Chapter 21

8.2K 768 20
                                    

Motor berjalan dengan kecepatan sedang. Ujung khimar Nafisah melambai-lambai tertiup angin. Sementara ia berpegangan pada besi bagian dudukan belakang motor ojek online dengan duduk menyamping.

Hati Nafisah sedikit tenang. Kali ini ia menggunakan jasa ojek muslimah khusus wanita. Meskipun waktu jam operasional nya terbatas dari jam 06.00 pagi hingga 18.00 malam, setidaknya ia tidak berboncengan dengan ojek online laki-laki. Terlalu bahaya baginya. Apalagi semenjak kejadian begal tadi malam.

Nafisah terdiam sesaat ketika motor tersebut berhenti di lampu persimpangan jalan. Lalu pikirannya melalang buana kemana-mana.

"Seandainya Hanif tahu." Itu kata Budenya yang sempat ia dengar.

Apa maksudnya? Pikir Nafisah.

"Tahu apa? Apakah ada rahasia atau sesuatu yang mereka sembunyikan selama ini dariku?"

"Apakah ada hubungannya dengan Daniel?"

Astaga pria itu. Selain menyebalkan, kenapa ia malah memikirkannya? Rupanya selain muncul secara tiba-tiba. Dia juga muncul dalam pikiran Nafisah tanpa di minta.

Buru-buru Nafisah menggeleng cepat. Memikirkan pria itu tidak baik baginya. Alih-alih daripada Nafisah memikirkannya, lebih baik ia bersholawat saja kepada Baginda Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam

Seketika hati Nafisah langsung tentram. Tepat setelah ia selesai bersholawat, Nafisah terkejut. Hanif ada di belakangnya sembari membunyikan klakson.

"Mas Hanif?" Nafisah membuka kaca helm nya dengan tatapan tak percaya.

"Ngapain?" Teriak Nafisah sedikit nyaring, suara kendaraan lalu lalang di jalanan padat membuatnya harus mengeraskan suaranya.

"Ikutin kamu."

"Apa?"

Hanif memutuskan sedikit memajukan motornya. "Aku ikutin kamu?"

Mbak ojek online pun sadar, ada yang mendekati motornya. Ia sempat melirik ke spionnya.

"Siapa? Teman Kakak?"

"Iya, Mbak. Tidak perlu khawatir."

"Oke."

"Ngapain ikutin aku? Sana pulang!" Nafisah memutar bola matanya dengan jengah. Sementara Hanif hanya tertawa lebar.

"Aku cuma mau pastiin, kamu sampai ke tujuan."

Ya ampun, pikir Nafisah. Ini berlebihan. Nafisah tidak suka hal ini. Bukannya apa, ntahlah, semakin ia membiarkan Hanif membantunya, kenapa ia jadi takut?

Takut kalau ia tidak bisa membalas perasaan pria itu. Bukannya ia langsung kepedean. Hanya saja ia antisipasi untuk tidak kembali ke persoalan cinta.

Cinta itu hanya menyakitkan. Sudah dua kali Nafisah kecewa. Maka Nafisah tidak ingin menambahkannya lagi. Sekalipun jutaan atau mungkin milyaran pria tampan yang datang padanya, Nafisah sudah tidak perduli.

Mau tidak mau Nafisah hanya menggangguk. Bahkan rasanya begitu tidak enak hati melirik ke belakang. Setelah menempuh waktu kurang lebih 15 menit, Nafisah tiba di sebuah komplek perumahan dengan halaman yang berukuran sedang. Terlihat bersih dan nyaman. Dua hal yang Nafisah nilai begitu tiba di depan rumah Sofia sesuai sherlock yang Nafisah terima dari Sofia. Ojek online itu pergi, setelah Nafisah membayar ongkosnya.

Mahram Untuk NafisahOnde as histórias ganham vida. Descobre agora