Chapter 41

7.4K 768 28
                                    

"Teruslah berdebat, sampai kalian lupa dengan pria tua yang sedang berdiri lama disini."

Sontak semuanya menoleh ke arah tangga. Disana ada Alano berdiri, di sebelahnya ada Claire yang tersenyum manis. Lebih tepatnya senyuman yang membuat Daniel benci.

Seharusnya Orla yang berdiri disana, menyambut kedatangannya sebagai putra yang di rindukan. Bahagia akhirnya dia memiliki seorang menantu yang berhasil membuat putranya jatuh cinta.

Bukan wanita mana lain termasuk Claire. Seharusnya begitu. Sekarang, Daniel merasa ia juga merindukan Ayah. Sosok yang sempat marah dan kecewa pada keputusannya di masalalu. Namun juga sakit hati mengingat kebusukan Claire.

"Papa! Aku merindukanmu.." Evelyn langsung mendekati Alano kemudian memeluknya. Memecah lamunan Daniel yang begitu kelam.

Setelah itu, Evelyn bergantian memeluk Claire. Menumpahkan rasa rindu pada Ibu kandungnya.

Diam-diam Nafisah melirik ke samping. Mencoba meneliti raut wajah Daniel yang tersenyum. Ntah kenapa, hati Nafisah merasa kalau suaminya itu hanya berakting. Termasuk senyumannya.

Sejak kedatangannya di negara ini, Daniel terlihat tidak baik. Dan Nafisah merasa, ada sesuatu yang tidak beres di keluarga ini perihal masalalu. Nafisah mencoba untuk memahami. Pasti semua itu tidak mudah bagi Daniel. Ia pun menggenggam hangat tangan suaminya.

"Daniel?"

Daniel menoleh ke samping. Mencoba mengalihkan situasi, termasuk ketika Nafisah sedang mengkhawatirkannya.

"Ayo datangin dia.." ucap Daniel lagi.

Nafisah mengangguk. Sementara Daniel, terlihat sekali kalau jakunnya naik turun. Meneguk ludahnya dengan gugup. Wajahnya juga terlihat pucat seiring langkahnya yang akhirnya dekat dengan sang Ayah.

Berharap semoga pertemuan yang lama tidak terjalin ini akan baik-baik saja.

"Ayah.."

Alano memeluk putranya. Tatapannya tak lepas pada Nafisah. Nafisah hanya tersenyum canggung. Sementara Claire menatap interaksi Ayah dan anak di sebelahnya sambil tersenyum.

"Mainanmu terlalu jauh dan begitu pulang ke rumah kau membawa seorang menantu untuk Ayah?" goda Alano sambil tersenyum geli menatap Nafisah. Daniel langsung memberi kode pada Nafisah untuk bersalaman dengan Ayahnya.

"Nafisah, ini Ayah Alano.."

"Salam kenal Ayah. Aku Nafisah.."

"Semoga kau betah disini, nak. Selamat datang dirumah."

Alano memeluk Nafisah singkat. Cara nya berbicara bahasa Indonesia benar-benar lancar. Mengingat Alano banyak memiliki rekan bisnis dari orang-orang asia Tenggara termasuk Indonesia. Nafisah mencoba untuk tenang. Tapi sulit. Keluarga ini seperti keluarga yang saling menyimpan rahasia. Ntah itu rahasia apa.

Dan akhirnya Daniel menghela napas lega. Syukurlah kalau Ayah nya saat ini merespon semuanya begitu baik. Tidak ada amarah seperti di masalalu. Kekecewaan yang mendalam. Dan yang terpenting adalah memperlakukan Nafisah seperti yang di harapankannya.

Akhirnya mereka menuju ruang makan. Disana sudah tersedia banyak makanan berbagai macam menu yang sudah di buat oleh koki terbaik di kota Italia yang sudah lama bekerja di mansion Alano. Nafisah menatap pizza yang begitu lezat. Nafisah tahu, Pizza adalah makanan yang berasal dari negara Italia. Seharusnya Nafisah mencicipinya. Bukankah ini kesempatan yang bagus mumpung ia berada di negara ini?

Mahram Untuk NafisahWhere stories live. Discover now