Demi Biasku yang Tersakiti |...

By KHS407

574K 35K 4.4K

!!! MTL FAN TRANSLATION !!! Pernah kah kalian berharap bisa bertemu langsung dengan karakter dalam novel favo... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65 - Tamat
Side Story - 1
Side Story - 2
Side Story - 3
Side Story - 4
Side Story - 5
Side Story - 6
Side Story - 7
Special Story - 1
Special Story - 2
Special Story - 3
Special Story - 4
Special Story 5 - TAMAT

18

2K 222 6
By KHS407

Aku meminta bertemu dengan Countess Erinis untuk mendiskusikan pesta minum teh Diana. Tidak lama kemudian aku menerima undangan untuk berkunjung ke kediamannya.

"Saya masih tidak percaya kalau Anda benar-benar bertanya pada Putri Mahkota. Anda benar-benar membuat saya terharu karena kesungguhan Anda, Marchioness"

Countess Erinis menyambutku dengan elegan.

"Bukankah itu sudah sewajarnya untuk menepati janji yang saya buat? Tapi sesungguhnya saya merasa merasa kurang pantas bertemu dengan Anda, karena saya juga masih belum mendapat jawaban yang jelas"

"Oh Anda tidak perlu seperti itu, fufu"

Karena percakapan yang diiringi dengan senyuman, suasana nya terasa lebih ringan. Kemudian aku langsung memasuki mode bisnis.

"Saya yakin tanggal pesta minum teh akan ditetapkan sebentar lagi. Beliau memang tidak memberikan jawaban yang jelas ketika bertemu empat mata, tapi saya sedikit memberikan tekanan pada beliau. Jadi saya rasa sebentar lagi saya akan mendapat jawaban"

Countess Erinis mendengarkanku dengan penuh perhatian. Merasa terdorong karena sikap Countess, aku melanjutkan apa yang ingin kusampaikan.

"Mungkin saja para wanita yang sebelumnya tidak diikutsertakan dalam perjamuan lalu akan diundang untuk pesta mendatang. Jika Yang Mulia masih merasa enggan bahkan setelah saya menjelaskan niat saya, dia pasti akan tetap mengadakan perjamuan sekaligus"

"Lalu skala perjamuannya akan menjadi lebih besar. Apakah Putri Mahkota dapat mengatasainya sendirian?"

"Beliau pasti mendapat bantuan, seperti dari Madam Harmonia"

"Hmmm..."

Countess Erinis mengerutkan dahi nya. Sepertinya ia tidak senang untuk mengintervensi kegiatan yang diadakan untuk para wanita di kekaisaran. Aku tidak bisa berkomentar seenaknya tanpa alasan. Sebisa mungkin aku harus menunjukkan fakta objektif lebih dulu.

"Kemampuan Madam Harmonia memang sudah diakui, ia juga merupakan orang kepercayaan Putri mahkota. Ia mengajarkan etika dan tata krama ketika beliau masih berada di kuil, jadi tidak mungkin beliau tidak mempercayainya."

"Walaupun begitu, para pelayannya jadi memiliki beban tambahan"

"Bukankah lebih bagus jika Countess bisa mengambil kesempatan ini untuk mendekati Putri Mahkota? Seperti seseorang yang lebih dewasa yang bisa beliau andalkan"

Mungkin saja jawabanku terdengar naif, Countess Erinis terdiam menatapku.

"Anda berpikir seperti itu, Marchioness?"

"Tentu saja, apakah ada alasan bagiku untuk tidak berpikir begitu?" Aku berpura-pura polos.

Kemudian Countess menatapku seolah paham akan sesuatu.

"Sekarang hanya ada kita berdua, jadi apa yang Anda pikirkan? Jangan berpura-pura tidak tahu, Marchioness"

Aku menyeringai ketika mendengar komentar Countess Erinis. Sepertinya ia mengerti kalau aku berpura-pura naif.

".....Countess memang sulit dikalahkan"

Aku lebih memilih untuk menjadikannya sekutu jika Countess dapat memahami perasaanku. Kemudian aku sedikit mengangkat dagu ku.

"Cara Putri Mahkota memilih untuk berteman sesungguhnya lebih sederhana dari yang Anda pikirkan, Countess. Standarnya dalam memilih selalu berdasarkan moralitas. Seperti karakter mulia yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang"

"Hmm....."

