Jika alasanmu begitu, kudengar kamu lebih rajin menghadiri kegiatan sosial. Tidak peduli seberapa sibuknya kamu, bukankah kamu harus menjaga prioritasmu?"

Itu prioritasmu, prioritas ku berbeda.

Tapi Diana tak akan mengakuinya, jadi aku harus memberikan alasan yang masuk akal.

"Yang Mulia benar. Bahkan walau saya tak bisa mengunjungi kuil, saya yakin Dewa mengerti perasaan saya yang meminta pengampunan. Bukankah Ia selalu mengetahui isi hati seseorang?"

Walaupun seseorang rajin mengunjungi kuil, tak berguna jika tidak ada ketulusan didalamnya. Kalau begitu ia akan mengakui sebaliknya jika menentangku.

Sedikit demi sedikit ketegangan mulai terasa.

Untungnya, para gadis bangsawan tak langsung menolong Diana. Mungkin mereka sudah diberitahu lebih awal oleh Madam Harmonia. Atau bisa saja mereka sudah dicekoki oleh Countess Erinis hingga mereka merasa simpati padaku.

Apapun itu terserahlah, cukup dengan diam pun memberikan keuntungan bagiku.

Begitu Diana dan aku mulai menunjukkan tanda-tanda bersitegang, Madam Harmonia dengan cepat campur tangan, mungkin ia merasa seharusnya tidak seperti ini alurnya.

"Omong-omong, saya mendengar hal yang menarik dari rakyat Illion"

"Oh, apakah itu Madam?"

Gadis bangsawan yang saling melihat satu sama lain, mereka mulai membangun percakapan seolah sudah menunggu isyarat. Madam Harmonia merasa sudah mendapat dukungan untuk berbicara lebih lanjut.

"Kabar yang tersebar mengatakan kalau Marchioness menyediakan sabun dengan harga yang murah. Kudengar mereka rakyat Illion sangat puas dengan kualitasnya"

"Ah... Itu maksud Anda"

Aku pun tersenyum.

"Sebagai orang yang berasal dari rakyat biasa, menjadi salah satu keluarga bangsawan membuatku ingin berbagi hal yang bermanfaat dengan yang lainnya. Kebersihan juga penting bagi Dewa"

"Oh....."

"Pertama saya akan memasok daerah Illion yang saya kelola. Saya merasa kami harus membantu rakyat untuk menjaga kebersihan badan sepanjang waktu"

Setelah selesai berbicara, aku menatap Diana dengan tatapan menantang.

Apa yang kamu pikirkan sekarang? Apalagi yang akan kamu keluhkan?

Kurasa kobaran api tak telihat mulai muncul diantara kami.

Kemudian Diana membuka mulutnya.

"Sabun.....ya aku sudah mendengar rumornya. Mereka bilang sabunnya sangat wangi walaupun harganya murah"

"Saya ingin membuatnya terasa seistimewa mungkin. Saran dari suami saya juga sangat membantu"

Aku menjawab dengan senyum manis.

Kemudian salah satu gadis merespon dengan positif.

"Saya rasa Marquis Caelus sangat memperhatikan Marchioness. Saya tak percaya kalau Marquis bahkan menyarankan sesuatu pada bisnis sabun Anda, begitu juga pola api yang digambar hari ini"

"Marchioness hebat, Anda bahkan sudah diakui oleh Marquis yang bersifat dingin itu..."

Aha.. Apakah mereka gadis yang dibicarakan oleh Madam Harmonia? Yang dibilang mereka menyukaiku?

Aku pun memberikan 'love sign' pada mereka dalam hatiku.

"Kamu......."

Suara Diana mengecil.

".......Kamu membuat mereka mengagumi gaya hidup aristokrat..."

"!"

Ia menatapku lekat-lekat. Kemudian ia mulai menjelaskan logika yang sedari tadi pasti bergulir didalam kepalanya.

"Sesungguhnya wewangian tidaklah mempengaruhi kekuatan pembersih sabun. Jika wewangian dihilangkan, kamu bisa memasoknya dengan harga lebih murah, bahkan bisa menjadi gratis"

"........"

Whoah, ini benar-benar tidak kuduga. Aku bertanya-tanya apa yang akan dicela olehnya, kurasa inilah yang diincar oleh Diana.

Aku menutup rapat mulutku, karena sepertinya argumen Diana masih belum selesai.

