Chapter 26

8.1K 731 41
                                    

"Bagaimana penampilanku?"

Zulfa menatap Nafisah sejenak. Malam ini, Nafisah memutuskan memakai syar'i warna pink muda dengan tambahan cadar. Ia sengaja melakukannya. Antisipasi kalau tiba-tiba Daniel berada di tempat keramaian. Mengingat pria itu seperti Jailangkung yang suka datang tiba-tiba, maka tidak ada cara lain dengan cara merubah penampilannya untuk malam ini. Setidaknya Daniel tidak akan mengenalinya. Semoga keberuntungan memihak pada Nafisah malam ini.

"Selain cantik, anggun, kamu juga tidak terlalu familiar."

"Aku akan pakai cadar bentuk poni." Tambah Nafisah lagi. "Jadi hanya kedua mataku saja yang terlihat."

"Kamu yakin semua ini akan berhasil?"

"Bismillah aja ya,"

Zulfa pun mengangguk. Ia menggenggam tangan Nafisah. "Bismillahirrahmanirrahim. Ayo kita ke ballroom. Keluargaku pasti sedang menungguku disana."

Nafisah dan Zulfa pun memasuki lift dan menekan tombol angka 10 tempat dimana ruang ballroom berada. Kotak besi itu bergerak ke lantai atas. Namun saat lift yang mereka naiki berhenti di lantai 7, pintu lift terbuka.

Seorang pria berbadan tinggi dengan style tuxedo hitam kemeja putih masuk bersama seorang wanita cantik. Zulfa dan Nafisah terkejut. Mungkin jika lompat ke lantai bawah tidak membuat keduanya mati di tempat, maka hal itu lah yang akan di lakukan Nafisah dan Zulfa. Lebih baik menghindar daripada ketahuan.
Tapi semua sudah terjadi. Sejenak, Daniel tersenyum ke arah Zulfa.

"Aku tidak menyangka kita bertemu di sini. Ada acara?" tegur Daniel santai melirik ke samping tanpa harus menoleh ke belakang.

Sementara Nafisah semakin meremas tangan Zulfa. Posisi mereka saat ini ada di belakang Daniel dan wanita itu. Sementara Daniel bersama gandengannya berada didepan.

"Kamu ngomong sama aku?" sinis Zulfa

"Tentu. Siapa lagi?"

Nafisah bernapas lega. Rupanya Daniel tidak menyadari penampilan barunya sekarang.

"Iya ada acara. Pernikahan sepupuku."

"Lara?"

"Kamu kenal sama Lara?"

"Tidak. Aku kesini hanya menemani dia."

Daniel tersenyum pada wanita di sebelahnya. Wanita cantik. Sama-sama bule. Tubuh tinggi dengan memakai jilbab. Nafisah dan Zulfa bisa menilai wanita di sebelah Daniel saat ini adalah bule muslimah.

Wanita itu akhirnya melirik ke belakang, tersenyum ramah pada Zulfa Dan Nafisah. Senyuman itu saat ini lebih tepatnya membuat Nafisah jadi insecure karena kecantikannya di tambah iris mata wanita itu berwarna biru. Ya ampun, apalah daya dirinya yang hanya biasa-biasa saja.

Setelah itu wanita tersebut kembali menatap ke depan. Semakin mengeratkan pelukannya pada lengan berotot Daniel. Nafisah merasa miris, rupanya lengan pria itu sudah sembuh dari luka tembakan begal beberapa waktu yang lalu. Sekarang dengan nyamannya di peluk sama wanita cantik dan terlihat sempurna.

Oh Nafisah sadar, pria ini benar-benar jahat! Atau mungkin kutukan buat dirinya. Setelah menyentuh tubuhnya dan mengusirnya tanpa beban tadi siang, sekarang dia terlihat menggandeng wanita cantik. Ah jangan bilang ini istrinya? Astaga, tentu saja ini istrinya. Dirinya memang sampah yang setelah di pakai langsung di buang. Ternyata apa yang di katakan Zulfa tadi siang benar-benar terlihat seperti dirinya. Zulfa meremas lembut genggamannya pada Nafisah. Seolah-olah memberinya kekuatan.

Mahram Untuk NafisahWhere stories live. Discover now