Chapter 3

10.2K 856 17
                                    

"Lah, ngapain disini! Gak boleh kucing-kucingan, kalian itu BUKAN MAHRAM!" tegas Pak Ali,tiba-tiba pria paruh baya itu mucul di samping pekarangan melihat Nafisah dan Daniel.

"Kalau kucing itu, hewan peliharaan Pak. Kalau saya sih, calon masa depan anak Bapak."

Daniel menyugar rambut ikalnya dengan santai. Ia tersenyum santai. Sementara Nafisah pergi berlalu bahkan langsung menaiki motor matiknya.

"Loh, Nafisah mau kemana?" tanya Pak Ali bingung.

"Saya mau pergi Pak De, cari ketenangan setelah di usik setan yang suka tiba-tiba muncul di hadapan saya!"

"Setan? Ah, masa sih?! Pagi-pagi mana ada setan. Ngacok kamu, nduk!"

"Setan itu suka menggoda manusia. Tapi kalau saya adalah manusia yang suka menggoda kamu."

Pak Ali menoleh ke arah Daniel. Sekarang ia sadar, pria muda yang ada di samping nya ini suka sama keponakannya.

"Assalamu'alaikum, Pak De.."

"Wa'alaikumussalam. Lah tapi, ini tamunya gimana?"

"Dia bukan tamu saya.. "

Nafisah pun pergi mengendarai motor matiknya. Pak Ali hanya bisa diam menatap kepergian Nafisah. Sementara Daniel juga ikut menatapnya dengan tatapan kagum.

"Loh kok pada diluar, ayo masuk."

Pak Ali dan Daniel menoleh ke arah pintu. Ada Ibu Fiza yang kini tersenyum ramah. Akhirnya mereka pun memasuki ruang tamu dan duduk di sofa. Bertepatan saat itu, Hanif datang dan terkejut melihat tamu orang tuanya pagi ini. Pakaian kerja kurir ekspedisi lokal masih melekat di tubuh Hanif. Ia menatap Daniel dengan tatapan tidak suka.

"Ngapain dia kesini.." tanya  Hanif dalam hati.

****

Flashback, 5 tahun yang lalu.

Sofia baru saja sadar setelah pingsan. Tubuhnya terasa sangat sakit. Kepalanya pusing. Ia terkejut begitu ia menyadari berada di sebuah kamar hotel. Seingat dia, ia berdiri ketakutan di hadapan Adelard lalu semua pandangannya berubah menjadi gelap.

"Dimana aku?"

Adelard langsung mendekati Sofia. Ia mencoba menenangkan temanya itu.

"Untuk sementara kita berada disini. Besok pagi-pagi sekali kita akan ke Indonesia."

"Sejauh itu?"

"Mau bagaimana lagi. Jadi, apakah kamu akan ikut denganku?"

Sofia terdiam. Ia menatap ke jendela yang ada di sampingnya. Seketika ia merindukan keluarganya di rumah. Mereka pasti sedang mencarinya. Tapi, apakah mungkin benar-benar mencarinya? Bahkan mereka begitu sibuk dengan dunia pekerjaan tanpa memperdulikan nasibnya sebagai anak yang kurang kasih sayang.

"Sofia.."

"Aku akan ikut kemanapun kau pergi."

"Apakah kamu sanggup kalau kita akan mengganti identitas kita?"

"Mengganti?"

Mahram Untuk NafisahWhere stories live. Discover now