"Aku di perkosa sama dia, Zul.. "

CCCCCCIIIIIIIITTTTTTTT!!!!!

Suara decitan ban mobil terdengar. Zulfa mengerem secara mendadak dengan tatapannya yang syok. Dengan cepat ia langsung menoleh ke arah Nafisah. Kali ini Zulfa benar-benar terkejut, ingin marah, bahkan rasanya ingin memukuli Daniel saat ini juga

"Naf, jangan bercanda."

"Aku serius.. " Air mata tak mampu Nafisah bendung. "Aku di paksa walaupun dia tidak melakukan kekerasan dan ancaman. Dia selalu menganggapku kalau aku adalah istrinya. Karena itu, dia bisa seenaknya melakukan apapun padaku."

"Ya Allah, Nafisah.." Zulfa menatap sedih ke arah Nafisah. "Kok dia begitu sih? Seenaknya apa-apain kamu? Lagian kalau memang Daniel itu suami kamu, pasti ada omongan dulu kan, dari keluarga kamu. Terutama Papamu. Apakah Papamu ada bilang mau nikahin kamu?"

"Nggak. Sama sekali nggak.."

"Lalu? Kamu diam aja, begitu?"

"Aku sudah melaporkan hal ini pada pihak berwajib. Mungkin sekarang mereka mulai memproses penangkapan Daniel."

Zulfa mulai berpikir jernih. Sebenarnya dia was was dan cemas. "Oke, oke, begini. Kamu yakin ikut aku keluar kota? Perjalanan kita kesana kurang lebih 30 menit. Di sana ada acara keluargaku di hotel. Resepsi pernikahan."

"Aku yakin."

"Serius Naf?"

Nafisah memutar bola matanya dengan jengah. "Ya ampun ini anak. Aku serius. Kalau nggak, ngapain aku kabur?!"

Perlahan, raut wajah Zulfa yang tadinya menegang akhirnya tertawa pelan. "Okelah kalau begitu. Tapi tidak dengan outfit mu yang begini kan?" Zulfa terbahak keras. "Jilbabmu bagus juga. Boleh dong kerja samanya buat aku jual ulang lagi?" goda Zulfa akhirnya.

Nafisah menyentil kepala Zulfa. "Teman lagi kena musibah dianya malah begini. Ini seprei si brengsek itu yang aku gunting asal. Nggak mungkin kan, aku kabur tanpa memakai jilbab?"

"Lah jilbab kamu, baju kamu kemana? Terus, kamu bisa kabur gimana ceritanya?"

"Dia membuangnya tanpa seizinku. Setelah itu dia mengusirku."

"Bejat banget sih jadi laki! Habis di pakai langsung buang gitu aja. Kamu sudah kayak macam sampah aja, Naf. Nih maaf ya, aku ngomong gini. Jangan tersinggung. Predator macam dia emang pantas masuk penjara biar nggak banyak makan korban lagi!"

"Tapi aku terpikir satu hal deh, Naf." tambah Zulfa lagi.

"Apa?"

"Kenapa kamu nggak minta Hanif nikahin kamu? Supaya dia bisa-"

"Kalau berharap minta perlindungan sama dia, sebaiknya tidak. Aku tidak akan menikah dengan siapapun." potong Nafisah cepat. "Apalagi dengan alasan supaya ada yang lindungin aku. Aku nggak butuh di kasihani dengan sosok pria manapun, apapun modelnya."

"Ah masaaaaa... " goda Zulfa lagi. "Sombong banget sih, janda satu ini." Zulfa tertawa geli. "Hati-hati loh, laki macam Daniel itu bukan laki-laki biasa. Dia terlihat misterius dan menantang. Ya walaupun sifatnya bejat. Aku yakin, walaupun besok atau kapan dia tertangkap sama polisi. Dramamu sama dia akan terus berlanjut."

Mahram Untuk NafisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang