Chapter 59

8.2K 762 36
                                    

Sofia sudah memutuskan apa yang akan ia lakukan kedepannya. Terutama tentang nasibnya yang kini hanya sebatang kara. Sekarang siapa yang mau di harap untuk berada di sisinya? Mengharap Daniel saja tidak mungkin. Biar bagaimanapun ia ingin menghargai perasaan Nafisah sebagai istri Daniel.

Sekali lagi, Sofia menatap koper berukuran sedang yang ada di depan matanya. Sebenarnya ia bisa saja menceritakan semuanya pada Daniel tentang rencananya, tapi tidak. Ia tidak ingin membebani pria itu lagi seperti sebelumnya. Daniel sudah cukup kerepotan mengurus semua masalahnya yang belum selesai. Tidak dengan ketambahan dirinya.

"Kamu mau pergi?"

Tatapan Sofia langsung beralih ke arah pintu. Astaga, ada Farras berdiri di sana dengan raut wajahnya yang heran. Apalagi kerutan di dahinya begitu terlihat jelas. Seharusnya Sofia menutup pintu saja agar tidak ada siapapun yang berkunjung ke rumahnya.

"Iya. Aku mau pergi."

Farras ingin melangkahkan salah satu kakinya untuk masuk. Tapi ia lupa, sebagai tamu ia tidak ingin selancang itu bila si tuan rumah belum mengizinkannya. Seperti menyadari gesture tubuh Farras, Sofia tetap tidak perduli. Bahkan ia menatap Farras dengan tatapan sendu.

"Kemana?" tanya Farras lagi.

"Sebelumnya aku mau berterima kasih padamu. Terutama sama keluarga kamu yang sudah menolongku selama ini." Sofia memaksakan senyumannya, mencoba mengalihkan pertanyaan Farras sejak tadi. Pria yang tingginya 175cm itu menatap Sofia dengan pandangan bingung.

"Sofia... "

"Nanti kamu akan tahu, kemana aku pergi."

"Maksudmu?"

Sofia tak menjawab apapun. Berusaha menghalau rasa canggungnya, ia malah sibuk mencari sesuatu di bagian depan resleting tas slempang nya. Setelah berhasil mengeluarkannya, ia memberikan pada Farras.

Sebuah tas belanja canvas yang menjadi saksi pertemuan pertama kali mereka yang memang sepele. Saat itu tanpa sengaja Sofia menjatuhkan beberapa barang belanjaannya di jalan. Lalu tanpa di duga Farras datang dengan menawarkan bantuan berupa memberilan tas canvas miliknya.

"Aku juga mau mengembalikan tas canvas ini. Terima kasih sudah-"

Cukup!

Farras tidak suka basabasi. Mengabaikan tata krama nya, ia pun masuk dua langkah dengan wajah serius. Sofia sampai mundur selangkah. Farras berdiri di hadapannya yang tingginya hampir sama dengannya karena tinggi badan Sofia 174cm.

"Aku tidak butuh tas ini. Tapi aku butuh kamu, Sofia."

"Butuh aku?"

"Aku serius. Bukan hanya sekedar sementara, tapi selamanya."

Seharusnya Sofia bisa saja terlena dengan ucapan serius Farras. Apalagi raut wajah pria kuning langsat ini terlihat tidak main-main. Tapi Sofia sadar, ia benar-benar sadar kalau maksud ucapan Farras bukanlah soal cinta. Tapi kepentingan pekerjaannya.

Oni hanya feeling Sofia mengenai apa yang di sembunyikan Farras sesuai kecurigaannya selama ini. Dan ntah kenapa perasaan Sofia semakin kuat dengan semua kebenaran itu.

Sofia memajukan langkahnya, kali ini ia harus berani dengan segala resiko yang ada. Satu hal yang Sofia ketahui.

Farras tidak mungkin sesingkat ini memiliki perasaan padanya..

Mahram Untuk NafisahWo Geschichten leben. Entdecke jetzt