Chapter 33

7.8K 762 48
                                    

"Kamu sudah siap, Sofia?" tanya Tasya pada wanita di depan matanya kali ini. Hari ini adalah jadwal terapi berjalan Sofia bersama Ibunya Tasya di rumah sakit.

"Sudah. Jam berapa terapinya?"

"Ibuku berkata masih ada 1 jam lagi. Sekarang sudah jam 10 pagi."

"Baik."

Tasya membantu Sofia berdiri dengan hati-hati. Sekarang Sofia sudah duduk di kursi roda. Tasya mendorong kursi roda Sofia menuju ruang tamu.

"Aku akan menghubungi taksi online. Tunggu sebentar."

"Butuh tumpangan?"

Sontak Sofia dan Tasya sama-sama menoleh ke arah pintu. Daniel muncul tiba-tiba. Sepertinya mood pria itu terlihat baik semenjak bersama Nafisah. Itu yang Sofia pikiran sekarang.

"Sedang beralih pekerjaan yang baru jadi supir taksi online?" Sofia memberikan tatapan mengejek. Ia tertawa. Walaupun hatinya tidak bisa berbohong bahwa sesungguhnya ia merindukan kebersamaannya dengan Adelard.

"Bahkan aku belum memesannya. Ini baru buka aplikasi." sahut Tasya lagi. "Kalau begitu, aku ke toilet dulu. Tunggu aku.."

Awalnya Sofia pikir Daniel benar-benar supir taksi online. Anggap saja kerja serabutan yang baru untuknya. Daniel tersenyum, ia memasuki ruang tamu dan duduk di Sofa.

Sejenak, Daniel memperhatikan sekitarnya. Tidak ada yang berubah semenjak ia meninggalkan tempat ini.
Sofia sadar dengan apa yang di lakukan Daniel, akhirnya ia berdeham. Daniel menoleh ke arah nya. Lalu ia kembali menjawab ucapan Sofia yang sempat tertunda.

"Aku tidak bekerja seperti yang kau katakan. Kata Farras, pagi ini kalian mau ke rumah sakit? Jadi, sekalian saja aku antar. Kebetulan Nafisah akan pulang hari ini."

"Bagaimana keadaannya?" tanya Sofia khawatir. "Dan kau benar-benar suami yang buruk! Bahkan membuatnya nekat bunuh diri hanya karena seorang Daniel yang tidak waras."

"Kau menyalahkanku?" Daniel merasa tidak terima. "Dia begitu karena terlalu syok di pasangankan dengan pria tampan berdarah campuran Italia dan Amerika. Sebelumnya, mendiang suaminya itu biasa-biasa saja. Lihat saja kalau sampai Nafisah hamil anakku, bukan potong urat nadi lagi. Mungkin dia akan terjun."

"Terjun? Kau gila!"

"Terjun ke dalam pelukanku." Dan lagi, Daniel dengan kesombongannya yang menyebalkan.

"Sayang sekali aku tidak bisa memukul wajahmu seperti yang sudah aku lakukan sebelumnya."

"Ah itu benar. Bahkan aku merindukan pukulan mu itu." Daniel terkekeh geli. Ia beralih mendorong kursi roda Sofia menuju teras luar. Sofia tertawa lagi. Moment ini adalah momen yang sudah sangat jarang terjadi.

Sesampainya di teras, Daniel duduk di kursi sembari menunggu Tasya. Daniel mengarahkan kursi roda Sofia hingga keduanya saling berhadapan.

"Karena kita bukan mahram Ciara.."

"Aku tahu," Sofia tersenyum getir. "Bukankah itu sudah menjadi pilihanmu?"

"Iya, Tapi, bagaimana dengannmu selama aku tidak ada bersamamu? Apakah ada yang mencurigakan di sekitar sini atau di dekatmu?"

"Tidak ada. Semuanya berjalan dengan baik. Meskipun aku kesepian."

Mahram Untuk NafisahWhere stories live. Discover now