Chapter 20

8.6K 730 38
                                    

Dua orang pria berjalan memasuki sebuah gedung besar. Gedung tersebut adalah badan intelijen swasta yang sudah lama di dirikan. Mereka adalah Axel dan Ezio. Kali ini keduanya akan memberi laporan penting ke atasannya.

Setelah memasuki lift, kotak besi itu bergerak ke lantai atas dan di sanalah pria berusia 40 tahun menunggu di ruangannya dengan tatapan tajam

"Bagaimana?"

Zio bersedekap. Tampilannya begitu gagah ketika memakai jeans biru tua dengan jaket kulit hitam. "Dari sekian banyak orang asing yang melakukan pelarian kesini, 5 diantaranya sedang dalam pengawasan. Salah satunya Ciara dan Adelard."

"Ah Adelard. Dia pria yang berbahaya. Info yang Saya dapat dia mualaf. Apakah itu benar?"

"Benar, Pak." sahut Axel. "Hanya Ciara  yang belum mualaf. Wanita itu ternyata hanya anak angkat. Dan sepertinya orang tuanya itu membuangnya ke negara ini bahkan sudah tidak perduli lagi. Itu yang saya selidiki."

"Saya dengar wanita itu baru saja mengalami kecelakaan. Siapa pelakunya?"

"Bukan kesengajaan. Hanya murni kecelakaan. Pelaku sudah di tangkap waktu itu. Saya melihat sendiri kalau pelaku sudah masuk penjara."

"Terus selidiki keduanya dan jangan sampai lengah. Apalagi salah mengumpulkan bukti. Kedutaan besar di negara mereka sudah menghubungi atasan kita kalau warga negara mereka ada yang kabur kesini."

Axel dan Ezio mengangguk patuh. Keduanya pun pergi keluar ruangan dan kembali menjalankan tugas keduanya.

"Aku tidak habis pikir, padahal kasus ini sudah lama di tutup. Tapi korban kembali melapor dan meminta pertanggungjawaban." kesal Zio pada Axel.

"Aku juga tidak mengerti. Mungkin dia banyak mengalami kerugian besar sehingga terpikir untuk kembali melaporkannya. Ah untuk Ciara, wanita sepolos itu apakah benar sudah membunuh anak pejabat di negaranya? Ibu korban meminta bantuan pada pihak berwenang untuk segera di selidiki." ucap Zio lagi.

"Jika benar Ciara itu membunuh, dia cukup pintar bisa kabur bersama Adelard. Sepertinya Adelard begitu lihai dalam merencanakan ini semua sehingga tidak meninggalkan jejak sedikit pun. Bayangkan, 5 tahun sudah berlalu dan.."

"Apa?" tanya Axel bingung.

"Wajahnya tidak sama di foto ketika kita menerima dokumen dari atasan. Foto Adelard dan Ciara, terlihat hanya orang berparas biasa. Tapi orang yang kita selidiki sekarang, kenapa tampang mereka jauh beda?"

"Maksud kamu good looking dari sebelumnya?" ucap Axel akhirnya, hingga membuat Zio terdiam.

****

Sofia hari ini sudah di perbolehkan pulang. Selain karena kondisinya yang membaik, Farras telah banyak membantunya. Sofia tak berkedip melihat pria itu kini berada di ruangannya dan membantu mengecek obat dari farmasi yang baru saja di ambil.

"Kamu tidak perlu berlebihan dalam hal ini. Sungguh, aku berterimakasih padamu."

Farras menoleh sejenak ke arah Sofia. Ia hanya tersenyum. "Bagiku ini tidak berlebihan. Aku hanya membantumu semampuku."

"Ibumu begitu baik. Aku berhutang budi padanya."

"Beliau mengerjakan sesuai profesinya. Ah iya, ada salam darinya. Katanya senang berkenalan denganmu."

Mahram Untuk NafisahWhere stories live. Discover now