"Jika kamu benar-benar peduli pada rakyat Illion, kamu harus memberikannya secara cuma-cuma daripada menjualnya dengan harga murah. Mereka yang miskin tak akan mampu membeli sabun"

".........."

"Tapi kamu tidak melakukannya. Malah sebaliknya, bahkan dengan biaya produksi yang lebih mahal, kamu sengaja membuat sabun beraroma seperti yang biasa digunakan aristokrat. Setelah itu kamu membuat rakyat biasa membelinya dan menggunakannya agar mereka mengagumi dan menyanjung gaya hidup aristokrat"

".........."

"Benar-benar gaya pemimpin yang cerdas dan juga cermat. Bukankah Marchioness berasal dari rakyat biasa? Kenapa kamu tidak melihat dari sisi yang lebih rendah?"

"......Maafkan saya"

Untuk sekarang, mari kita dengarkan apa yang pemeran utama kita ingin katakan.

"Hestia, sungguh disayangkan jika aku berada di posisimu. Menyanggah asal-usulmu dan bahkan mempopulerkan perasaan bangga untuk naik status"

Aku? Maksudmu hidupku dulu yang sebagai rakyat biasa dan tokoh sampingan?

Bagaimana denganmu Diana? Bukankah kamu sendiri dulunya juga rakyat biasa?

Apakah dia bilang kalau menaikkan status seseorang merupakan hal yang salah?

Apa yang salah dari orang normal yang ingin hidup lebih baik?

Perlahan aku mengangkat kepalaku, saatnya untuk serangan balasan dariku.

"Yang Mulia, bukankah Anda sama saja dengan saya?"

"!!"

Pandangan Diana terdistorsi untuk beberapa saat.

"Marchioness!"

Madam Harmonia berbisik khawatir. Aku bahkan tak akan menatapnya.

"Yang Mulia Diana, Anda tidak menyangkal kalau Anda dulu juga rakyat biasa kan?"

"Hestia, aku tidak seperti mu. Kamu salah paham"

"Salah paham bagaimana maksud Anda?"

Pesta minum teh resmi berantakan.

Madam Harmonia menundukkan kepalanya. Dia pasti merasa sangat malu pada dirinya sendiri. Ia menjanjikanku kalau semuanya akan baik-baik saja, tapi ternyata jadi seperti ini.

Walaupun begitu, malah bagus. Dia tidak akan lagi mendorongku untuk menjadi penasihat Diana.

Jika aku benar-benar berpaling saat ini, semuanya menjadi penutup yang sempurna.

"Aku tidak berusaha keras menjadi seorang bangsawan. Aku hanya melakukan yang terbaik dengan posisiku saat itu. Aku hanya membentuk hubungan dengan Helios, dan hasilnya aku menjadi Putri Mahkota"

Diana menjawab dengan santai.

Jadi berdasarkan logikanya, bukan salahnya jika ia menjadi bangsawan karena berkencan dengan Putra Mahkota?

Lalu aku salah karena aku menjadi bangsawan karena pernikahan politik?

Senyum pun mengembang di wajahku.

"Kalau begitu Anda menyangkal semua bentuk pernikahan politik. Saya yakin gadis muda disini pasti sudah dijodohkan melalui pernikahan politik. Bukankah Anda bersikap terlalu jauh?"

Semua gadis yang kubawa kedalam masalah ini terkejut. Diana pun langsung menyanggah.

"Sangat berbeda antara kebutuhan dan keinginan politik yang menjadi kasusmu. Lagipula apa sih yang akan didapatkan oleh Caelus ketika dia melakukan pernikahan politik denganmu? Yang kamu miliki hanyalah status anak angkat Lord Ellea"

Tidak ada yang tak bisa kujelaskan, tapi sejujurnya aku malas.

"Faktanya semua orang juga bertanya-tanya tapi tak ada yang berani mengatakannya. Kamu bilang bertemu Caelus saat mengembara ketika pernikahan aku dan Heli berlangsung"

Ha, aku tak bisa lagi hanya mendengarnya.

"Kamu hanya mengambil posisi Marchioness menggunakan tipu muslihat, demi kepentinganmu sendiri"

Tertawa, kini Diana tertawa.

Orang menjadi diam dan terkejut mendengar ejekan yang terang-terangan ini.

Aku pun terang-terangan menunjukkan senyum kebencianku, seolah aku sangat menikmati hal ini.