Seolah menyetujui pendapatku, Countess mengangguk pelan. Aku pun melanjutkan

"Jika beliau merasa ada yang melenceng dari perasaannya, beliau hanya akan nampak baik dari luar tapi ia tidak menganggap kita dari dalam hatinya. Ini hanya pendapat saya, tapi sepertinya akan sulit bagi para wanita lainnya, termasuk saya dan Countess untuk mendapatkan kepercayaan Putri Mahkota"

"Mengapa Anda berpikir seperti itu?" Countess bertanya dengan tatapannya yang serius.

Aku menatap nya sebentar dan tersenyum

"Ini karena banjir yang terjadi tahun lalu."

Ekspresi Countess Erinis berubah menjadi kelam.

Banjir yang terjadi tahun lalu merupakan puncak konflik didalam novel. Sang Suci Diana sangat terkejut karena kekejaman penguasa daerah lokal ketika ia meminta bantuan pada para bangsawan yang sering mengunjungi kuil.

Bagaimanapun, tidak peduli sesulit apa keadaan yang terjadi, antara bangsawan satu dan lainnya tidak dapat mencampuri urusan wilayah kekuasaan masing-masing, kecuali penguasa daerah tersebut yang meminta bantuan. Para pemilik lahan yang terkena dampak banjir ragu untuk membuka keadaan internalnya pada publik karena ego yang tinggi.

Selangkah lebih maju, Helios pergi menyamar dengan Diana. Tujuannya untuk bertemu dan membantu rakyat yang terdampak banjir. Kejadian itu menjadi kesempatan bagi mereka berdua untuk menjalin hubungan lebih jauh.

Ketika mereka berdua menikmati kencan rahasianya, Caelus lah yang menyelesaikan pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh Putra Mahkota. Caelus sungguh banyak berkontribusi bagi hubungan pemeran utama.

Ah, memikirkannya saja membuatku sedih. Namun aku mengatur ekspresiku dengan baik didepan Countess Erinis.

"Saya yakin beliau merasa kecewa pada bangsawan saat itu"

"Tapi kita juga punya alasan untuk bertindak begitu. Mengurus penduduknya merupakan tanggung jawab pemilik lahan. Hal itu bukan masalah yang bisa dicampuri begitu saja, jika kita melakukannya, yang timbul hanya konflik tak berarti"

Countess terlihat kesal, tapi aku paham perasaannya.

"Anda benar. Tapi saat itu beliau masih menjadi rakyat biasa. Ia tidak bisa memikirkan perbedaan kedudukan diantara bangsawan. Hal yang beliau pikirkan hanya keadaan para rakyat seperti dirinya sendiri"

Aku sengaja menekankan bagian "hanya". Tapi tentu saja, pernyataan hiperbola diperlukan untuk mencapai suatu tujuan. Dan saat ini ketika aku sudah bersekutu dengan Countess, sepertinya ide yang bagus untuk membuat Countess lebih menonjol ketika pesta minum teh nanti.

Aku sedikit berbisik

"Walaupun beliau sudah membangun tembok tinggi bagi para bangsawan, bukanlah suatu hal yang tidak mungkin bagi Countess untuk membuat sedikit celah pada tembok itu"

"Bagaimana caranya?"

Bagus, Countess Erinis tertarik pada tawaranku.

"Apakah Anda tahu kalau saya punya banyak sekali cerita yang akan membuat Putri Mahkota merasa tidak nyaman? Contohnya perasaan suami saya terhadap beliau..."

Kemudian aku sedikit menyeringai sebelum melanjutkan

"Saya bisa membuat Putri Mahkota dalam sedikit masalah ketika pesta minum teh nanti. Kemudian Countess bisa menghentikan saya dan menyelamatkan Putri Mahkota. Saya yakin Countess tidak keberatan"

"Bukankah itu akan membuat posisi Marchioness menjadi lebih berat?"

"Saya tidak akan menawarkan hal ini jika saya tidak bisa mengatasinya. Countess tidak perlu mengkhawatirkan saya, oke? Apakah Anda berminat?"

Jika ia bisa melakukannya dengan baik, ia bisa mendapatkan posisi yang bisa mempengaruhi Putri Mahkota. Aku bisa merasakan isi kepala Countess Erinis berpikir keras. Sepertinya ia sudah memutuskan, karena mata nya memancarkan kepercayaan.

"Lalu apa yang Anda inginkan, Marchioness?"

