Demi Biasku yang Tersakiti |...

By KHS407

577K 35.1K 4.4K

!!! MTL FAN TRANSLATION !!! Pernah kah kalian berharap bisa bertemu langsung dengan karakter dalam novel favo... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65 - Tamat
Side Story - 1
Side Story - 2
Side Story - 3
Side Story - 4
Side Story - 5
Side Story - 6
Side Story - 7
Special Story - 1
Special Story - 2
Special Story - 3
Special Story - 4
Special Story 5 - TAMAT

12

1.8K 232 3
By KHS407

Beberapa hari kemudian Clarice memberikanku info

"Pencuri yang ramai dibicarakan selama ini sudah tertangkap Madam"

"Benarkah?"

Aku yakin saat ini Diana dan Helios sudah mendengar beritanya. Apakah kalian masih meragukanku?

Aku berjalan ke arah jendela sambil memegang cangkir teh. Pemandangan taman dari kamarku sungguh indah, ini menjadi kebiasaanku sekarang.

"Eh??"

"Ada sesuatu Madam?"

Clarice merespon ku. Aku merasa terkejut dan menunjuk keluar jendela.

"Caelus keluar dari kamarnya!"

"Oh ya ampun..!!"

Aku dan Clarice melihat Caelus yang berjalan sendirian di taman. Namun tiba-tiba Caelus jatuh bersimpuh sambil memegangi dada nya.

Cangkir ku tidak sengaja lepas dari pegangan ku karena terkejut. Aku segera berlari keluar kamarku.

Melihat aku yang berlari tiba-tiba, Uros juga langsung mengikutiku.

"Caelus!!"

"Marquis!!"

Caelus berjongkok di dekat bebatuan dan napasnya berat, wajahnya menunjukkan kesakitan. Uros segera membantunya.

"Anda tidak apa-apa Tuan?"

Wajah Caelus tampak pucat. Aku berteriak panik pada Clarice.

"Clarice cepat panggil dokter!!!"

"Baik Madam!"

Clarice berlari ke arah mansion. Uros buru-buru melepas jas nya dan menyelimuti Caelus. Aku terlambat menyadari bahwa Caelus masih memakai pakaian tidurnya yang tipis.

"Uros, apakah semalam Marquis baik baik saja?"

"Tidak ada yang salah ketika Marquis bangun tadi pagi..."

Uros terdengar yakin namun entah mengapa ekspresinya berkebalikan. Sementara itu nafas Caelus mulai terdengar stabil.

Aku juga mendengar gumaman pelannya. Aku mencoba mengabaikan nya dan kemudian menginstruksikan Uros.

"Ayo segera kita bawa Marquis kembali ke kamar nya"

"Baik Madam. Tuan, apakah Anda bisa berdiri?"

Bukannya menjawab, Caelus mulai berdiri perlahan.

"...Sudah cukup"

Tapi kita tidak bisa mempercayai perkataan pasien itu sendiri. Meskipun sikapnya dingin, aku dan Uros mengikuti Caelus dari belakang, seolah anak itik mengikuti induknya. Karena Clarice yang buru-buru mencari dokter, kediaman Marquis cukup kacau hari itu.

Aku dan yang lainnya mengikuti ke kamar Caelus.  Dokter memeriksa Caelus meskipun mendapat tatapan dari para pelayan Caelus.

Caelus terdengar bergumam merajuk, ia juga bersandar lesu pada sofa.

"Aku hanya merasa sedikit frustasi. Tidak ada yang perlu diributkan"

Dokter sedikit menggelengkan kepala nya setelah mengukur denyut jantung Caelus.

"Tidak ada yang aneh. Saya rasa ini hanya karena keadaan psikologis Marquis yang masih belum stabil"

Caelus yang bersandar lesu kini mengadahkan kepalanya.

"Aku bukan lagi anak kecil, apa-apaan kalian semua?"