"Baiklah Diana, karena tidak ada yang juga berani berkomentar, aku akan mengatakannya karena kamu yang sudah memulai"

Aku sangat menyukai ketegangan yang terjadi sebelum ledakan.

Aku menunjuk cangkir teh dengan jari ku.

"Apa kalian menikmati teh ini?"

Warna pucat yang berarti tidak diseduh dengan benar.

Sebuah kualitas paling rendah yang disajikan oleh keluarga kekaisaran pada bangsawan yang mendukungnya.

Bahkan jika aku mengambil rosemary yang tumbuh di kebun dan menyeduhnya, itu pasti lebih pekat dan lebih nikmat dibanding teh ini.

Aku pun bertanya dengan seringai di wajahku.

"Apakah teh ini layak diminum? Bahkan aku yang rakyat biasa tidak bisa meminum ini"

Diantara permulaan komplainku kemudian terdengar suara.

"Bukankah kamu memang lebih menyukai kopi daripada teh? Tentu saja ini tidak akan sesuai dengan seleramu"

Hanya Diana yang berani menatapku langsung.

"Walaupun saya penggemar kopi, saya adalah nyonya rumah dari kediaman Marquis Caelus. Saya tidak bodoh hingga tidak bisa membedakan mana kualitas teh murahan"

"Berapa lama sejak kamu hidup sebagai aristokrat?"

"Tentu saja lebih lama dibandingkan Anda, yang baru menjadi keluarga kekaisaran setidaknya beberapa bulan lalu. Saya sudah mendapat gelar bangsawan sebagai anak angkat Lord Ellea sejak remaja"

Mungkin rasanya tidak nyaman kalau tidak ada satupun yang berani menentangku, tapi akhirnya seseorang berkata juga

"Beraninya pada Yang Mulia!"

"Diam! Tidak ada diantara kalian yang statusnya lebih tinggi dibandingkan aku selain keluarga kekaisaran"

Aku membalas dengan tajam dan memamerkan cincin keluarga ditanganku.

'Keluarga kekaisaran' yang lebih tinggi statusnya dibandingkan aku hanya terdiam dengan ekspresi kaku.

Apakah kamu takut pada iblis hitam yang begitu berani pada sang suci?

Tapi ini semua hanya permulaan. Api biru ku baru saja mulai membakar.

"Apakah seperti ini perlakuan yang Anda berikan pada bangsawan yang menjadi pengikut Anda, menghidangkan teh yang bahkan tidak enak? Kenapa kalian tidak datang ke kediaman Marquis? Saya akan selalu menyiapkan teh Louis Vous yang terbaik untuk kalian"

"Hestia!!!!"

Ya ampun, sang suci kita yang baik ternyata bisa berteriak.

"Apa yang begitu buruk dari membiarkan orang biasa menggunakan sabun dengan wewangian? Dosa apa yang akan diterima oleh orang yang menginginkan kehidupan lebih baik dan jujur pada keinginannya?"

"Aku tak akan pernah melupakan penistaan yang kamu lakukan ini!"

"Apakah sangat salah menjadi aristokrat melalui pernikahan politik? Jadi bagaimana dengan mereka semua yang sudah terlahir menjadi aristokrat? Tidak bisakah mereka menghapus dosanya? Oh omong-omong, apakah kamu sudah melakukan pengakuan dosa mendalam pada Dewa ketika kamu menjadi bangsawan melalui pernikahan juga?"

"Diam Hestia!"

Dialah Diana yang mengikuti dengan patuh sebagai keluarga kekaisaran. Tapi beberapa waktu lalu kamu juga masih berstatus rakyat biasa.

"Apakah aku tamak karena menjadi aristokrat melalui pernikahan politik? Lalu bagaimana dengan Anda yang menjadi Putri Mahkota hanya karena cinta yang membara?"

Sentuhan terakhir sebelum aku memadamkan api.

"Anda hanya sangat beruntung!"

"!"

Diana kemudian berdiri dan aku menangkap gerakannya.

Kemudian tangannya meraih cangkir yang ada dihadapannya.

".......!!"

Air teh terguyur pada wajahku.

"Marchioness!!!!!"

"Yang Mulia!!"

Perlahan aku mengeluarkan saputangan dari dalam tasku.

Tehnya masih cukup panas, sepertinya belum dingin sepenuhnya.

