Chapter 17

7.7K 723 47
                                    

Di satu sisi waktu dan tempat. Pembicaraan dia orang Intel yang sedang di rahasiakan...

"Kalau kamu yakin, kenapa tidak menangkapnya saja?"

"Belum ada bukti yang kuat. Aku tidak bisa sembarangan menangkapnya."

"Lalu?"

"Aku sedang memantaunya."

"Bagaimana penyamaranmu sebagai intel?"

"Sejauh ini aman. Tidak ketahuan."

"Baiklah. Ku harap kamu berhati-hati.."

****

Sofia terdiam begitu mendengar adzan dzuhur berkumandang. Sudah menjadi kesehariannya mendengar suara adzan tersebut semenjak di Indonesia. Tak hanya itu, ia jadi bisa bangun pagi tanpa alarm di ponselnya ketika lagi-lagi adzan subuh berkumandang.

"Daniel, kenapa kamu mualaf?"

Seketika ia juga teringat Daniel. Sudah beberapa hari berlalu, ia tidak lagi menjumpai Daniel. Ia juga tidak menghubungi pria itu. Rasanya ia seperti sendiri dan hampa. Tidak ada siapapun lagi di sampingnya.

Ia memang menyukai Daniel. Ia memang menyayangi Daniel. Namun hanya sebatas teman baik sejak lama. Daniel terlalu banyak membantunya. Daniel juga terlalu baik padanya. Disaat semua anak mendapatkan kasih sayang orang tua, justru ia tidak pernah mendapatkannya.

Dan Sofia mendapatkan semua itu dari Daniel walaupun hanya sedikit. Namun ia bersyukur, masih ada pria di muka bumi ini yang perduli padanya tanpa mengharap apapun. Perlahan, pria itu sudah menjauh dari hidupnya. Ponselnya berdering. Tiba-tiba Daniel menghubunginya?

Kenapa kebetulan sekali? batin Sofia

"Halo?"

"Kau masih hidup?" ejek Daniel.

"Jika tidak untuk apa aku menerima panggilanmu!"

Sofia merasa kesal. Namun ia tidak bisa berbohong kalau sebenarnya ia merindukan hal hal spele seperti ini.
Suara Daniel tertawa di seberang panggilan terdengar. Suara yang begitu menenangkan sekaligus menjengkelkan di saat bersamaan karena pria itu sekarang tampak seperti orang asing.

"Oke maaf. Aku berkata seperti itu karena kau tidak ada kabar. Tidak biasanya kau begini."

"Aku hanya tidak ingin mengganggu semua urusanmu. Itu saja. Lagian aku juga sibuk!"

"Kenapa kau terdengar seperti orang kesal? Kau cemburu kalau aku lebih dekat wanita itu daripada dirimu?"

Wanita itu? Ah tentu saja yang Daniel maksud adalah Nafisah. Pikir Sofia

"Untuk apa? Kau mengejekku karena sekarang aku terlihat menyedihkan dan sendiri tanpa siapapun?"

"Tidak. Apakah sekarang kau merasa seperti itu?"

Sofia terdiam. Kalau boleh jujur, ya, itu benar. Ia merasa hampa dan sendirian di negara orang lain. Tapi gengsi Sofia terlalu tinggi sehingga ia mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

Mahram Untuk NafisahWhere stories live. Discover now