Chapter 37

7.6K 779 53
                                    

Flashback beberapa tahun silam saat Adelard bersama Sang Ayah..

Adelard menatap Ayahnya dengan heran sejak tadi. Mereka baru saja tiba dari perjalanan yang panjang. Seharusnya Alano itu membuat tubuh nya istirahat sejenak kan, walaupun hanya 1 hari? Setidaknya, menikmati suasana negara Indonesia. Maksudnya, rehat sejenak.

Tapi sepertinya itu mustahil. Ayah nya benar-benar workaholic. Si maniak kerja tanpa terpikir untuk mengistirahatkan tubuh. Bahkan harta yang banyak dan kekayaan itu tidak akan di bawanya sampai mati. Bagaimana kalau pria tua itu tiba-tiba sakit? Jangan bilang Alano akan menyuruhnya meneruskan perusahaan itu. Sudah Adelard katakan, ia tidak ingin menjalankannya!

Adelard menatap jendela pesawat yang ada di sampingnya. Tujuannya sekarang adalah kembali pulang ke rumah. Bayangan wanita muslim yang ia lihat di perusahaan Randi kembali terbayang. Padahal hanya sekali melihatnya. Kenapa pikiran itu seperti melekat di otaknya? Apa karena dia sudah terlalu lama sendiri tanpa terikat dengan hubungan wanita mana pun? Sehingga hidupnya yang menyedihkan ini mudah terpengaruh walaupun hanya pandangan pertama?

Alih-alih memikirkannya, Adelard menghembus napasnya dengan kasar. Berdiri dan mendatangi Ayah nya yang ada di ruang tengah. Lebih tepatnya ruang santai dengan interior mewah berwarna gold dan terdapat banyak hidangan makanan didepannya. Tapi sepertinya Ayahnya tidak tertarik untuk mencicipi nya. Semuanya terabaikan.

"Ayah?"

"Apakah ini alasanmu selama ini Adelard?"

Adelard mengerutkan dahinya."Maksud Ayah?"

"Tidak pernah mau terikat hubungan serius dengan seorang wanita? Dan memilih menghabiskan satu malam dengan mereka bahkan namanya saja kau tidak tahu?"

Alano menatap putranya. Putranya memang tidak salah apapun. Tapi hanya menatapnya, mengingatkan wanita kotor yang sudah menipunya. Wanita yang menjadi napas dalam hidupnya. Sekarang napas itu mengkhianatinya, bukankah terasa menyakitkan melebih rasa sesak di rongga dadanya?

"Ayah.."

Alano berdiri, ia mendekati putranya. Dengan sedikit kasar ia mengempaskan amplop coklat ke dada Adelard berisi foto-foto yang tidak pernah terbayangkan selama ini. "Selamat ulang tahun. Ini hadiah dari Ibumu yang kau cintai selama ini."

Sontak Adelard langsung memegang amplop coklat itu di dadanya. Dan Alano langsung pergi meninggalkannya.

****

Daniel terdiam menatap amplop coklat itu. Cukup sekali membukanya ketika di hari ulang tahunnya ke 25 tahun. Berisi foto-foto skandal Ibu nya bersama sahabat Ayahnya. Tidak perlu membukanya lagi, cukup sekali saja. Itu aib yang buruk. Namun sanggup membuat takdir ibunya begitu buruk sampai nyawanya pergi.

Di fitnah. Seseorang memfitnahnya.

Tatapan Daniel berganti ke lain. Ia menatap seluruh ruangan kerjanya yang tidak pernah berubah sejak dulu. Walaupun sudah 5 tahun berlalu, namun para pelayan tetap membersihkan semuanya dengan baik dan begitu yakin kalau suatu saat Tuan nya akan pulang.

Mahram Untuk NafisahWhere stories live. Discover now