Chapter 43

3.1K 554 19
                                    

"Kamu masih marah padaku?" tanya Daniel yang kini berusaha untuk sabar menghadapi Nafisah. Nada suaranya terdengar santai, tapi hatinya justru berteriak ketakutan.

Takut kalau Nafisah akan marah padanya. Kecewa padanya.

Nafisah enggan menatap Daniel. Ia memilih duduk di tepi ranjang. Malam sudah hampir larut. Tapi suami istri ini sepertinya belum pulih dari keadaan bersitegang.

"Apakah aku harus menjawabnya?"

"Harus. Supaya aku bisa mendapat maaf darimu.."

"Bagaimana kalau tidak?"

"Apa susahnya sih jelaskan semuanya? Jangan suka berbelit-belit. Kamu tinggal maafkan suamimu, maka semua urusan selesai."

Daniel mengacak rambutnya dengan frustasi. Ia menatap punggung Nafisah yang tidak acuh padanya. Ternyata selain hatinya tidak tenang. Tiba-tiba hawa tubuhnya merasa gerah. Maka Daniel pun melepas kaosnya dan memperlihatkan pahatan dada bidang otot sixpack nya.

Nafisah kesal. Benar-benar marah! Bisa-bisanya Daniel sudah membuat kesalahan dengan memegang Evelyn yang bukan mahram tapi semudah itu ia di suruh untuk tidak berbelit-belit?

Apakah Daniel lupa, kalau seorang istri sedang marah maka harus membujuknya dengan cara yang baik? Maka Nafisah langsung menoleh ke belakang dengan cepat.

"Jadi kamu maunya segampang-" ucapan Nafisah terhenti. Kedua matanya menatap lekat sosok Daniel yang terlihat seksi able di tambah temaram lampu tidur yang sedikit remang benar-benar membuat otaknya menjadi tidak singkron.

Kok bisa sih suasananya jadi mendukung banget untuk romantis bareng pasangan halal? pikir Nafisah dengan otaknya yang mendadak kacau kesekian kalinya akibat Daniel.

Buru-buru Nafisah membuang pandangannya dengan kembali mengabaikan Daniel. Jantungnya berdetak lebih cepat. Bahkan pipinya sudah memerah seperti tomat. Nafisah meneguk ludahnya dengan gugup.

Semenjak mereka menikah, Daniel selalu terlihat menggoda untuk di peluk dan di sentuh kalau sudah tidak memakai atasan. Itu yang Nafisah rasakan. Ia seperti anak kemarin sore yang baru saja menikah. Padahal nyata-nyatanya ia adalah janda yang di tinggal mati oleh suaminya. Bahkan Nafisah tak habis pikir, suaminya yang dulu tidak pernah semenggoda ini meskipun ia pernah mencintainya.

Tunggu, Kenapa Nafisah malah membanding-bandingkan Daniel dengan orang masalalu? Astaga! Benar kan, isi kepalanya lagi nggak beres. Ini semua gara-gara dia! Siapa suruh memiliki pesona di atas rata-rata?

Asik beragumen banyak hal, tiba-tiba Nafisah merasa sesuatu yang melesak di sebelahnya. Daniel duduk, dengan posisi tubuh menghadap dirinya.

"Sayang.."

Daniel langsung menyentuh dagu Nafisah, membuat wajah manis istrinya itu menatapnya. Bahkan setelah itu ia malah melepas pelan jilbab yang di pakai Nafisah. Nafisah seolah-olah terhipnotis oleh tatapan Daniel. Iris biru laut itu seperti memenjarakannya.

"Kasih tahu aku. Apa hukumannya ketika seorang hamba yang menyentuh seseorang yang bukan mahram? Demi Allah. Aku benar-benar lupa waktu bersama Evelyn di lift. Evelyn juga mualaf, mungkin dia belum paham tentang hal ini."

"Nafisah?"

Nafisah langsung sadar. Ia langsung merubah raut wajahnya tidak perduli. Walaupun hatinya sebenarnya tidak mau memikirkan kebodohannya cuma Karena Daniel yang sedang hot abble

Mahram Untuk NafisahWhere stories live. Discover now