Chapter 12

7.5K 702 33
                                    

Di sisi lain waktu dan tempat saat ini...

"Sebenarnya kasus ini sudah tidak di usut lagi. Tapi beberapa orang kembali melapor atas tindakan penipuan itu."

"Apakah kita harus mencarinya?"

"Tentu. Dia melakukan pelarian di salah satu negara asia."

"Dimana?"

"Indonesia. Dan aku sudah memiliki mata-mata disana. Bahkan dia sudah mengganti identitasnya. Pelarian yang dia lakukan itu bersama seorang wanita yang juga terkena kasus pembunuhan."

"Ya ampun, miris sekali."

"Tapi sulit bagi kita untuk bisa menangkapnya, Pak. Dia berada di negara orang lain. Bisa saja dia di lindungi atau mungkin mereka menyimpan semua bukti, uang, dan harta hasil penipuannya di negara itu sehingga kita tidak bisa berbuat apapun."

"Bahkan ketika dia berada di sana pun bukankah dia sudah melakukan tindak pidana juga? Yaitu pemalsuan identitas?"

"Untuk pemalsuan identitas, biar hukum negara di sana saja yang memprosesnya. Tugas kita adalah menindaklanjuti kasus penipuan itu."

*

Akhirnya Daniel keluar dari mobilnya. Ia melepas kaca mata hitamnya. Niatnya untuk mengacungkan pistol ke arah Hanif ia batalkan karena ia tidak ingin gegabah.

BUG!

Daniel tersungkur begitu saja. Hanif menyerangnya secara tiba-tiba hingga membuatnya terjatuh ke tanah. Suasana jalanan begitu sepi. Sehingga tidak ada satupun pengendara yang lewat.

"Apa yang kamu lakukan pada Adikku, HAH?!"

BUG!

Hanif meninju pipi Daniel. Bahkan ia tidak memberi kesempatan pada pria itu untuk melawan. Perut Daniel terasa sakit, apalagi Hanif menduduki perutnya dan meninju wajahnya.

"Aku-" BUG!

Kini Hanif meninju lehernya. Daniel sampai terbatuk darah.

"Gara-gara kamu, adikku sampai sakit. Apakah kamu tega melakukannya sampai-sampai di terlihat sejatuh itu?!"

Hanif merubah posisi, ia menarik kerah baju Daniel lalu menubruknya ke arah mobil. Daniel tersentak, punggungnya begitu nyeri.

"Sekali lagi kamu sakiti adikku, aku tak akan segan-segan melaporkan dirimu atas tindakan pelecehan-"

Dengan amarah Daniel menedang perut Hanif menggunakan lututnya. Hanif temundur ke belakang, Hanif tak tinggal diam, justru ia membalas Daniel namun secepat itu Daniel mengeluarkan pisau lipat dari dalam kantong celananya.

"Aku tidak akan mengeluarkan benda tajam ini kalau saja kamu tidak berlebihan!"

Hanif terdiam, ia memundurkan langkahnya. Sementara Daniel mengusap ujung hidungnya yang sudah berdarah. Bahkan sudut bibirnya terluka.

"Berlebihan katamu?! Justru kamu yang sudah berlebihan! Kamu mendekati adikku, kamu menyentuhnya walaupun hanya seujung kuku! Pria bejat tidak akan pernah mau sadar atas apa yang di lakukanya"

Mahram Untuk NafisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang