Chapter 29

8.6K 730 65
                                    

Kedua mata Daniel tak lepas dari Nafisah. Ia mengunci tatapan wanita itu dengan kilatan seriusnya. Dan Nafisah ingin memukul kepalanya saat ini juga atau mungkin meruqiyah dirinya agar tidak jatuh dalam pesona Daniel. Nafisah berusaha mengingatkan dirinya, pria itu adalah daftar dari sekian banyak bukan mahram yang harus ia blacklist dalam hidupnya!

Siapa dia? Datang memasuki rumah Pak De dan Budenya seolah-olah dia adalah orang yang paling penting dan punya hak atas dirinya saat ini!

"Apa yang kamu lakukan disini?!" Hanif langsung berdiri dan mendekati Daniel. Kepalanya rasanya ingin meledak saat ini juga. Emosi dan kecemburuan menjadi satu.

"Berisik sekali.." Daniel mengantongi kaca mata hitamnya. "Tentu saja sedang menyelamatkan jiwa dan perasaannya dari laki-laki sepertimu. Tidak kah kamu kasihan melihat wajahnya itu? Merasa terbebani dan tidak enak hati. Itu bisa membuat nya penuaan dini dan stress. Kalau sampai itu terjadi, aku tidak akan segan-segan mendaftarkan diri jadi anak angkat orang tuamu. Apakah kamu bersedia kalau kita bersaudara? Aku yakin mereka akan menyukaiku yang lebih kaya ketimbang anaknya sendiri yang tidak kaya.." Daniel menatap Hanif dengan tatapan mengejek.

Sedangkan orang tua Hanif hanya menggeleng kepalanya dan pasrah.

"Aku tidak sudi! Kamu-"

"Ada banyak wanita di dunia ini.  Salah satunya wanita yang ada di sebelah Nafisah. Yang aku tahu, dia single."

"Jangan berani mengatur hidupku! Siapa dirimu? Bahkan orang tuaku saja tidak pernah melakukan hal ini padaku."

"Oh c'mon bro... " Daniel tertawa geli. Situasi sedang menegang tetapi reaksi pria itu terlihat santai tanpa menunjukkan ketakutan apapun. "Justru aku menyelamatkanmu dari hari patah hati. Sudah jelas Nafisah menolakmu, kenapa kamu memaksanya? Jangan cari penyakit karena sangat sulit menyembuhkannya. Patah hati itu tidak enak."

Daniel tersenyum miring. Dengan langkah santai ia langsung menarik pergelangan tangan Nafisah. Tak perduli kalau wanita itu menolak keras.

"Lepaskan aku wahai syaiton!" Dengan kesal Nafisah menginjak kaki Daniel. "Dasar pria tak berperasaan. Ada banyak wanita di muka bumi ini. Dan aku tidak akan menjadi salah satu korbanmu!"

Daniel tersenyum miring. Tidak merasa sakit sama sekali. Injakan kaki Nafisah bagaikan semut kecil yang sedang menggigit kulitnya.

"Tidak ada hantu setampan diriku. Sayangnya aku tidak tertarik dengan wanita manapun selain dirimu yang keras kepala ini."

"Apakah otakmu sudah hilang dari kepalamu? Kamu benar-benar tidak waras karena menyukai wanita keras kepala."

"Itu lah arti bahwa cinta itu buta, babygirl."

"Dan benar, kamu akan menjadi korbanku. Korban perasaan, jatuh cinta, dan terpesona olehku. Aku pastikan itu terjadi padamu mulai detik ini.."

Daniel tersenyum pada orang tua Hanif yang sejak tadi tidak berbuat apapun, meskipun sesungguhnya mereka sebenarnya sudah mengetahui sebulan yang lalu mengenai permasalahan ini.

"Kami pamit pergi, Pak De, Bude. Assalamu'alaikum.."

Daniel membalikkan badannya. Ia menuju ruang tamu. Tak perduli kalau Nafisah memberontak. Lalu ia menghentikan langkahnya, Pak Gani, Papa Nafisah beserta putranya baru saja masuk sambil membawa koper.

Mahram Untuk NafisahWhere stories live. Discover now