Tapi aku tetap lega mendengar bahwa tidak ada kelainan pada kondisi fisik Caelus. Namun aku juga sedih mengingat kondisi psikologis Caelus yang masih menderita, bahkan untuk berjalan di taman saja ia masih belum cukup kuat.

Sudah kuduga, ini akibat dari pertemuannya dengan Helios kemarin . Aku tidak bisa menahannya lagi.

"Marquis, ada yang ingin saya bicarakan dengan Anda"

"......"

Caelus mengerutkan dahinya ketika mendengarku. Namun para pelayan yang cepat tanggap langsung meninggalkan ruangan.

"Ada apa?"

Aku bahkan masih tidak percaya Caelus mau mendengarkan permintaanku. Hampir saja aku menitikkan air mata saking terharunya, tapi kutahan.

"Dengan segala hormat, apakah kejadian hari ini ada hubungannya dengan pembicaraan Anda dan Putra Mahkota kemarin?"

"........."

Mata Caelus berkaca-kaca dan menatapku. Wajahnya terlihat memerah dan ia menundukkan kepala nya.

"Apakah kamu tahu yang ia katakan kemarin?"

"Tidak. Saya tidak bisa melihat segala sesuatunya dengan mendetail. Saya hanya bertanya-tanya, apakah Anda terkejut dengan perkataannya yang tidak mengetahui keadaan Anda"

"Terkejut...."

Caelus menyeringai.

"Aku yakin Heli lebih terkejut karena aku memberitahunya dengan jujur alasanku seperti ini"

"Oh....."

Caelus melambaikan tangannya, seolah tak peduli.

"Aku hanya sedikit kesulitan bernapas sesaat lalu. Apakah kamu pernah merasakannya? Seolah nafas tercekat karena pikiran yang menguasai isi kepalamu?"

Aku mengangguk pelan.

"Tentu saja saya pernah merasakannya, tapi tidak sampai seperti yang Marquis rasakan"

"Begitu kah..."

Caelus menyandarkan kepala nya.

"Sesungguhnya, ia tidak banyak berbicara hari itu. Hanya aku yang heboh sendiri. Tapi entah mengapa aku merasa sedikit lega setelahnya"

Faktanya, ini pertama kali nya Caelus keluar dari kamar setelah percobaan bunuh dirinya. Kemajuan yang sungguh baik, walaupun ia langsung terjatuh setelahnya.

Caelus masih lanjut berbicara dengan tenang.

"Tapi ada yang aneh, aku merasa terhibur saat kamu menarik donasi dari kuil. Sejujurnya, aku masih tidak tahu apa yang ingin kamu lakukan, tapi setidaknya aku merasa bersyukur karenanya"

"...Bukan apa-apa"

Aku bahkan tidak bisa mengangkat wajahku karena rasanya ingin menangis. Sampai aku keluar dari kamar Caelus, aku masih menundukkan wajahku.

----------------------------------------

*Caelus' POV*

Tatapan kosong Caelus terarah ke langit. Seolah ia tidak peduli dengan pemandangan yang diterpa cerahnya mentari.

Apapun yang membuatnya 'berpikir' langsung menyebabkan dada ku sakit. Jadi aku berharap aku tidak memikirkan apapun. Hanya pikiran kosong sambil bernafas. Ya seperti itu.

Kemudian terdengar suara ketukan pintu.

"Tuan, ini Uros"

Aku memaksa pikiranku yang kacau untuk sadar.

".......Masuk"

"Ada tamu yang mencari Anda"

Semuanya sangat menyebalkan. Aku pun menjawab tanpa menoleh.

"Suruh kembali"

Namun Uros masih bersikeras dan berkata sekali lagi.

"Ini Hyperion"

".....!"

Ini Helios yang akan kutemui lagi setelah ia menikah. Apa yang harus kulakukan saat aku masih belum siap bertemu dengannya? Jika bisa, aku ingin menghindarinya selamanya. Tapi kenyataannya tidak bisa.

"....Biarkan dia masuk"

Perasaan lama yang bahkan tidak bisa kuhilangkan, seperti orang bodoh saja.

