Demi Biasku yang Tersakiti |...

Door KHS407

578K 35.1K 4.4K

!!! MTL FAN TRANSLATION !!! Pernah kah kalian berharap bisa bertemu langsung dengan karakter dalam novel favo... Meer

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65 - Tamat
Side Story - 1
Side Story - 2
Side Story - 3
Side Story - 4
Side Story - 5
Side Story - 6
Side Story - 7
Special Story - 1
Special Story - 2
Special Story - 3
Special Story - 4
Special Story 5 - TAMAT

19

2K 235 9
Door KHS407

Beberapa hari kemudian, ketika aku pulang setelah mengunjungi salon Madam Harmonia, Uros memberikanku sebuah surat.

"Siapa yang mengirim ini?"

Tidak ada info apapun yang tertera pada amplop. Uros juga tidak segera menjawabku.

"Anda akan tahu jika sudah membacanya"

"Hmmm...."

Aku sedikit merasa curiga ketika Uros tidak langsung memberitahuku. Tapi aku tetap membawanya ke kamar untuk kubaca. Dengan cepat aku membaca surat, namun ternyata ini diluar perkiraanku.

"Hyperion??"

Aku tidak mempercayai mataku, hingga aku membacanya berulang kali.

Tidak!! Kenapa Helios menghubungiku secara sembunyi seperti ini!! Lalu kenapa juga Uros memberikan padaku seperti tadi? Uros yang berkata bahwa aku akan tahu setelah membacanya, berarti ia sudah tahu pengirimnya berdasarkan segel amplop.

"Ha...."

Dengan kata lain, Helios ingin berdiskusi denganku terkait penglihatan yang kumiliki. Jadi ia meminta bertemu secara rahasia.

Apa tujuan Helios bertemu denganku?

Jika ia merujuk pada "penglihatan" itu berarti dia tertarik pada kemampuanku. Ia pasti tertarik dengan informasi yang kuketahui terkait masa depan.

"Apakah kamu ingin bekerja sama..."

Prediksi mengenai provokasi di perbatasan yang kuberikan pada Diana pasti membuatnya terkesan. Jika Helios licik, dia pasti tertarik pada kemampuanku tapi dengan premis jika aku bersedia menjadi sekutunya.

Aku hanya bisa menebak-nebak kenapa Helios menghubungiku diam-diam. Mungkin dia berpikir hubunganku dengan Caelus tidak sedekat itu. Dia juga pasti memikirkan kondisi Caelus yang belum sepenuhnya pulih.

"Apa yang harus kulakukan..."

Sejujurnya, aku tidak ingin dekat-dekat dengan Helios. Apakah ia lupa kalau dia dulu menyakiti bias kesayanganku? Setelah berpura-pura menyesal didepan Caelus, ia hanya berfokus bercinta dengan Diana.

Aku sedikit lega Helios tidak kurang ajar. Jika dia orang yang mendahulukan ketamakannya, ia pasti sudah terang-terangan menghubungi Caelus tanpa mempedulikan kondisi Caelus. Dia pasti merasa bersalah untuk mengatakan "aku ingin meminjam istrimu" pada Caelus.

Bagaimanapun, aku tidak bermaksud untuk bertemu Helios diam-diam. Alasanku bertahan dalam dunia novel yang sudah tamat hanyalah Caelus. Apa untungnya bagiku untuk menjadi pelayan Helios?

Selain itu, kesan yang tertulis dalam surat benar-benar efisien dan tepat sasaran. Tidak ada yang menyalahkan jika aku tidak suka dengan cara nya berbicara. Aku memang masih jauh dari tujuanku.

Aku harus memberitahu Caelus lebih dulu.

"Tuan..Caelus, ini Hestia" (t/n: aslinya Hestia masih pakai imbuhan-nim setelah nama Caelus)

"Masuk"

Aku mengumpulkan keberanian dan masuk.

Caelus menggunakan jubah yang selalu ia pakai dan didalamnya ia menggunakan pakaian rumah yang terlihat rapi. Apa yang ia pegang sekarang merupakan surat kabar resmi kekaisaran. Sepertinya ia mulai tertarik lagi mendengar berita diluar. Aku sedikit merasa lega.

"Ada yang terjadi?"

"Yang Mulia Putra Mahkota mengirimi saya surat secara rahasia. Sepertinya ia ingin berdiskusi masalah penglihatan saya"

"Whoah...."

