Chapter 45

917 150 28
                                    

Note : Bagi yang lupa ( Axel = Hanif, Zio = Farras  )

Beberapa hari kemudian, setelah Ivana memberi rekaman suara perbincangan Alano dan Nafisah.

Axel berjalan mondar-mandir sambil mengusap dagunya. Kerutan di wajahnya menukik tajam. Sementara Zio terlihat mengetik sesuatu di atas laptopnya.

"Kamu percaya dengan hasil rekaman suara Alano itu?" tanya Farras tanpa harus melirik ke arah Hanif.

"Bahkan aku tidak yakin."

"Alasannya?"

"Kemarin aku bertemu adik Nafisah bernama Akmal. Satu jam setelah aku menerima kiriman rekaman suara Alano dari Ivana." Hanif duduk di pinggiran meja, ia bersedekap.

"Apa yang kamu dapatkan?"

"Daniel tidak pernah kecelakaan. Itu kata Akmal. Aku menyimpulkan sepertinya waktu di masa lalu seseorang memberi tahu berita bohong pada Alano kalau putranya itu mengalami kecelakaan sehingga harus melakukan operasi plastik. Padahal sebenarnya, yang di lakukan Daniel adalah untuk melakukan penyamaran. Bagaimana menurutmu?"

Zio terlihat tidak yakin. "Tapi bisa aja kan dulunya Daniel sempat kecelakaan? Aku merasa jawaban dari Akmal belum tentu sepenuhnya benar sesuai kenyataan yang dia tahu."

Hanif menatap Farras sejenak. Omongan Farras memang ada benarnya. Belum tahu pasti apakah yang di ketahui Akmal ada benarnya atau tidak. Bisa saja Daniel memang pernah kecelakaan lalu setelah itu dia bertemu dan berkenalan dengan Ayah Nafisah atau sebaliknya.

"Kamu benar.." jawab Hanif akhirnya. Frustasi melanda dirinya. Seperti memecahkan teka-teki yang rumit.

"Dari 10 orang yang di curigai, 8 diantaranya sudah bebas dari tuntutan. Karena memang bukan mereka pelakunya. Jadi sekarang, hanya menyisakan Daniel dan satu orang lain." Zio berkata demikian, sadar kalau ia sama frustasinya dengan Axel. Tapi yang namanya tugas, maka dia harus menyelesaikannya sampai akhir.

"Katakan pada Ivana agar Nafisah terus memancing Daniel." imbuh Zio lagi. "Cuma Nafisah yang bisa membantu kita, ah salah maksudnya membantumu."

Axel paham maksud ucapan Zio barusan. Urusan Daniel memang urusannya. Bukan urusan Zio. Sedangkan di satu sisi, Zio menyelidiki Sofia.

Tapi karena situasinya yang memang kebetulan kalau Zio juga menyelidiki pelaku pembunuhan anak pejabat yang kabur bersama Daniel, maka Zio dan Axel sedikit banyaknya telah bekerjasama dan bergabung menjadi satu tim.

"Lalu bagaimana dengan Sofia?" timpal Axel. Zio ingin menjawab. Tapi notifikasi email tiba-tiba masuk ke ponselnya.

"Ada kabar dari Ivana." Axel yang mendengarkannya langsung mengecek jam di pergelangan tangannya. "Sekarang jam 8 pagi, berarti di sana masih jam 2 pagi. Selisih perbedaan waktu hanya 6 jam. Hebat sekali orang spesialmu itu. Dia sudah bekerja keras dengan baik."

"Hanya mantan!" kesal Zio pada Axel. Di saat sedang serius seperti ini sempat-sempatnya Axel mengejeknya.

"Ck, " Axel memang tak pernah bosan kalau sudah menggoda Zio. Pria itu memang pernah menjalin hubungan dengan Ivana. Namun semuanya berakhir, ntah karena apa.

Alih-alih merespon Axel lagi, Zio memilih langsung membuka email dari Ivana. Berupa kiriman suara.

"Aku tidak menyangka kalau Ciara alias Sofia adalah anak orang kaya."

Mahram Untuk NafisahWhere stories live. Discover now