Aku mengelap wajahku yang basah karena teh tanpa mengucapkan sepatah kata. Aku melirik pada lengan atasku.

Untungnya, seperti yang Tekima katakan, tattoo temporer yang digambar olehnya masih baik-baik saja.

Begitu hening seolah mereka baru saja disiram air dingin.

Aku pun berdiri. Dengan komentar tambahan sebagai penutup, aku menyerang Diana.

"Jika kupikir lagi, sekarang aku penasaran. Madam Merope yang mengabdikan dirinya pada keluarga kekaisaran sekarang ada dimana dan melakukan apa ya?"

"!"

"!"

Madam Harmonia dan tamu lainnya menjadi pucat.

Kecuali kalau mereka bodoh, mereka pasti paham maksud dari apa yang kukatakan.

Bahkan jika kalian loyal pada Diana, pada akhirnya kalian juga akan dibuang seperti Madam Merope.

Aku menunduk dengan tata krama terbaik yang kumiliki.

"Terima kasih telah berbagi perasaan Anda dengan sejujurnya. Saya berharap yang terbaik bagi Anda kedepannya."

Karena kupastikan akan kuhancurkan semua itu.

Tanpa menunggu jawaban aku pun berbalik dan meninggalkan pesta minum teh.

Oh, dia akan kesulitan hari ini.

**

Begitu aku meninggalkan taman, aku berpapasan dengan bayangan di pintu masuknya.

"Hestia?"

".....Yang Mulia Putra Mahkota"

Aku menahan ekspresiku dan menunduk, mencoba untuk keluar dari situasi ini secepatnya.

Tapi sayangnya,

"Gaun mu basah dan wajahmu juga memerah"

"Maafkan saya Yang Mulia, saya pergi lebih dulu"

Aku tidak bisa menghadapi Helios sekarang.

Walau aku terlihat baik-baik saja, aku merasa sedikit pening setelah bertengkar hebat dengan Diana.

Saat itu aku mendengar suara dari kejauhan.

"Helios"

"....Diana"

Baiklah ini saatnya.

Dengan cepat aku berlalu tanpa melakukan kontak mata dengannya.

--

"Haaa...."

Helaan nafas yang panjang keluar begitu saja ketika aku sudah didalam kereta.

Kemudian aku tertawa dan bergantian menghela nafas lagi.

"Ahahahaha"

Aku sangat ingin tertawa terbahak-bahak tapi aku tidak bisa karena cukup lelah.

Apa tadi kalimat terakhirku yang membuat Diana begitu naik pitam?

Oh ya 'kamu hanya beruntung'.

"Ohh aku berhasil mengusiknya!"

Sudah jelas dia tidak bisa menyembunyikan perasaannya.

Bahkan aku tak percaya aku mengalami sendiri kejadian diguyur teh yang sebelumnya muncul dengan antagonis Letona.

"Duh... rasanya perih"

Memang tidak terbakar, untunglah. Tehnya begitu murah hingga kupikir ini tak akan membantu kulit wajahku.

Omong-omong, aku sudah memancing Diana hingga seperti ini, aku yakin akan banyak reaksi nantinya. Tapi aku tak perlu takut.

Pada saat ia sudah tak memiliki pendukung dan hanya Helios tempatnya bersandar, apakah masih ada yang tersisa bagi Diana untuk mengasah kekuatannya?

Disisi lain, kejadian perang kalimat yang indah antara aku dan Diana pasti akan sampai pada telinga mereka yang anti-Diana.

Setelah kematian Duke Orcus, tidak ada yang berani melawan Kaisar dan Helios. Tapi karena aku sudah melakukan insiden yang luar biasa, mereka semua akan berlari kebelakangku.

Aku yang melakukan pekerjaan kasar dan mereka yang mendapat hasil.

Istri Marquis, rakyat biasa yang tidak ragu untuk memimpin dan mengangkat senjata berada di garis depan. Lalu, ketika posisi Putri Mahkota mulai goyah, para bangsawan yang memiliki anak gadis pasti berebut mengambil posisi tersebut.

Aku tertawa membayangkannya saja.

"Yah... tak masalah"

Sejujurnya aku pun memang tak peduli.

Tujuan utama ku 'kan memang agar Diana menyesali kehilangan orang disekitarnya hingga ia bersimbah air mata.

Jangan lupakan tujuanku untuk membuatnya berlutut memohon maaf dari Caelus.

