Chapter 66

8.6K 819 62
                                    

Daniel tak menyangka di saat sisa waktu yang begitu sedikit untuk keberangkatannya menuju bandara karena ingin ikut serta dalam prosesi pengiriman jenazah Ayahnya ke Italia, justru Marcello malah menunjukkan sesuatu yang seharusnya tidak ia harapkan.

"Nafisah bekerjasama dengan seorang mata-mata bernama Axel. Axel adalah Hanif, sepupu Nafisah. Aku sudah berkata padamu, atau mungkin Sofia sudah memberi tahu padamu sejak dulu. Jangan mudah percaya sama orang lain apalagi sampai jatuh cinta. Sekarang, kau sudah tahu kalau istri sialan mu itu menjebakmu! Apakah kau masih percaya kalau dia juga mencintaimu dengan tulus?"

Itulah kata-kata terakhir yang Daniel dengar dari Marcello sebelum akhirnya pria itu pergi ntah kemana. Sementara itu, wanita berlipstik merah yang tadinya memunggungi Nafisah akhirnya berbalik. Menatap dua orang pasutri yang sedang bersitegang.

"Ck, mereka drama sekali. Bahkan... " Dia tertawa, terlihat senang di atas penderitaan orang lain.

"Wanita yang dikenal anak baik-baik saja bisa terlihat sejahat itu. Ah sayang sekali, Kenapa sejak awal kau tidak memilih diriku saja, Adelard? Aku pikir... " Wanita berlipstik itu tertawa dengan tatapan sinis.

"Aku pikir waktu di masa lalu kita bisa lebih dari sekedar teman tidur. Tapi ternyata, ups," Wanita itu memegang bibirnya. "Marcello jangan sampai tahu atau dia bisa saja cemburu."

Akhirnya dia kembali tertawa dan pergi meninggalkan tempat. Tugas yang di berikan Marcello untuk berpura-pura menjadi Ivana agar bisa menjebak Nafisah melalui ponsel selama kurang lebih 1 bulan akhirnya selesai.

Kaki jenjangnya terus melangkah hingga menaiki sebuah mobil hitam yang terparkir tepat di samping mobil milik asisten Daniel. Asisten Daniel memang memiliki tugas kalau sebentar lagi dia akan mengantarkan Tuan Mudanya ke bandara setelah urusan majikannya itu selesai dengan Nafisah.

"Mas Daniel, aku bisa jelasin semuanya-"

"Kamu mau jelasin kalau kamu hanya korban dari semua rencana sepupumu itu, begitu?!" potong Daniel cepat dengan marah.

Daniel menatap Nafisah, kedua matanya melihat air mata istrinya itu mengalir di pipinya. Sebelumnya, jika melihat hal itu, Daniel tergerak untuk mengusapnya. Tapi sekarang, ia tidak terpikir sama sekali karena kekecewaan yang ia rasakan begitu dalam pada Nafisah.

"Mas Daniel-"

"Kenapa kamu melakukannya? Apalagi bersama Ivana yang berpura-pura sebagai assisten pribadimu padahal sebenarnya kalian bekerjasama atas perintah Hanif kan?!"

"Aku-"

"Kamu berniat menjebakku? Suamimu sendiri?! "

"Tidak, Daniel! Bukan seperti itu!"

Tiba-tiba Nafisah langsung memeluknya dengan erat. Daniel sadar, ada rasa bersalah yang berasal dari dalam diri Nafisah. Di saat yang sama ia juga merasa cemburu karena secara tidak langsung diam-diam selama ini Nafisah berkomunikasi dengan Hanif tanpa sepengetahuannya. Seperti yang Daniel tahu, biar bagaimanapun Hanif masih menyukai istrinya.

Dalam sekali hentak, Daniel berhasil melepaskan pelukan Nafisah dari tubuhnya. Daniel memundurkan langkahnya, memberi jarak di antara mereka.

"Mas Daniel, maafkan aku." Nafisah bersikeras bahkan memegang pergelangan tangan suaminya. "Aku tidak bermaksud menjebak Mas Daniel-"

Mahram Untuk NafisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang