Chapter 11

7.8K 710 22
                                    

"Jadi, sudah buat pilihan mau bekerjasama atau tidak?" tanya Sofia yang kini duduk di hadapan Nafisah.

"Sudah. Saya setuju."

"Oke kalau begitu. Bisa tunggu sebentar? Saya akan print surat ini menjadi 2 rangkap yang akan di beri materai 10.000. Nanti 1 rangkap buat penulis yang sudah berisi tanda tangan pimpinan redaksi dan surat tersebut bisa di simpan sebagai bukti perjanjian terbit. Lalu surat 1 rangkap nya lagi untuk kami simpan juga."

"Baik.."

Sofia segera berdiri dan meninggalkan Nafisah. Lalu 2 menit kemudian salah satu karyawan menghidangkan sebotol air mineral dan kue buat Nafisah.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, Sofia kembali masuk dengan membawa 2 rangkap surat perjanjian kontrak penerbitan. Nafisah menerima 1 rangkap yang akhirnya ia tanda tangani.

"Ya Allah.."

Nafisah terkejut. Setelah selesai tanda tangan di atas materai ia baru sadar kalau Pimpinan redaksi tersebut bernama Daniel.

"Apakah semuanya baik?"

"Jadi, pimpinan redaksinya adalah-"

"Itu saya. Kenapa? Masalah?"

Lagi-lagi Daniel nongol bagaikan hantu. Ia tersenyum puas. Nafisah sudah terikat kontrak padanya hitam di atas putih. Dengan santai Daniel malah duduk di sebelahnya, sedikit memiringkan tubuhnya sembari menatap Nafisah.

"Cantiknya anak orang.. "

Sofia merasa kesal. Akhirnya ia pergi dari sana. Ia sudah tahu kalau Daniel pasti akan menyukai situasi ini. Nafisah berdiri, benci terhadap pria yang ada di depannya. Sudah hantu, buaya darat, raja gombal pula!

Daniel langsung menghadang jalan Nafisah. Wanita itu ke kanan, ia juga ke kanan, dia ke kiri, maka Daniel pun ke kiri.

"Saya ingin batalkan surat ini!" kesal Nafisah sambil menatap ke lain, ia tidak sudi menatap Daniel bahkan tak perduli ketampanannya.

"Setelah mengetahui kalau saya pimred nya?"

"Saya lelah berdebat. Cepat lakukan!"

"Baru aja setuju. Masa mau batal? Denda 20 juta saya tunggu bulan depan dari sekarang, sanggup?"

"Sanggup!"

Nafisah hendak pergi, namun tanpa sengaja kakinya tersandung ujung kaki meja bahkan nyaris terjatuh kalau saja Daniel tidak cepat menahan pinggulnya. Semua terlalu mendadak bahkan keduanya sampai terjatuh di sofa yang ada di belakangnya. Nafisah memejamkan matanya dengan takut. Kedua tangannya mencengkram kemeja Daniel. Daniel cukup terkejut, namun hatinya juga berdebar karena bisa menatap wajah Nafisah sedekat itu.

"Seperti adegan di novel. Tokoh utama tanpa sengaja terjatuh dan berakhir dengan posisi pria yang melindungi wanitanya. Ah, yernyata senyata ini rasanya." bisik Daniel pelan.

Plak!

Akhirnya Nafisah menampar Daniel. Ia langsung berdiri dan pergi begitu saja. Bahkan tak perduli jika di luar sana hujan sedang turun dengan deras. Tubuh yang basah beserta wajah yang kini di aliri air mata membuat Nafisah akhirnya menyerah. Hatinya sedih, kecewa, bahkan merasa malu sebagai seorang wanita kenapa semudah itu ia bisa di sentuh pria lain yang bukan siapa-siapa baginya meskipun bukan kemauannya. Nafisah memeluk dirinya di bawah guyuran hujan.

Mahram Untuk NafisahWhere stories live. Discover now