Kamu hanyalah beruntung karena selama ini sudah melewati jalanan berbunga, dan ketika kekuatan pemeran utama mu mulai sirna, silahkan nikmati sepenggal rasa keputusasaan yang dulu dirasakan Caelus.

Bukankah 'beruntung' ketika dia lahir menjadi mahluk paling cantik didunia ini dan tiba-tiba mendapatkan kekuatan penyembuhan?

Ini semua karena pengaturan dari 'Dewa' dan juga 'penulis' yang membuatnya tak perlu bersusah payah dalam hidup.

Makanya seharusnya kamu bersyukur. Kamu harus rendah hati pada rahmat yang diberikan tanpa syarat semacam itu.

"Perang sudah dimulai, Diana. Aku akan menyerang tanpa henti dan membuatmu menyesali sedalam-dalamnya"

Api biru, api yang akan membakar segalanya demi tujuanku.

**

Begitu aku tiba di rumah, aku langsung menulis surat untuk model kakak beradik yang tengah mengiklankan sabun di Illion.

"Untuk Helena dan Pollux...."

Awalnya aku berniat memasok sabun di ibukota sama seperti yang kulakukan di Illion. Maka dari itu aku berniat memperpanjang kontrak iklanku.

Tapi aku mengubah keputusanku setelah mendengar apa yang Diana katakan tadi.

Pasokan sabun akan kubuat eksklusif di wilayah Illion.

Tak lama lagi tingkat penyakit di Illion akan banyak berkurang. Aku berencana untuk menunggu dengan sabar hingga celah perbedaannya dengan ibukota terlihat jelas.

Selain itu, bukan hal yang bagus untuk memberikan sabun cuma-cuma seperti yang Diana katakan. Tapi alasanku sangat berbeda dengan pemikiran Diana.

Orang tidak akan tahu kalau suatu benda itu berharga jika didapatkan secara cuma-cuma. Bahkan dengan harga yang murah, orang akan merasakan nilainya ketika kita membuat mereka membelinya dengan uang.

"Sekarang saatnya surat ke pengrajin sabun"

Aku juga menulis pada pengrajin yang mengembangkan metode untuk membuat sabun yang murah.

Jangan memproduksi ataupun menjual di ibukota karena Putri Mahkota tidak menyukainya.

Aku sengaja menggunakan nama Diana sebagai alasan. Tanpa perlu menjelaskan lebih lanjut, cukup katakan kalau keluarga kekaisaran membencinya maka jadilah alasan kuat.

Namun, aku memutuskan untuk tidak melarang rakyat ibukota yang ingin membeli sabun yang didistribusikan eksklusif di Illion. Akan lebih sempurna jika muncul rumor yang mengatakan kalau Illion tempat yang bagus untuk tinggal.

Dengan begitu, apakah kekuatan kuil di ibukota akan melemah?

"Ah pasti akan sibuk... Demi bisa memaksa kuil mengeluarkan daftar harta dan properti yang mereka miliki"

Tentu saja hal itu bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan dengan cepat. Pertama-tama aku harus mengumpulkan opini publik dibelakang layar melalui Madam Harmonia. Barulah setelah opini publik menguat aku bisa mengajukan sebagai agenda resmi.

Sementara itu aku juga diam-diam harus menunjukkan korupsi yang dilakukan oleh kuil. Aku harus menembakkan peluru pada waktu yang tepat dengan begitu orang tak lagi percaya pada kuil.

"Tidak ada tempat yang tidak tercemar jika lingkungannya kotor.. Huh"

Tempat orang-orang semacam itu berkumpul pasti akan mengeluarkan bau busuk. Bahkan jika tempat itu awalnya bersih, bukankah begitu?

Pasti ada uang yang diam-diam mereka gunakan tanpa menyebutkan tujuan penggunananya. Beberapa barang yang didonasikan juga malah dipakai pribadi oleh pendeta, mungkin saja mereka mengadakan acara perkumpulan menggunakan uang donasi yang seharusnya untuk sumbangan bagi mereka yang miskin.

Semua itu perlahan akan menjadi anak panah bagiku untuk menyerang. Jika hanya satu dua anak panah memang tak begitu merusak, tapi beda cerita ketika satu anak panah itu langsung menghantam bagian vital.

"Aku ingin kamu bergandengan tangan dengan kuil dan tenggelam bersama, Sang Suci Diana"

**

Malam itu setelah aku selesai makan dengan Caelus, ketika aku bersantai sambil meminum kopi, Uros mendatangiku.

"Madam...Ini memang sudah larut tapi ada tamu yang datang"

"Benarkah? Apa itu Madam Harmonia?"

"Ya, bagaimana Anda bisa tahu?"

Aku tak terkejut. Setelah kekacauan tadi siang, sudah sewajarnya dia mengunjungiku.

"Persilahkan dia masuk"

Uros pun langsung pamit keluar. Tak lama berselang Uros kembali sambil memandu Madam Harmonia.

"Marchioness....Marchioness Hestia"

Wajahnya terlihat sedikit pucat seolah mengalami trauma berat.

"Selamat datang, Madam Harmonia"

"Marchioness....Saya tak tahu harus bilang apa...."

"Mari kita duduk lebih dulu Madam"

Aku tertawa ringan karena aku merasa kasihan padanya.

Madam Harmonia menuangkan kopi dan menggenggam cangkir dengan kedua tangannya agar ia bisa lebih tenang. Uros memang menyiapkan teh juga, tapi aku lebih memilih kopi ketimbang teh.

Madam Harmonia mengangkat cangkirnya dengan tangan yang sedikit gemetar. Setelah ia menyesapnya, ia pun menghela nafas panjang.

"Saya benar-benar meminta maaf pada Marchioness. Saya tak memiliki alasan apapun"

"Kenapa Madam berpikir kalau ini salah Madam? Semua ini karena saya sendiri yang tidak bisa duduk diam menerima provokasi Putri Mahkota"

"Walaupun begitu, saya yang bersikeras menyarankan Marchioness yang jelas-jelas sudah menolak sejak awal"

Madam Harmonia hanya menatap cangkir yang ada ditangannya.

Aku tersenyum pahit.

"Madam, apakah Madam benar-benar berpikir kalau beliau akan sukarela mendengarkan saran dariku?"

"Saya percaya pada sifat baik yang beliau miliki"

"Oh, kalau begitu Madam juga harus mempertimbangkan sifat keras kepalanya"

"......"

Madam Harmonia menundukkan kepalanya lagi.

Aku hanya berdecak.

"Tapi aku juga tak menyangkanya. Aku tak berpikir kalau akan terjadi pertengkaran gegabah semacam itu didepan Madam dan gadis lainnya. Tapi sekarang kita harus mengubah pendapat"

"Maaf Marchioness, semua salah saya"

Menyedihkan melihatnya menjadi ciut begitu. Memang tidak buruk menjadi pihak yang lebih diuntungkan, tapi aku memang harus berlaku lebih moderat juga.

"Yah, tidak apa-apa, semua sudah berlalu. Karena aku sudah menghadiri pesta minum teh seperti yang Madam minta, jadi Madam juga harus menepati janjinya padaku, oke?"

"Tentu, Marchioness"

Madam Harmonia hanya mengangguk. Aku pun tergelak.

"Omong-omong, aku berpapasan dengan Putra Mahkota. Apa yang terjadi setelah itu?"

"Oh....."

Madam Harmonia tersenyum getir.

"Sudah kuduga, beliau pasti langsung bisa merasa kalau suasananya sudah kacau"

– flashback –

Helios datang tak lama setelah aku meninggalkan acara.

[Oh......sepertinya pesta minum teh terlihat seru]

Mendengar kata-kata Helios, semua tamu menundukkan kepalanya bersamaan. Hanya Diana yang menatap Helios dengan mata berkaca-kaca.

[Helli..]

[Apa yang terjadi?]

Para gadis dan Madam Harmonia menjadi ragu apakah mereka harus tetap di kursinya atau menyingkir agar memberikan waktu bagi Putra Mahkota dan istrinya untuk mengobrol.

[Aku sedikit adu mulut dengan Marchioness Hestia]

[Aku kesini setelah mendengar kabar tersebut, mengejutkan bagiku ketika tahu kalau kamu mengundangnya pada pesta minum teh mu]

Madam Harmonia memejamkan matanya. Diana keberatan untuk mengundang Hestia, namun karena dorongan kuat dari Madam Harmonia ia jadi mengundangnya.

Helios melihat sekitarnya dan dengan cepat mengubah ekspresinya.

