Chapter 28

7.9K 771 62
                                    

Sofia : "Daniel, apakah kau yakin untuk kembali bekerja di penerbit? Katanya kau ingin menjadi pengantar paket ekspedisi. Kenapa sekarang berubah pikiran? Dasar tidak jelas."

Sofia baru saja mengirimkan sebuah pesan singkat pada Daniel. Nomor pria itu tidak aktip sejak semalam. Apakah dia baik-baik saja? Kabar terakhir yang pria itu berikan katanya dia akan kembali pada posisi semula. Maka dari itu Sofia ingin memastikannya.

Sofia menggeleng pelan. Sedikit kesal kenapa di saat penting untuk urusan pekerjaan pria itu paling sering menganggap spele semenjak kenal yang namanya Nafisah. Bisa di pastikan kalau isi otak pria itu jika di periksa, maka isinya adalah Nafisah, Nafisah dan Nafisah.

Sofia mencoba menghubungi Nafisah. Tapi wanita itu juga melakukan hal yang sama. Akhirnya Sofia melempar ponselnya dengan asal.

"Mereka sama saja! Pantas jodoh. Kata orang jodoh itu cerminan diri. Bahkan aku yakin jika Daniel bercermin maka yang dia lihat bukan wajahnya yang menyebalkan itu. Tapi wajahnya Nafisah yang terus tersenyum sampai-sampai Daniel mungkin bisa saja lupa siapa dirinya karena telah buta oleh cinta.. "

"Ada apa dengan wajahmu? Ah, aku tahu, apakah kalian sedang bertengkar?" tanya Tasya yang tiba-tiba muncul sembari membawa nampan berisi air putih dan obat.

"Dia benar-benar menyebalkan!"

"Farras? Ya Allah, baiklah. Aku akan katakan padanya-"

"Bukan dia, astaga. Ini Daniel."

"Ah sayang sekali." Tasya terlihat kecewa, meskipun tidak serius. "Aku pikir kalian bertengkar."

"Bertengkar?" Sofia tertawa kecil. "Untuk apa? Kami hanya teman.."

Tasya memberikan sebutir obat ke arah Sofia. Sofia menerimanya, lalu segera minum dengan segelas air putih.

"Benarkah? Tapi kalau Ibuku ingin menjadikanmu seorang menantu di keluarga kami, gimana? Kamu tidak sadar kalau Kakakku tertarik padamu?"

Uhuk!!

Sofia langsung terbatuk. Dadanya sakit. Ia berusaha mengatur napasnya yang sedikit sesak. Tasya langsung tertawa. Buru-buru ia membantu mengusap pelan punggung Sofia.

"Pelan-pelan, Sofia. Aku tahu ini membuatmu terkejut. Tapi, melihat raut wajahmu sekarang, kamu begitu grogi."

"Jangan asal bicara. Sejujurnya aku tidak menyukai Kakakmu, Tasya. Percayalah kami hanya berteman walaupun dia sering membantuku." sangkal Sofia lagi. Meskipun sebenarnya kalau memang ia menyukai Farras, itu adalah hal yang wajar. Menyukai lawan jenis memang tidak ada larangan. Apalagi kalau pria itu sangat ramah dan suka menolong.

"Tapi yang aku lihat, Kakakku sepertinya mulai suka denganmu."
Tasya meletakkan obatnya ke atas meja samping tempat tidur. "Ingat ya, se per ti nya.. " ucap Tasya dengan nada penuh penekanan.

"Kami berbeda keyakinan. Mustahil kalau suatu saat kita bersama. Apalagi membangun sebuah keluarga."

"Iya, kamu memang benar. Apalagi hidayah yang datang pada seseorang itu adalah hak Allah.."

Tasya hanya terseyum tipis. Sementara Sofia hanya membalas senyuman tersebut. Jauh dari lubuk hatinya adalah ia lebih takut kalau ia mulai jatuh cinta pada siapapun. Tidak ada yang ia percaya di tempat ini selama penyamarannya terkecuali Adelard.."

Mahram Untuk NafisahWhere stories live. Discover now