Chapter 49

7.5K 809 46
                                    

Menghindar lebih baik. Itu yang Nafisah lakukan saat ini. Jujur, ia tidak suka melihat Daniel makan malam berdua dengan wanita lain. Nafisah sudah bekerja keras memasak, menghalau rasa pusing, mual, mood yang kurang baik. Demi memberi kejutan untuk Daniel, suaminya.

"Ada yang panas. Tapi bukan Matahari."

Nafisah baru saja hendak menaiki anak tangga kedua, ia langsung menghentikan langkahnya. Menoleh kebelakang, Nafisah mendapati Marcello menatapnya sinis.

"Bukankah mereka cocok? Evelyn dan Daniel. Ah sayang sekali, status mereka saudara tiri. Sebagai seorang sahabat yang sudah bersamanya selama 15 tahun ini, aku bisa menilai wanita seperti apa yang tepat untuknya."

Apakah Marcello baru saja menyendirnya?

"Apa masalah anda dengan saya Tuan Marcello terhormat? Apakah saya sudah membuat kesalahan?" Nafisah menatap pria asli kelahiran Italia itu dengan tatapan tak kalah sinis. Marcello baru saja berbahasa Indonesia padanya dengan ucapannya yang kaku. Tapi cukup jelas untuk di dengar.

"Menurutmu?"

Nafisah mendecak. "Jika tidak ada hal penting yang ingin di bicarakan, sebaiknya anda pergi saja. Permisi."

"Kau memang tidak membuat kesalahan padaku." imbuh Marcello.

"Ma hai commesso un errore con tuo marito.."

( Tapi kau membuat kesalahan pada suamimu..)

Lagi, Nafisah benci dirinya tidak mengetahui arti bahasa Italia. Ia menatap Marcello balik dengan pandangan amarah.

"Wes, sak karepmu Mas! Mumet kepalaku karo awakmu. Dasar Wedus!"

Reaksi Marcello langsung berubah. Kedua matanya terbelalak kaget. Seperti tampang bodoh sambil menunjuk dirinya.

"What? Apa katanya? Wed.. Wed apa? Wed.. " Marcello berpikir sejenak.

"Duss.. Duss. Apa maksudnya?" 

Marcello merasa tak terima. Ia ingin mengumpat tapi Nafisah sudah menghilang dari pandangannya. Nafisah sendiri mempercepat langkahnya. Sejak tadi ia menahan amarah pada Daniel, di saat yang sama Marcello juga melakukan hal yang sama. Membuatnya jengkel.

Nafisah sudah berada didepan pintu kamarnya, ia menarik napas sejenak dan menghembuskannya secara perlahan.

"Tarik napas Nafisah... Hembuskan.. "

"Ingat, kamu jangan mudah terpengaruh sama apa yang kamu lihat. Oke? Kamu lagi nggak cemburu. Cuma kecewa aja."

"Dan juga jangan marah. Kalau kamu begitu, yang ada dia akan besar kepala dan membuatnya terpikir kalau kamu cemburu!"

Nafisah kembali menambah tingkat ketinggian pada tembok yang ia bangun pada dirinya. Benteng itu harus kuat. Jangan sampai goyah dengan resiko sejarah masalalu yang bisa saja terulang.

Nafisah akhirnya memasuki kamarnya. Samar-samar ia melihat siluet seseorang di balkon. Nafisah menyipitkan matanya, melangkah pelan, sampai akhirnya ia terkejut. Daniel terlihat santai melahap makanan yang di atas meja. Sebuah meja berukuran sedang yang di peruntukan untuk dinner couple dengan suasana romantis.

Mahram Untuk NafisahWhere stories live. Discover now