[Sepertinya tadi bukan argumen yang pantas]

Tidak mengherankan, area disekitar meja sangat berantakan karena air teh yang tumpah disana sini. Ini semua karena Helios datang sebelum pelayan selesai merapikannya.

Kemudian Diana menjawab dengan dingin.

[Benar, kamu datang ketika ini semua masih tak pantas untuk dilihat]

Madam Harmonia hanya mendengarkan percakapan mereka berdua dengan gugup.

Helios juga sadar kalau Diana sudah menjadi lebih peka, tanpa menunda-nunda ia pun segera bersiap pergi.

[Mari kita bicarakan nanti, Diana]

Diana juga tak menahannya.

Tidak mungkin untuk mengembalikan acara minum teh yang sudah hancur seperti semula. Madam Harmonia perlahan berdiri dan bertukar pandangan dengan gadis disekelilingnya.

[Kami pamit undur diri, Yang Mulia Putra Mahkota dan Putri Mahkota]

Mereka meninggalkan istana Lily seolah mereka kabur.

– end of flashback –

Madam Harmonia menghela nafas lagi.

"Fyuhh, setelah itu saya mengajak mereka menuju salon saya. Karena ini salah saya yang sudah memaksa Marchioness menghadiri pesta minum teh...."

"Ini bukan salah Madam...."

Aku berusaha menenangkannya dengan nada suara yang lembut. Madam Harmonia menggelengkan kepalanya.

"Untunglah mereka juga menghibur saya. Saya membahas topik itu karena ingin mengubah suasana yang kurang nyaman, namun malah berakhir buruk.."

"Maksudnya mengenai sabun?"

"Ya, kupikir itu hal yang bagus, saya tak pernah berpikir kalau reaksi Putri Mahkota akan sebegitunya..."

Aku tahu, aku juga terkejut.

Bagaimana bisa kamu mencari-cari kesalah seperti itu? Kenapa tidak diberikan cuma-cuma daripada dijual murah? Ya ampun, dia memang hanya mencari-cari alasan untuk menyerangku.

Aku tergelak.

"Putri Mahkota tak bisa menjatukan saya. Sesungguhnya, saya tak lagi kaget ketika menemui orang semacam itu"

Tentu saja karena pemeran utama kita, Diana, bukanlah manusia normal. Pada novel aslinya, Diana terbiasa memberi 'hantaman' pada orang jahat.

Jaga 'kepercayaan' mu pada jalan yang lurus, begitu yang selalu dielu-elukan oleh Diana.

Tapi aku sengaja membuat Sang Suci menjadi karakter yang setara satu level dengan manusia pada umumnya.

Dia tak lagi pemeran utama, tak lagi menjadi orang suci.

"Madam sudah mengalami banyak hal. Dalam pandanganku, ia hanyalah orang yang iri pada kesuksesan orang lain"

"Ya...."

"Tentu saja, dulu ia memang sangat mulia seperti yang dulu Madam kagumi. Tapi orang bisa berubah, kan?"

"......."

Madam Harmonia terdiam.

Karena aku sudah menggambarkan Diana menjadi orang yang memiliki rasa iri, aku harus memberikan alasan yang masuk akal untuk makin membuatnya ragu.

"Madam, coba Madam pikirkan kenapa Putri Mahkota iri padaku?"

"Itu..."

Dia tak bisa langsung menjawab, malah wajahnya sekarang memerah.

Alasannya terlalu jelas dan begitu kekanakan.

"Karena aku menikahi Caelus. Putri Mahkota sudah mencampakkan Caelus tapi dia tak ingin kehilangan cinta dari nya"

"Marchioness!!"

Aku tertawa melihat reaksi Madam Harmonia.

"Hahahah, bukankah sangat lucu? Sang suci kita yang paling mulia tidak puas setelah mendapatkan pria terbaik di kekaisaran ini"

".......!!"

"Ia ingin semua orang hanya memuja nya, seperti ratu drama saja" (t/n : istilah aslinya queen bee sih yg dipake)

Aku berbicara penuh percaya diri pada Madam Harmonia yang kini membeku.

"Diana itu bangsawan pemula yang narsis. Berhenti menyangkal kenyataan, Madam Harmonia"

Ia kini tercengang karena pernyataanku yang berani.

"Marchioness.....Jangan bilang Anda juga mengatakan hal itu pada orang lain....."

"Oh, tentu saja tidak!"

Aku tertawa sambil mengibaskan tanganku.