"Saya agak khawatir jika Tuan Caelus tidak mengetahuinya.. Apa yang harus saya lakukan?"

Caelus memiringkan kepalanya seolah bingung dengan pertanyaanku.

"Mengapa? Bukankah sudah wajar jika ia ingin berdiskusi denganmu?"

"Tapi saya merasa ragu karena beliau menghubungi saya dengan nama 'Hyperion' tanpa memberitahu Anda"

Caelus tertawa kecil.

"Kenapa? Apa kamu merasa kamu memiliki hubungan rahasia dibelakangku?"

"Tidak! Bukan begitu!"

Ah aku refleks berteriak. Ini semua karena Helios! Tapi ini menunjukkan Caelus sudah lebih santai dari sebelumnya. Jadi aku menganggap ini hal yang bagus.

Kemudian aku lanjut berbicara setelah sedikit mendengus.

"Sata tidak ingin melakukan hal dibelakang Anda. Saya juga tidak akan selalu meminta izin Anda terus menerus, tapi saya pikir Anda berhak tahu"

Caelus menatapku dan sedikit bersandar pada tembok.

"Aku terkejut kamu masih memikirkan posisiku"

Senyum merekah di wajahku.

"Tetap saja, saya kan pasangan Anda"

"Whoah..."

Aku tidak menduga Caelus juga akan sedikit tersenyum. Namun wajahnya langsung netral kembali dan lanjut berbicara.

"Temui Helios lebih dulu. Ia lebih gigih dari yang terlihat. Jika kamu menolaknya sekarang, ia pasti akan menghubungimu lagi"

"Begitu kah...."

Jika aku tidak ingin merasa terganggu, lakukan saja dengan cepat. Kira-kira maksud Caelus seperti itu. Selain itu karena aku sudah selesai melapor, aku hendak pamit pergi.

"Kamu masih bertindak seolah asistenku. Seperti yang tadi kamu bilang, bukankah kamu pasanganku?"

"???"

Aku berhenti bernapas untuk sejenak. Percakapan macam apa ini????

"Dan saat aku menyuruhmu memanggilku dengan nama, kamu masih menggunakan gelar dan berbicara formal. Jika seperti ini terus-menerus, pekerja di rumah ini tidak akan menganggapmu Marchioness"

"............"

Aku tersenyum seperti orang bodoh, untungnya senyum ini hanya ada didalam kepalaku. Memanggilnya dengan nama? Huhu, aku harus apaaa? Tapi jika Caelus bersikeras seperti ini, aku harus melakukan apa yang ia minta. Selain itu, sepertinya Caelus khawatir dengan perlakuan yang ku terima dari para pekerja. Aku ingin memberitahunya bahwa tidak terjadi hal yang seperti dalam bayangannya.

"Saya...saya akan mencoba memanggil Anda dengan kasual. Selain itu para pelayan tidak ada yang memperlakukan saya dengan buruk. Malah sebaliknya, mereka semua sangat baik pada saya. Jadi Anda tidak perlu khawatir"

Ekspresi wajah Caelus yang datar seolah menunjukkan ketidaksukaan. Tidak bisa begini. Aku pikir aku akan mendapat masalah jika aku tidak berusaha.

Aku mengambil nafas dalam-dalam.

"Terima kasih atas perhatian nya...Cael..us"

Aku hampir saja menggunakan imbuhan lagi sebelum memanggilnya. Tapi aku berhasil!! Walaupun namanya terdengar samar-samar. Aku langsung berbalik meninggalkan ruangan sebelum rasa malu membanjiri kepalaku.

**

Atas saran dari Caelus, aku membalas surat Helios yang berisi kalau aku akan memenuhi permintaannya. Tak lama berselang ia membalas dan bilang bahwa ia akan segera mengunjungi kediaman kami.

Mengingat posisinya saat ini sebagai 'Hyperion', aku memutuskan untuk menemuinya didalam kamarku, bukan di ruang tamu. Memang sedikit tidak nyaman karena ia seorang Pangeran, tapi aku akan berusaha sebaik mungkin menjamu nya.

Tak sadar aku mendesah ketika menatap perlatan teh yang terjajar rapi diatas meja. Aku tidak tahu kalau bagian minum teh yang seringkali muncul didalam novel harus melewati proses yang menyulitkan.

Beberapa saat kemudian pintu dibuka setelah terdengar ketukan beberapa kali. Muncul Helios yang menggunakan jubah berwarna hitam.