Tak lama kemudian, masuk seorang pria yang menggunakan jubah hitam.

"Cael"

Sesungguhnya, Helios nampak terkejut. Helios pasti berpikir Caelus adalah teman yang akan menyelamati pernikahannya sambil memeluknya.

Namun hanya dalam beberapa hari, wajahnya hanya terlihat kosong. Setelahnya barulah Helios sadar seberapa besar luka yang teman lama nya sembunyikan.

"Apakah kamu menikmati pernikahanmu?"

"....Aku kesini untuk bertanya sesuatu"

Helios duduk terpuruk dihadapan Caelus.

"Apakah... kamu benar-benar menikah?"

Caelus yang Helios kenal merupakan orang yang penuh perhitungan. Ia bukanlah orang yang melakukan pernikahan secara impulsif.

Tiba-tiba terdengar tawa diiringi dengan seringai.

"Kenapa? Apakah kamu pikir hanya kamu yang akan menikah?"

"Apakah kamu melakukannya begitu saja? Dia bahkan terlihat mencurigakan!"

Caelus tertawa mendengar kekhawatiran teman lama nya itu, yang dulu ia anggap sangat baik.

"Apa guna nya hidup dalam kehati-hatian?"

"Apa??"

Helios masih tidak percaya, apakah dihadapannya ini Caelus sungguhan?

"Cael, apa-apaan ini??"

"Beberapa hari lalu aku ingin mengakhiri hidupku"

"!"

Helios mematung mendengarnya. Disisi lain, Caelus masih tampak tenang.

"Wanita itu yang menggagalkannya. Ia menggunakan penglihatannya untuk menerobos masuk dan menghentikanku"

"....!"

"Aku hanya melakukan yang dia inginkan. Dia ingin menikah, maka jadi lah seperti ini"

Helios melihat kepasrahan yang terpancar dari sorot mata Caelus. Kemudian terlintas pertanyaan di kepala Helios.

"Kenapa..... kau tidak memberitahuku...?"

"??"

Caelus menatapnya heran. Apa yang harus kuberitahu? Pupil mata Helios terlihat bergetar.

"Jika kamu menderita seperti ini, seharusnya kamu memberitahuku sejak dulu!"

Caelus hanya bisa terkekeh mendengarnya.

"Ya, semuanya memang salahku"

"!!"

Rambut panjang Caelus berkibar karena ia mendadak bangkit dari duduknya.

"Ya semuanya memang salahku karena sudah mencintai hingga rasanya hancur dan bahkan ingin merenggut nyawa ku sendiri. Ini semua hanya akibat dari tindakanku sendiri"

"Apa maksudmu kalau ini salahmu???"

Helios bingung. Ada sesuatu yang salah. Ia yakin sebelumnya bahkan Caelus memberinya selamat diiringi dengan senyuman hangat.

Namun Caelus masih terus bergumam seolah ia dirasuki sesuatu.

"Ini semua salahku. Aku bodoh!! Apa yang sudah kulakukan selama ini????"

Aku tidak bisa bernafas karena rasa sakit yang tiba-tiba muncul. Dadaku terasa sakit.

"Cael!!!"

Helios panik melihatku seperti itu, ia buru-buru memanggil Uros.

"Tuan!!"

Uros yang muncul pun panik melihat kondisi Caelus.

"Uros dimana dokter?"  Helios bertanya.

Suara berisik ini membuat kepalaku sakit. Namun untunglah nafasku mulai kembali stabil.

"Berisik!!! Keluar Uros!"

"Tapi...."

"Kenapa? Apakah kata-kata Heli lebih berpengaruh didalam rumah ini?"

"Saya minta maaf" Uros hanya bisa menundukkan kepala nya dan mundur perlahan.

"Keluar"

Helios yang sudah tidak tahan melihat kondisi Caelus pun berkata

"Cael.. aku minta maaf.. aku benar-benar tidak tahu apapun"

"Ya" Caelus hanya bisa mendengus.

"Aku benar-benar minta maaf atas apa yang kukatakan sebelumnya"

"Katakan saja apa yang kamu inginkan? Oh, apa kamu kesini hanya untuk memastikan pernikahanku?"

Caelus perlahan berjalan ke arah meja nya. Terdengar suara Helios yang melemah.

"Tidak...masalahnya... Sudah cukup. Aku sudah tahu kalau kamu benar-benar menikahi wanita itu"

"................"

"Dan kenyataan bahwa wanita itu bisa melihat masa depan. Pencuri yang meresahkan, benar-benar sudah tertangkap semalam. Seperti yang dia katakan"

"Ya, lalu?"

"..............."

Untuk sesaat Helios kehilangan kata-kata. Wajah Caelus yang menunjukkan tidak ada keanehan dari apa yang ia jelaskan tadi benar-benar kebalikan dari Caelus biasanya.

"Tidak.. bukan apa-apa. Seharusnya aku memang tidak meragukan mu"

Helios akhirnya menyadari kalau wanita yang mengaku sebagai pasangan Caelus merupakan orang yang sudah menyelamatkannya.

Helios harus memperbaiki pandangannya terhadap Hestia. Ia bukanlah wanita picik seperti penyihir yang mendekati Caelus hanya untuk memanfaatkannya.

"Sesungguhnya aku tahu kalian akan baik-baik saja"

Aku mencoba tersenyum pada Helios.

"Ini hanya masalah harga diriku. Aku harap kalian bahagia, dan aku bisa merasa lebih baik. Aku bisa menghadapi kenyataan hanya ketika aku sudah berada diujung tanduk. Aku bahkan tidak tahu bagaimana bisa aku melewatinya. Jadi aku memutuskan lebih baik aku mati saja"

Helios masih terdiam mendengarkanku, jadi aku masih terus mengoceh.

"Sejujurnya, aku kecewa karena aku bisa selamat. Tidak mudah membuat keputusan seperti itu. Tapi berkatmu, aku menyadari sesuatu. Sebaiknya kita lebih jujur dengan diri sendiri mulai sekarang"

Aku hanya bisa tersenyum lemah.

"Jadi aku lebih baik memberitahumu sejak awal, aku tidak bisa lagi bertemu dengan mu dan Diana seperti dulu lagi"

Helios memejamkan matanya. Caelus yang berkata bahwa mereka tidak bisa berteman seperti sedia kala merupakan hal yang ia khawatirkan sejak ia berhubungan dengan Diana.

Tapi jika sesuatu terjadi pada Caelus saat itu...

"Baiklah Cael. Aku benar-benar bersyukur bahwa kamu masih hidup"

Helios masih tidak menyukai wanita bernama Hestia itu. Tapi jika bukan berkatnya, Helios dan Diana harus hidup dalam rasa bersalah selamanya. Untuk satu hal itu ia harus berterima kasih pada Hestia.

"Terima kasih sudah berpikir seperti itu" Aku hanya bisa tertawa.

Continue Reading

You'll Also Like

3.1K 353 126
[Novel Terjemahan] I've Become A True Villainess / The Case of the Legal Villain / The Tragedy of a Villainess / 합법적 악역의 사정 Authors: Flowing honey Ge...
54K 3.2K 16
Trigger Warning!! Mengandung unsur kekerasan (meskipun aku berusaha membuatnya tidak terlalu eksplisit) . . . Dipilih menjadi Putri Mahkota, pendampi...
10.4K 1.4K 12
Su Rui, gadis penari dari rumah Heavenly yang menjadi primadona oleh setiap tamu nya. Banyak pria yang berlomba-lomba untuk menyenangkan hati dengan...
88.4K 6.5K 24
Renjun dan Jeno telah berpisah selama 6 tahun hanya karena ketidakcocokan pada kepribadian mereka. Siapa sangka waktu berlalu, Renjun menemukan tetan...