Chapter 22

8.2K 776 49
                                    

Perlahan, Nafisah membuka kedua matanya. Hal yang pertama kali ia lihat adalah tempat dan suasana yang berbeda. Lampu kamar terlihat temaram. Gorden minimalis berwarna abu tertutup rapat. Nafisah meringis geli ketika merasakan gesekan halus yang berasal dari jambang tipis Daniel mengenai pipinya.

"Sudah bangun, sweety?

Nafisah langsung bangun dan duduk tegak. Ia mengecek dirinya yang kini sudah berganti pakaian mengenakan baju piyama berbahan satin selembut sutra berwarna putih gading.

"Dimana bajuku?! Siapa yang menggantinya?"

"Pakaianmu kotor dan sudah aku buang."

"Daniel!"

"Aku tidak suka modelnya, terlalu pasaran. Nanti aku belikan yang baru."

Nafisah menatap tak percaya. Pria ini sudah keterlaluan.

"Kamu tidak perlu malu kalau aku yang menggantinya, bukankah kita sudah saling melihat satu sama lain?"

Daniel ikutan bangun, membisik ke telinga Nafisah dengan suaranya yang serak.

"Tepatnya 1 jam yang lalu. Rasanya aku tidak bisa menahan diri kalau sudah di dekatmu, Sayang.."

Nafisah hendak protes. Ia menatap Daniel dengan tatapan ingin membunuh saja rasanya. Namun ia terdiam, wajahnya seketika memerah malu begitu melihat Daniel tidak mengenakan kaos atasan dengan penampilannya yang eksotis.

Daniel tersenyum geli. Sadar kalau Nafisah terlihat sok kegengsian setelah melihat fisiknya. Daniel berdeham. "Kalau kamu berpikir untuk pulang, sebaiknya hentikan. Rumah kamu disini."

Plak! Tanpa basa basi Nafisah kembali menampar Daniel. Nafisah bergerak cepat, turun dari tempat tidur besar berukuran king size. Daniel hanya menggelengkan kepalanya sembari mengusap pelan ujung alisnya yang tebal. Ia tertawa pelan dengan suaranya yang rendah. Nafisah benar-benar keras kepala. Batin Daniel. Tiba-tiba dia menggendong Nafisah dan mengarahkan ke pundaknya.

"Daniel! Turunkan aku!"

Nafisah meronta, protes, bahkan memukul-mukul punggung Daniel begitu pria itu malah menggendongnya tanpa permisi ke pundaknya.

"Aku bukan karung beras! Kurang ajar!"

Dalam sekali hentak Daniel merebahkan Nafisah ke atas tempat tidur. Nafisah ingin kabur. Benci karena ia seperti wanita yang di sandera. Dan lagi, air mata mengalir di pipi Nafisah.

"Daniel, please.."

"Kamu memohon padaku untuk menidurimu sekarang?" Kerutan di dahi terlihat. Mata Daniel berkilat-kilat nakal. Ia suka menggoda Nafisah dengan candaannya. Daniel, ucapan songongnya beserta otak kotornya.

Bruk! Daniel meringis kesakitan. Tanpa di duga Nafisah menendang selangkangannya. Pria itu terjatuh ke lantai. Lalu secepat itu Nafisah menarik selimut bed cover. Ia melemparkan ke arah tubuh Daniel lalu dalam gerakan cepat ia menggulingkan badan Daniel ke dalam selimut.

Daniel meronta. Tubuhnya terbungkus selimut tebal. Rasanya begitu panas dan gerah. Dengan santai Nafisah menaikan salah satu kakinya ke atas tubuh Daniel.

Mahram Untuk NafisahWhere stories live. Discover now