"Aku tak sebodoh itu, lagipula Madam sendiri menyaksikan langsung kejadian hari ini. Aku orang yang memegang kata-kataku, jadi aku jujur pada Madam"

".....Terima kasih....."

Untuk berjaga-jaga, aku harus memastikan sesuatu.

"Aku tak akan seperti itu, tapi tolong rahasiakan apa yang terjadi hari ini"

"Maksudmu termasuk semua ini Marchioness?"

Madam Harmonia menundukkan lagi kepalanya.

Aku pun menepuk tangan agar perhatiannya tertuju padaku.

"Omong-omong aku yakin para gadis hari ini terkejut karena perlakuanku. Jadi aku ingin meminta maaf, bisakah Madam mengaturnya?"

"Oh, disini Marchioness?"

"Ya, disini tak masalah ataupun di salon Madam juga boleh. Atau kita bisa mengadakan piknik ketika hari cerah"

Akhirnya Madam Harmonia tersenyum lembut.

"Anda memang sangat pengertian. Jika Marchioness memang tak keberatan, kita adakan saja pertemuannya disini?"

"Oh baguslah"

Aku harus menghibur gadis muda yang sudah muak dengan teh murah dari Diana. Sejujurnya, teh yang kubuat pun tak akan cukup membantu, jadi kurasa aku haru mengeluarkan biji kopi dengan kualitas terbaik.

**

Keesokan pagi aku menerima surat dari Countess Erinis.

"Wow, rumor memang cepat sekali menyebarnya"

Seperti yang biasa dia banggakan mengenai koneksi kenalannya disana sini, kurasa kejadian pesta teh kemarin sudah terdengar hingga telinganya.

Ia pasti memiliki hubungan dengan salah satu tamu kemarin.

Omong-omong, aku tak bisa berhenti waspada jika berteman dengannya. Ada ketegangan berbeda jika bertemu dengan Countess Erinis dibandingkan dengan Madam Harmonia.

Isi suratnya secara garis besar ingin mengkonfirmasi kejadian kemarin. Ia juga tak menutup-nutupi isi suratnya, jadi kurasa aku akan mengakuinya saja.

Countess Erinis bilang kalau gadis muda kagum dengan keberanianku menghadapi Diana. Memang itu bukan berarti hal yang buruk, tapi hal itu bukanlah sesuatu yang tak berani mereka bayangkan.

Aku menulis balasan sambil menyeringai.

"Saya memang ingin lebih disukai oleh gadis muda lainnya, tapi mereka semua salah, Countess"

Mungkin dia bisa memahami maksudku dari kalimat ini. Aku akan meningkatkan ketidakpuasanku pada Diana dihadapan gadis muda seperti mereka, dan mereka akan menganggapku wanita dewasa yang memiliki keberanian.

Pada akhir suratku, kutulis kalau aku akan mengundang mereka yang sebelumnya terkejut dengan kejadian tempo hari di istana untuk berkujung ke kediaman Marquis untuk menghibur mereka. Terakhir aku pun menyegel surat tersebut.

"Ha ha"

Sekarang api sudah mulai terpercik.

Ketika api nya sudah menyala dengan sungguh-sungguh, bahkan Putri Mahkota kita pun tak akan bisa memadamkannya.

--------
(t/n: 1 chapter lagi sebelum Cael mulai clingy ke Hesse. Sabar ya bestie, mungkin besok atau Minggu ku upload kalau sudah proofreading. Btw yang baca manhwa nya banyak kah? Kayanya manhwa nya agak beda dikit sama novel jadi lebih cepet gitu alur nya, soalnya chapter terbaru nya Cael udah mulai jealous gitu ke Hesse. Tapi di Korea nya sendiri banyak yang komen sih kalo novelnya slowburn gitu sama romance nya mereka. Also, please enjoy our beautiful Hestia, ku nyolong dari ig author nya hehe 💙)

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 168K 32
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
1.5M 28.1K 12
"Aku tak percaya jika akhirnya aku bersuamikan seorang pria yang mirip dengan sebuah BONEKA. Bukan MIRIP melainkan MEMANG boneka. Ya...Kay Natsuki se...
494K 20.3K 36
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
3.1K 353 126
[Novel Terjemahan] I've Become A True Villainess / The Case of the Legal Villain / The Tragedy of a Villainess / 합법적 악역의 사정 Authors: Flowing honey Ge...