Chapter 46

2.6K 481 31
                                    

Suara ponsel yang berdering membuat Nafisah terbangun dalam tidurnya. Tubuhnya benar-benar lelah. Kelelahan tubuhnya tentu saja akibat perbuatan Daniel. Begitulah Daniel, tiada hari tanpa memenuhi hak dan permintaannya untuk bergulat di atas tempat tidur.

"Kita kan sudah sah. Jadi bebas dong kalau minta setiap hari."

Nafisah langsung memposisikan tubuhnya untuk duduk. Ia langsung memegang kedua pipinya yang merona merah. Ucapan Daniel 1 jam yang lalu lagi-lagi terngiang-ngiang di kepalanya. Benar-benar dia itu!

Suara ponsel berdering kembali terdengar walaupun sempat berhenti. Nafisah melirik ke atas meja samping tempat tidurnya. Ponsel Daniel menyala dan bergetar, sementara pemiliknya sedang berada di kamar mandi dengan suara kucuran air shower yang sedang mengalir.

Ntah kenapa Nafisah merasa penasaran. Akhirnya ia turun dari tempat tidur dan tatapannya membulat sempurna. Nama Ciara terpampang jelas di layarnya. Dengan tanggap Nafisah langsung membuka laci meja di bawahnya, ia meraih ponselnya dan memfoto layar Daniel yang masih memperlihatkan panggilan masuk.

Suara kenop pintu bergerak terdengar. Dalam hitungan detik Nafisah langsung bergerak naik ke atas tempat tidur dan bersembunyi di dalam selimut. Tepat saat itu Daniel keluar dari kamar mandi dan hanya mengenakan wardrobe putih yang melekat pas di tubuh atletisnya.

Daniel mengerutkan dahinya, bergumam pelan. "Kenapa laci mejanya terbuka?"

Nafisah langsung merutuki kebodohannya didalam selimut. Bisa-bisanya ia lupa menutup lacinya. Suara ponsel yang berdering kembali terdengar, tatapan Daniel langsung teralihkan pada ponselnya. Melihat nama Ciara, Daniel langsung menerimanya.

"Kau merindukanku?" Daniel langsung tertawa. Sementara Nafisah yang mendengarnya langsung menggeram rendah di dalam selimut.

"Ciara? Oh teman masa kecil itu?!" tebak Nafisah langsung dalam hatinya. Di saat yang sama ia juga kesal kalau Daniel menggoda wanita lain.

Akhirnya Ciara alias Sofia pun kesal pada Daniel melalui panggilan mereka.

"Dasar gila! Kemana saja kau selama ini? 4 hari aku menghubungimu tapi kau mengabaikanku! KAMU KETERLALUAN ADELARD!"

Daniel sampai menjauhkan ponselnya dari telinganya sendiri, ia mengernyit. Suara Sofia benar-benar hampir membuat telinganya tuli.

"Tentu saja aku sibuk. Dengan istriku. Kalau kau iri, kau bisa saja menikah. Beres kan?"

"Itu yang ingin aku tanyakan padamu!  Farras menyatakan perasaannya padaku. Jadi aku harus apa?"

Seketika Daniel terdiam. Raut wajahnya menegang. Di saat yang sama tatapannya juga tak lepas dari laci yang terbuka, lalu bergantian melihat ke arah Nafisah.

"Allora qual è la tua risposta?"
(Lalu apa jawabanmu?")

Nafisah yang mendengarnya langsung tak percaya. Lagi-lagi Daniel mengucapkan bahasa yang tak di mengertinya. Apa dia harus kurus bahasa Italia agar memahami artinya? Ia juga teringat Ivana. Beberapa hari yang lalu Ivana berkata kalau Daniel tiba-tiba mengubah bahasa bicaranya, maka bisa di pastikan pria itu sedang membahas hal yang rahasiakan.

"Non lo so. dopo quello che è successo in passato. Non mi fido facilmente di nessun uomo tranne di te."
( Aku tidah tahu. setelah apa yang terjadi di masalalu. Aku tidak mudah percaya dengan pria manapun selain dirimu..) ucap Sofia di seberang panggilan. Ia sadar kalau Daniel sedang tidak sendirian kalau tiba-tiba pria itu menggunakan bahasa Italia.

Mahram Untuk NafisahDove le storie prendono vita. Scoprilo ora