Chapter 65

8.2K 904 66
                                    

Beberapa jam setelah insiden Marcello meninggalkan Zulfa di kamar hotel. Dan kini berada di rumah Daniel.

"Bagaimana bisa Ciara menyerahkan diri ke kantor polisi?!" tanya Marcello tak percaya begitu ia tiba di rumah Daniel.

"Mungkin dia sudah lelah dengan semua apa yang sudah terjadi."

"Tapi, Daniel-"

"Kau pikir mudah menjalani hidup dengan tenang sementara kesalahan itu terus membayangi setiap langkahnya?"

Nafisah tak ingin diam dan langsung mengambil kesempatan begitu Daniel sibuk dengan orang-orangnya. Apalagi ada Marcello. Padahal ini adalah kesempatan bagus buatnya. Terutama bertanya tentang keberadaan Zulfa yang tidak ada kabar. Nafisah yakin, semalam pasti pria brengsek itu menemui Zulfa.

Tapi di satu sisi, semua itu tidak semudah keliatannya. Pasti akan terlihat kentara sekali dimata Daniel nantinya jika Nafisah berbicara empat mata dengan Marcello hanya untuk bertanya tentang Zulfa.

Dari sekian banyaknya masalah penting dan rumit, akhirnya Nafisah memilih opsi lain. Yaitu menghubungi Hanif yang seharusnya ia lakukan sejak awal. Sebelumnya, Nafisah memang menunda menghubungi Hanif. Alasannya lagi-lagi karena Daniel.

Nafisah tidak ingin ketahuan oleh Hanif kalau ia sudah memegang sesuatu yang seharusnya menjadi bukti kejahatan Daniel. Apalagi Marcello sudah menyebutnya kata penghianat pada Zulfa yang jelas-jelas tidak ada hubungannya sama sekali.

Tepat saat itu, Tiba-tiba ponsel Nafisah berdering. Panggilan tak di kenal membuat Nafisah ragu untuk menerimanya. Butuh waktu sampai deringan ke 3 kali akhirnya Nafisah mengalah.

"Halo?"

"Nafisah. Ini aku.."

Nafisah langsung menghela napasnya dengan lega begitu mendengar si pemilik suara. Ternyata dari Hanif.

"Editormu sudah menyerahkan diri ke kantor polisi beberapa hari yang lalu. Seseorang yang menjadi mata-matanya, memberitahu hal ini padaku. Lalu bagaimana dengan Daniel. Apakah kamu sudah menemukan buktinya?"

Nafisah memegang erat ponselnya. Meneguk ludahnya dengan gugup meskipun wajahnya sudah pucat.

"Nafisah?"

"Kalau Sofia tertangkap. Apakah dia juga berkata sesuatu? Maksudku, pelarian yang dia lakukan dengan Daniel."

"Aku tidak tahu pasti tentang kebenarannya. Tapi informasi yang sempat aku dengar, pelarian yang di lakukan Sofia itu justru di lakukan seorang diri tanpa siapapun. Menurutku, dia mencoba untuk melindungi posisi Daniel. Jika itu benar, pradugaku tentang Daniel semakin kuat. Nafisah, kamu yakin tidak menemukan bukti apapun selama ini pada suamimu Daniel?"

"Tidak."

Segampang itu Nafisah mengucapkannya. Walaupun ia sadar ini adalah kesalahan terbesar yang ia lakukan pada rencana Hanif.

"Kamu yakin?"

"Mas Hanif kalau tidak percaya, coba tanya Ivana."

"Apa katamu? Tanya Ivana? Yang benar saja, Naf!"

Nafisah terdiam sesaat. Suara Hanif di seberang panggilan terdengar seperti sedang emosi. Tapi Nafisah tidak perduli soal itu, ia lebih perduli dengan hal-hal di sekitarnya. Kalau saja tiba-tiba Daniel muncul tanpa menimbulkan suara seperti dulu yang sempat ia sebut sebagai hantu.

Mahram Untuk NafisahWhere stories live. Discover now