Chapter 6

9.4K 767 23
                                    

"Dek.."

"Hm.. "

"Aku mau tanya. Boleh?"

"Soal apa?"

Hanif terdiam sejenak. Kedua tangannya sibuk mengelap piring yang basah menggunakan kain bersih. Sementara Nafisah ada disebelahnya sedang mencuci piring.

"Si Daniel ngapain sih ngerecokin kamu terus?"

"Ntahlah. Mungkin kurang kerjaan.."

"Nggak risih?"

"Ya risihlah! Apalagi dia bukan mahramku.."

"Kalau aku yang ngerecokin gimana? Kan bukan mahram juga.."

Nafisah menghentikan kegiatan cuci piringnya. Tatapannya terhenti pada tangannya yang basah oleh kucuran air westafel.

"Kalau Mas yang ngerecokin aku, Mungkin aku bisa..... "

Nafisah menoleh ke belakang. Sementara Hanif siap mendengarkan lanjutannya.

"Apa?"

"Menurut Mas?"

"Kok nanya balik?"

Nafisah tersenyum lebar. "Dahlah, lanjutin kerjaan Mas Hanif tuh biar cepat kelar. Itu lebih baik daripada banyak tanya untuk hal yang nggak penting, kan?"

"Banyak tanya atau nggak, itu nggak penting. Yang penting asik, nggak bikin risih!"

"Dih.. "

Nafisah melenggang pergi. Sementara Hanif tertawa lebar. Setelah menjauh dari dapur, Nafisah kembali terdiam. Ia memikirkan maksud dan ucapan Hanif tadi. Ntah kenapa akhir-akhir ini Hanif banyak tanya dengannya tentang Daniel?

Sudah banyak pria yang mendekati dirinya meskipun ia sudah berstatus janda. Tapi Hanif tak pernah mau ingin tahu dengan pria pria sebelumnya. Lalu kenapa begitu Daniel datang, Hanif terlihat ingin tahu akan semuanya.

"Ada apa dengan Hanif?"

****

Napas Sofia tersenggal-senggal. Tak menyangka kalau teman yang selama ini ia anggap sebagai pria yang baik justru hendak menyakitinya. Sofia menatap pria tertelungkup di lantai itu dengan syok. Di samping perut pria itu, ada darah segar yang mengalir banyak. Rasa takut menyelimuti Sofia.

"Aku.. Aku baru saja membunuhnya! Aku.. Aku... "

Sofia masih terduduk dengan lemah di lantai, ia seenggukan. Setelah apa yang terjadi, dengan cepat Sofia memperbaiki kancing bajunya yang acak-acakkan. Hampir saja kehormatannya di renggut oleh pria yang kini sudah mati di hadapannya. Pria itu adalah anak dari seorang pejabat negara yang tewas setelah hampir saja memperkosanya. Sofia yakin, setelah ini ia akan berada di situasi yang sulit.

Dengan panik Sofia pergi dari sana. Ia berlari secara ketakutan. Tak perduli dengan penampilannya yang kacau. Sofia memeluk dirinya sendiri dengan tubuh gemetar begitu memasuki lift apartemen dan turun ke lantai lobby.

Mahram Untuk NafisahWhere stories live. Discover now