"Selamat datang"

"Bagaimana kabarmu, Marchioness?"

"Baik, terima kasih atas perhatian Anda"

Didalam novel disebutkan kalau Helios merupakan orang yang tidak peduli pada etika yang terlalu kaku. Aku menyambutnya didalam kamarku dan juga sedikit menghilangkan tata krama, tapi ia tidak peduli.

Mata Helios menelusuri kamarku sambil ia membuka jubahnya. Aku merasa aku tidak boleh berdiam diri, jadi aku mengambil jubahnya. Ketika aku sibuk menggantung jubah Helios, ia sedikit mengelilingi kamarku.

"Ini pertama kalinya aku masuk kedalam kamarmu"

"......"

Aku hanya bisa membiarkannya. Jika dipikir lagi, bahkan Caelus sendiri belum pernah masuk ke kamarku.

Sial. Helios masuk lebih dulu sebelum bias kesayanganku. Kepalaku sedikit terasa sakit sekarang.

Kemudian Helios berhenti berkeliling.

"Hm? Ini dokumen internal?"

"Ah...."

Sepertinya ia melihat tumpukan dokumen di meja kerjaku. Aku hanya mengangguk.

"Ya, saya sedikit menangani masalah internal beberapa waktu ini"

"Hmm..."

Helios mengambil selembar kertas. Dokumen itu yang kutulis seperti aku menggunakan Excel. Aku menunggu dalam diam tanpa menjelaskan. Kupikir Helios akan bertanya padaku sendiri.

Helios masih membaca dokumen 'excel' dalam waktu lama.

"Apakah kamu pernah mengerjakan ini sebelumnya?"

"Ya"

"Isinya sangat intuitif. Bahkan aku dapat mengerti isinya setelah membaca sekilas"

"Terima kasih"

Aku tidak bisa membaca raut wajah Helios ketika ia meletakkan kembali dokumenku. Ketika akhirnya ia duduk di sofa, akhirnya aku harus menghadapi hal yang membuatku kesulitan, yaitu membuat teh.

Aku sudah berjanji untuk belajar semampuku dari Clarice, tapi sayangnya aku kekurangan waktu karena kami berdua sama-sama sibuk.

Helios menunggu untuk disajikan teh. Ah aku tak peduli. Aku mengambil teh hanya berdasarkan perkiraanku, memasukannya dalam saringan dan menuangkan air panas yang sudah disajikan. Ketika warna nya sudah mulai berubah, aku langsung menuangkan tehnya kedalam cangkir yang kosong.

"Saya memang belum ahli..."

Aku merasa ingin menangis.

Helios meminum teh dengan wajah yang datar. Kami berdua pun terdiam, kemudian Helios menunduk."

"Maafkan saya.."

"Yah, teh buatanmu tidak ada bedanya dengan Diana"

Tentu saja ini ejekan. Didalam novel dijelaskan seberapa buruk Diana menyajikan teh. Jadi kupikir aku lebih baik darinya.

Helios tidak lagi membicarakan teh ku.

"Aku minta maaf, tapi aku sedikit melakukan penyelidikan latar belakangmu"

Jadi kamu sudah tahu kalau aku anak adopsi Tuan Ellea.

"Anda pasti sudah tahu kalau saya berasal dari rakyat biasa"

Helios mengangguk.

"Saya tidak bermaksud menutupinya. Saya mohon maaf karena saya tidak memberitahu"

"Tidak.. bukan begitu. Aku hanya ingin bilang aku tidak heran dengan rasa teh yang kamu buat"

Aku tidak tahu harus berbuat apa dengan kemurahan hati Helios. Sudah cukup berbincangnya, mari kita langsung membahas tujuan utama.

"Bukankah Anda kesini untuk membicarakan kemampuan saya?"

"Ramalan yang kudengar dari Putri Mahkota sejujurnya sangat membantu ku. Aku akan berterus terang, bagaimana jika kamu menggunakan kemampuan mu demi negara ini?"

Oh aku tidak menduga ini. Pojok mulutku sedikit terangkat karenanya.

"Saya mohon maaf, Yang Mulia. Saya ini berpikiran sempit, jadi saya tidak mampu berbuat untuk hal yang lebih besar"

"Hmph. Kamu bahkan menolak tanpa memikirkannya lebih dulu?"

