Chapter 57

7.7K 765 23
                                    

Zulfa berusaha untuk tenang. Tapi tidak bisa. Wajahnya mulai pucat. Siapa yang bisa tenang kalau ada seseorang yang menodongkan pistol tepat di belakang kepalanya?

"Aku tanya sekali lagi gadis mungil." Marcello tersenyum miring, mengetahui fakta bahwa tinggi Zulfa hanya sebatas dadanya. Itupun karena wanita ini menggunakan higheels 8cm nya.

Dan ntah kenapa selama ia di negara ini, Marcello jadi menyukai wanita wanita asia berkulit kuning langsat. Seperti Zulfa, salah satu kriteria yang membuatnya tertarik.

"Kau mendengar semuanya atau tidak? Kalau kau berbohong, aku akan menikahimu.." Dingin, tegas, bahkan nada suara yang terdengar mengintimidasi.


Zulfa ingin kabur, teriak sekencang-kencangnya dan berkata disini ada orang jahat dan tidak waras. Percuma tampan, tapi tidak punya perasaan! Memangnya siapa dia? Bisa-bisanya menginginkan dirinya semudah itu tanpa harus di perjuangkan.

"Aku tidak berbohong." Zulfa memberanikan diri, melirik ke samping dengan mengangkat dagunya. "Apa yang kamu katakan aku benar-benar tidak perduli sekalipun aku mengetahuinya."

"Benarkah? Tapi ngomong-ngomong, kau cantik juga. Malah lebih cantik dari Nafisah.. "

Rasanya Zulfa ingin kabur sekarang juga karena pipinya mulai memanas. Blushing, pipi Zulfa merona merah. Tidak, ini tidak benar.

Marcello sudah berani menggoda dengan mulut buayanya. Sudah begitu, pria itu juga blak-blakan membandingkan istri Daniel dengan dirinya. Padahal cantik itu relatif.

Sekarang, Marcello membuatnya maju selangkah ke depan, Zulfa juga tidak ingin gegabah apalagi mati konyol di tangan pria ini. Maka akhirnya ia pun menurut tepat ke arah dinding.

"Berbalik." perintah Marcello dingin. Sekali lagi, Zulfa menurut. Tadi dia tersipu malu, sekarang apa yang ia rasakan berubah. Malahan saat ini Zulfa ingin menangis karena ketakutan itu belum juga hilang semenjak pintu ruangan ini tertutup.

Dengan tubuh gemetar Zulfa membalikkan badannya. Ia menunduk, menyenderkan punggungnya ke dinding yang dingin. Sedingin sikap Marcello sekarang. Zulfa tidak ingin lagi menatap wajah Marcello yang dingin dan tampan itu.

"Kenapa kau menunduk? Wajah aku ada disini." tunjuk Marcello ke arah wajahnya.

"Saya tidak mendengar apapun. Tolong lepasin saya." cicit Zulfa pelan, mencoba membujuk Marcello langsung ke intinya.

"Setelah kau mendorongku dan membuat jasku basah karena jus semangkamu itu? Ck, " Marcello bedecih. "Kau tahu kalau aku benci buah semangka!"

"Kenapa kau membencinya? Memangnya semangka punya salah apa denganmu sampai kau membencinya!"

Marcello mengerutkan dahinya. Lalu ia tersenyum sinis. "Sebentar lagi kau akan menjadi calon istriku. Kau akan segera mengetahuinya nanti kenapa aku tidak suka buah semangka setelah statusmu menjadi Mrs. Marcello."

"Tidak! Aku tidak mau!" Akhirnya Zulfa mendongakkan wajahnya. "Sudah aku katakan kalau aku tidak mendengar semua ucapanmu!"

"Kau pembohong yang payah! Atau jangan-jangan kau memang mau melindungi Claire?" pancing Marcello dengan angkuh.

"Untuk apa aku melindunginya?!" Zulfa meninggikan nada suaranya. "Urusan dia ataupun urusan keluarga kalian, aku tidak perduli sekalipun polisi-"

Mahram Untuk NafisahWhere stories live. Discover now