Ya benar, inilah maksud dari perkumpulan bangsawan. Hubungan antara manusia hanya berdasarkan pada sesuatu yang bisa diberikan dan didapatkan. Aku senang Countess bisa langsung memahaminya.

"Tolong jadi penjamin saya ketika pesta minum teh nanti, seperti chaperone" (t/n: chaperone ini kaya pendamping wanita yang baru debut di kalangan sosial)

"Itu bukan hal sulit, baiklah Marchioness"

Kami saling tersenyum satu sama lain. Persekutuan kami resmi terjalin hari ini.

**

Pasti sekarang Diana akan sibuk untuk menyiapkan pesta minum teh yang akan datang, tapi aku sendiri merasa lebih santai dan akan menikmatinya.

Banyak kertas dan dokumen yang menumpuk di meja ku saat ini. Guna membantu kepala pelayan yang kesulitan, aku mulai mengurus masalah internal yang cukup mudah. Tugas ku hanya mengulas dokumen dan membubuhkan stampel Marquis.

"Dengan segala hormat, saya tidak keberatan jika Madam mengambil alih tanggung jawab masalah internal Marquis"

Uros berbicara dengan nada memohon, tapi aku tetap teguh pada pendirianku.

"Saya hanya istri diatas kertas, saya tidak ingin melewati batas"

"Tapi jika Marquis tidak mengerjakan tugasnya dengan baik, akan terjadi kekacauan diantara para pekerja, Madam"

Kali ini suara Uros terdengar bersungguh-sungguh. Aku memandangi antara Uros dan stempel yang kupegang.

Bagaimana para pekerja dibawah Marquis menganggapku? Bagaimana bisa mereka mempercayaiku dan memintaku untuk mengurus masalah internal Marquis?

Memang benar aku merupakan istri Marquis yang juga memiliki kekuasaan untuk ikut campur dalam urusan keluarga secara legal. Tapi kenyataannya, apakah aku benar-benar pendamping Caelus? Benarkah aku juga berkuasa atas urusan Marquis? Jika berbicara fakta, aku hanya orang yang tiba-tiba hadir didalam kediaman Marquis. Aku juga tidak berani memerintah para pekerja di kediaman Marquis sesuka hatiku.

Namun tatapan Uros yang menatapku dengan putus asa yang membuatku mendengarkan permintaannya terlebih dahulu.

"Bagaimana situasi saat ini?"

"Kita butuh anggaran untuk pemulihan pasca banjir tahun lalu. Ini permintaan pejabat setempat yang sudah diajukan beberapa waktu lalu"

"Apakah kamu bisa bertanya pada Marquis untuk keadaan mendesak seperti ini? Beliau sudah lebih baik sekarang..."

"Madam Hestia.."

Aku memang berkata seperti ini, tapi aku sendiri paham kenyataannya. Caelus memang perlahan sudah mulai keluar masuk ruang kerjanya dan mulai berkeliling kediaman lagi, tapi ia masih kurang stabil. Seringkali ia masih berdiri mematung tanpa sebab dan juga emosinya masih naik turun. Sepertinya masih butuh waktu lebih agar ia bisa kembali seperti sedia kala.

"Fyuh... Baiklah aku paham. Tolong pilah pekerjaan yang mendesak lebih dulu dan berikan padaku. Aku akan lihat apa yang bisa aku kerjakan"

"Itu pun sudah cukup membantu, Madam Hestia"

Ekspresi Uros berubah menjadi lebih cerah sekarang. Ketika Uros sudah meninggalkan kamarku, aku mulai memberikan cap pada dokumen dihadapanku dan sambil bergumam.

"Ini bencana yang kamu bawa sendiri, Hestia... Kamu bisa saja diam, kenapa harus membantu.. ugh"

Tak berapa lama, Uros kembali dan membawa dokumen yang tebalnya seperti thesis ku ketika kuliah. Dokumen itu ia letakkan dipojok meja kerja ku.

"......Aku memintamu untuk membawakan pekerjaan yang mendesak, Uros..."

"Saya melakukan apa yang Anda perintahkan, Madam"

Uros pun tersenyum berseri-seri. Ah aku membenci senyum itu.

Pada akhirnya pekerjaan yang memberikan cap yang mudah ini aku serahkan kembali kepada Uros, dan aku memutuskan untuk membaca dokumen yang membutuhkan keputusan Marquis.

Walaupun selama dua tahun didalam dunia ini aku hanya bermain, aku tidak melupakan kemampuan yang kumiliki dari kehidupanku yang dulu. Aku mulai menjabarkan angka dan mulai mengerjakannya pada kertas kosong. (t/n: seperti ngerjain dokumen pakai excel).

Uros melihat pekerjaanku dengan tatapan penasaran.

"Oh Anda mengerjakannya dengan cara yang unik.."

"Benarkah?"

Yah, tidak mungkin kan aku menggunakan excel didalam novel roman fantasi. Uros yang masih berdiri dibelakangku memperhatikan cara kerja ku bertanya perlahan.

"Jika Anda tidak keberatan, bisakah Anda mengajarkannya pada saya?"

"Tentu saja! Kamu bisa datang ketika pekerjaanmu sudah selesai. Ini bukan hal yang sulit"

"Terima kasih Madam!"

Jika aku meneliti dokumen internal Marquis, aku bisa mempelajari keadaan lahan kekuasaan Caelus dan juga Illion. Banjir tahun lalu tidak berdampak besar pada rumah pribadi jika dibandingkan dengan wilayah lain. Tapi tanggul mulai rusak dan butuh perbaikan yang membutuhkan banyak biaya.

Estimasi pengeluaran yang diberikan oleh walikota Illion merupakan jumlah yang besar.

"Apakah walikota bisa diandalkan?"

"Ia orang yang jujur. Saya tidak tahu apakah yang dia lakukan termasuk efisien, tapi ia tidak pernah memberikan laporan palsu. Ketika saya mengutus seseorang untuk mengeceknya secara terpisah, hanya ada sedikit perbedaan antara dokumen yang dilaporkan dan keadaan aslinya"

"Jadi aku bisa menganggap biaya yang diperkirakan ini tidak dilebih-lebihkan"

Intinya kita harus mengambil dana untuk perbaikan tanggul dari anggaran yang dialokasikan untuk hal lain. Sepertinya aku tidak bisa langsung memutuskan, tapi aku harus mengecek dokumen lainnya.

Selain itu, hal yang paling utama adalah mendapatkan izin dari Caelus.

"Uros, aku akan segera kembali. Jangan khawatir"

"Oh jika Madam memerlukan sesuatu.."

"Tidak, aku hanya perlu menghirup udara segar sebentar"

"Baik, Madam Hestia"

Secara hukum, aku punya kekuasaan untuk ikut campur masalah lahan. Tapi aku masih berpikir bahwa Caelus tidak akan senang dengan tindakan sepihak ku. Maka dari itu, aku tidak terlalu peduli terhadap apapun yang para pekerja pikirkan mengenaiku, aku hanya butuh pendapat Caelus. Dengan begitu aku bisa lebih puas dengan hasil kerja ku dan mengabaikan mereka yang mencoba meremehkanku.

Jika Uros tahu isi pikiranku, ia pasti akan mengguncangku seraya berkata "Anda itu benar-benar Tuan kami sekarang"

Aku tidak punya pilihan selain mengunjungi Caelus tanpa diketahui.

Caelus sedang duduk di teras balkon kamarnya. Pelayan yang melihat kedatanganku kemudian mundur perlahan.

"Marquis, ini Hestia"

Caelus perlahan berbalik ketika mendengar suaraku.

"Ada apa?"

Suaranya masih terdengar pelan, tapi aku tahu tidak ada niat buruk dibaliknya. Omong-omong, setiap kali aku melihat "kecantikan" Caelus, hatiku berdebar. Caelus, apakah kamu turun dari surga atau kamu diusir? Atau kamu terjatuh dari sana?

Aku cepat-cepat menyadarkan diriku sebelum pikiranku menjurus pada hal yang tidak pantas. Aku tidak boleh mengganggu waktu istirahatnya, jadi aku harus bergegas.

"Jika Marquis mengijinkan, saya ingin mengurus masalah yang terjadi pada Illion. Ada beberapa hal mendesak yang harus segera diatasi"

Kemudian Caelus tertawa kecil.

"Yah kurasa aku sudah terlalu lama bermalas-malasan"

"Oh saya tidak bermaksud seperti itu! Saya ingin Marquis istirahat lebih lama. Namun, ada beberapa laporan dari walikota mengenai perbaikan tanggul yang tidak bisa ditunda lagi..."

"Benarkah?"

"Saya tidak meminta izin Anda agar saya bisa mengurus segalanya sendirian, saya akan bekerja dengan bantuan Uros untuk masalah yang mendesak. Dan tentu saja saya akan melaporkan hasilnya pada Marquis"

Caelus kemudian bersandar dengan lesu, desahan nafasnya terdengar pelan.

"...sungguh beruntung seseorang bisa menggantikanku, bukan?"

"Tapi tetap tidak ada yang bisa melakukannya sebaik Marquis. Tidak mungkin ada yang bisa menggantikan kekosongan ketika Marquis tidak bekerja"

"Itu yang dulu selalu kupikirkan. Aku tidak bisa mempercayai orang lain, jadi kupikir segala hal akan beres jika aku yang turun langsung"

"........."

Caelus menatapku yang terdiam tidak menjawab.

"Tapi sekarang aku tidak tahu kenapa aku dulu bersusah payah seperti itu"

Hatiku sakit. Aku merasakan rasa sakit seseorang yang mencoba menghilangkan nyawanya walau hanya untuk sesaat. Aku kesulitan mengucapkan apa yang kupikirkan saat ini.

"Saya hanya berharap saya bisa meringankan beban Marquis walau hanya sedikit"

Jika aku bisa memberikan segala nya bagi Caelus agar bisa bertahan, dengan senang hati akan kuberikan. Aku tidak butuh prinsip memberi dan menerima. Aku tidak perlu menerima apapun dari Caelus. Selain itu tidak ada yang kuinginkan dari dunia ini.

Selain itu, dunia ini bukanlah duniaku yang asli. Aku hanya tertidur dan masuk kedalam novel ini, pasti suatu hari nanti aku juga bisa terbangun kembali di dunia asliku.

Tatapan Caelus sedikit menunduk. Apa yang sedang ia pikirkan? Setelah hening sejenak, Caelus berbicara lagi.

"Kamu bisa mengerjakan tugasku. Cukup laporkan saja setelah selesai, jadi kamu tidak perlu bolak-balik untuk meminta pendapatku"

"Terima kasih"

Aku baru saja ingin pamit, namun Caelus masih berbicara.

"Lalu...."

"???"

Caelus mengalihkan pandangannya kearah teras balkon.

"...Untuk selanjutnya kamu bisa memanggil namaku. Bukankah menyusahkan jika harus selalu memanggilku Marquis?"

"!!!"

Untuk sekejap aku merasa tercengang dengan apa yang kudengar barusan. Aku merasa berdebar dan berusaha menjawab Caelus.

"Ya...."

Wajahku pasti bersemu. Aku meninggalkan ruangan seolah aku kabur. Pelayan yang menunggu diluar melihatku dengan penasaran, tapi aku hanya berlari tanpa menyapa.

"huuuuh"

Aku berlari melesat diantara lorong dan baru bisa bernapas ketika sudah sampai didalam kamar.

"Madam Hestia?"

Uros yang sedang mengurus dokumen didalam, melihatku untuk memastikan apakah aku baik-baik saja.

"Ahh.... aku tadi berjalan terlalu cepat"

"Anda bisa berjalan perlahan, Madam"

Aku menyesap teh hangat yang sudah terjadi, sambil mengangguk menanggapi Uros yang terlihat kebingungan.

Tapi jantungku masih berdebar tak karuan. Nama!!! Memanggilnya dengan nama!!

"Ah bisa gila..."

"Ya??"

Respon Uros membuatku tersentak.

"Ah!! Bukan apa-apa! Aku hanya berbicara sendiri"

"Ya..."

Pekerjaan sudah menumpuk didepan mataku, tapi aku tidak merasakan kesulitan. Aku merasa aku mulai mendekat dengan biasku.

Continue Reading

You'll Also Like

82.6K 7.1K 153
๐Ÿ”ž Status : Tamat Author : Auroraaa Genre : Romance Contemporary
1.1M 53.5K 65
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
1.5M 28.1K 12
"Aku tak percaya jika akhirnya aku bersuamikan seorang pria yang mirip dengan sebuah BONEKA. Bukan MIRIP melainkan MEMANG boneka. Ya...Kay Natsuki se...
822 232 20
Tidak ada seorang pun yang sadar bahwa sejarahnya telah dirubah. Takdir bergantung pada dia yang lahir di tanggal ke tujuh bulan ke tujuh, menurut ra...