"Tidak ada yang perlu saya pikirkan. Penglihatan saya tidak selalu berujung pada kepentingan negara, tapi terkadang memang muncul hal yang penting"

"Ekspresimu terlalu natural untuk berkata seperti itu"

Aku berusaha membuat alasan.

"Kesehatan suami saya belum pulih sepenuhnya. Untuk saat ini saya hanya ingin fokus pada masalah internal"

Kupikir alasanku lumayan keren. Tapi Helios mendengus.

"Oh jadi menurutmu pekerjaan rumah lebih penting daripada perintah Pangeran? Sikap dari seorang bangsawan yang benar-benar luar biasa"

"Jika saya boleh jujur, saya berniat mengutamakan suami saya. Teman lama yang Anda lupakan ketika Anda berbahagia"

Helios menatapku tajam. Tapi ia tidak bisa menyangkalnya. Saat ia dan Diana tertawa bahagia, Caelus berusaha merenggut nyawa nya sendiri.

Aku lanjut berbicara dengan datar.

"Saya akan menggunakan penglihatan saya sesuai keinginan saya sendiri. Peduli apa jika itu berhubungan dengan kekaisaran?"

Helios, jika kamu mau bekerja sama denganku, kamu harus lebih jujur dibanding sekarang. Tatapan nya kini berubah jadi dingin.

"Lalu kenapa kamu memberikan informasi terkait masalah di perbatasan?"

"Oh? Putri Mahkota tidak memberitahu Anda? Saya memberitahu dengan kesepakatan kalau beliau akan memberi saya info mengenai pesta minum teh"

Ah Diana, kamu masih tidak memahami maksud ku walaupun aku sudah memberikan contoh nyata? JIka ada yang diminta, kamu harus siap memberikan sesuatu. Sayangnya, Diana tidak mengutarakan ini pada Helios.

Aku berasal dari rakyat biasa, begitu juga Diana. Jika Helios berfantasi kalau semua 'rakyat biasa' akan bersikap seperti Diana, dia pasti tidak bisa menebak hal sepele semacam ini.

Aku bukanlah orang yang baik dan mementingkan keadilan seperti Diana. Alasanku berubah pikiran untuk ikut campur hanya untuk membalaskan dendam Caelus.

Helios masih menatapku tajam.

"Kamu benar-benar egois"

Aku tidak akan membantahnya. Tapi komentarnya yang terus terang seperti ini agak menyakitkan.

"Jika saya benar-benar egois, saya lebih memilih untuk memberikan ramalan palsu dan mendapatkan keuntungan untuk saya pribadi, Yang Mulia"

Aku juga masih mengangkat dagu ku dengan arogan.

"Jika Anda benar-benar membutuhkan saya, Anda seharusnya memberikan penawaran yang bisa menggerakan saya. Yah jika Anda tidak melakukannya, saya hanya tinggal menolaknya. Adil bukan?"

"Kamu pasti tidak takut padaku yang seorang Putra Mahkota"

"Tidak ada yang saya takutkan, Yang Mulia. Bukankah sudah jelas? Saya kan bisa melihat masa depan"

Kemudian Helios tersenyum lebih santai. Helios berbicara dengan nada yang seolah sarkas.

"Lalu jika aku ingin menggerakanmu, maka aku tidak punya pilihan selain menggerakan Caelus yang merupakan prioritas utama mu?"

"Jika anda benar-benar membutuhkan kemampuan saya, tidak akan membantu dengan memaksa saya seperti itu Yang Mulia"

Kini Helios cemberut

"Baiklah, apa yang kamu inginkan?"

Sepertinya ia tidak menyukaiku yang bersikap seenaknya. Begitupun yang kurasakan.

"Berikan wilayah kekuasaan mendiang Duke Orcus pada saya. Selain itu saya juga ingin kenaikan status gelar suami saya"

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

40K 3.9K 27
Angelina tidak menyangka bahwa profesinya sebagai dokter hewan di kebun binatang menyebabkan dirinya diculik di siang bolong oleh Genma Corporation...
1.2M 9.9K 22
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) Hati-hati dalam memilih bacaan. follow akun ini biar lebih nyaman baca nya. •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan sa...
190K 5K 6
Kisah gadis dari abad 21 yang menuju masa kelam dari perjuangan bangsa indonesia lalu bertemu pria yang ternyata perwira belanda . "mentang - mentang...
1.5M 72.8K 52
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...