Chapter 24

8.2K 797 50
                                    

Zulfa mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Begitu ia menerima chat berisikan sherlock yang berasal dari Nafisah, buru-buru Zulfa langsung menuju lokasi.

Sepanjang jalan, Zulfa mulai berpikir. Ada apa dengan wanita itu? Tumben sekali kenapa dia tidak membawa motornya? Tidak membutuhkan waktu yang lama, Zulfa menepi di pinggir jalan. Tepat sesuai titik lokasi. Zulfa keluar dari mobilnya, menengok kanan kiri mencari sosok Nafisah. Ia pun segera menghubunginya

"Zulfa.."

Zulfa menoleh ke belakang. Ia menganga lebar. Tidak jadi menghubungi Nafisah dan langsung kembali menyimpan ponselnya. Zulfa juga tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

Seorang Nafisah yang biasanya terlihat rapi, feminim, tiba-tiba berubah menjadi seperti orang yang tidak waras? Astaga yang benar saja!

Nafisah hanya memakai piyama putih, potongan kain yang berantakan dan tidak rapi untuk di bentuk menjadi jilbab segi empat serta kaus kaki hitam yang terlihat kebesaran di kakinya. Sepertinya bukan kaus kaki untuk perempuan.

"Ya Allah, Allahuakbar! Nafisah, serius ini kamu? Astaga, ya Allah....!!!!"

Sudah Nafisah duga. Zulfa pasti akan bereaksi seperti ini. Ia menghela napas kasar. "Cepat, kita harus segera pergi dari sini!"

"Iya, tapi-" Ucapan Zulfa terpotong. Ia terkejut dan masih tidak percaya. Zulfa menghentak kasar salah satu kakinya di atas trotoar. "Yaudah Oke. Kita masuk mobil dulu. "

Mobil sudah berjalan dengan kecepatan sedang. Sesekali Zulfa melirik ke samping, memperhatikan Nafisah yang menatap ke kaca jendela yang ada di sampingnya. Tatapan temannya itu terlihat sendu.

"Naf.. " panggil Zulfa sembari fokus menatap jalanan di depannya.

"Hm.. "

"Aku yakin kamu lagi nggak baik-baik, aja. Tapi, bisa jelasin nggak? Kenapa tiba-tiba kamu terlihat begini? Kayak bukan kamu loh, Naf."

"Memangnya aku terlihat seperti apa?"

"Kayak orang.. " ucapan Zulfa menggantung. Sedikit ragu untuk mengatakannya. Khawatir bila Nafisah tersinggung.

"Orang gila? Kurang waras?" sela Nafisah akhirnya.

Jangankan Zulfa, Nafisah sendiri saat ini merasa kurang waras. Bisa-bisanya ia selemah itu ketika di hadapan Daniel. Sepertinya setelah ini ia harus meruqiyah diri agar iman nya tidak lemah terhadap setan berwujud manusia tampan macam Daniel.

Akhirnya Zulfa memaksakan senyumnya. "Em, macam begitu lah. Kurang waras. Pasti karena Daniel, kan?"

Nafisah memejamkan matanya. Sebuah genggaman hangat menyentuh tangannya. Nafisah menoleh ke samping.

"Pasti berat bagimu, Naf. Tapi jangan pernah sungkan kalau mau cerita apapun sama aku. Aku akan menunggu sampai kamu siap."

"Terima kasih.. " Nafisah membalas dengan mengelus pelan punggung tangan Zulfa. Lalu akhirnya Zulfa kembali memegang kemudi setirnya.

Perjalanan mereka kali ini adalah keluar kota. Nafisah memutuskan ikut dengan Zulfa untuk menghindari segala permasalahan yang ada. Sebelumnya, Nafisah sudah menghubungi Zulfa dan mengatakan kalau ia bersedia ikut bersamanya. Lagian, tidak mungkin juga ia pulang ke rumah Pak De dan Bude nya dalam keadaan penampilan seperti ini. Apalagi kalau Hanif sampai tahu.

Mahram Untuk NafisahNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