SPECIAL CHAPTER + INFO PRE ORDER

86.4K 8.2K 2K
                                    

Silahkan dibaca sebelum aku hapus😊

Seneng gak? Ini beneran chapter spesial yang aku janjiin, gak boong! Scroll sampe bawah!

Besok, 04 November pukul 14.00 WIB Pre-Order novel ALAN bakal dibuka yeayyyyyyy😍😍😍😍😍

Jangan sampai ketinggalan yaaa!!! Simak info lebih lanjuttt mengenai PO setelah baca keuwuan Alan dan Meisya di chapter spesial iniii!!!

Happy reading!💖

Happy reading!💖

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Meisya tampak begitu girang menemani maminya yang sedang membuat kue di dapur. Tentu saja gadis itu lebih banyak mengganggu Meca dengan pertanyaan-pertanyaan tidak penting daripada membantu menyelesaikan pembuatan kue.

"Mami, kenapa bisa suka sama Papi? Terus kenapa mau dinikahi Papi? Papi kan jelek," goda Meisya sembari menjilat butter cream dengan jarinya.

Meca berdecak pelan. "Jelek-jelek gitu Papi kamu bisa menghasilkan anak secantik kamu loh, Sya."

Meisya tertawa pelan. "Iya juga sih. Tapi Papi nggak seganteng Alan hahahaha..."

"Hm, mentang-mentang udah baikan sama Alan," balas Meca.

"Ih, tapi Meisya beneran penasaran loh. Kenapa Mami mau nikah sama Papi?"

"Soalnya Papi kamu anak tunggal kaya raya," enteng Meca menjawab.

Meisya mengangguk paham. "Alan juga kaya raya. Tapi bukan anak tunggal. Nggak papa deh, yang penting ganteng hehe..."

Drttt...drtt...drtt...

Meca menoleh ke arah meja makan. "Itu hape kamu kayanya yang bunyi."

Mata Meisya langsung berbinar bahagia. Pasalnya gadis itu sudah bisa menebak, itu pasti panggilan masuk dari Alan. "Bentar ya Mamiku sayang! Meisya mau ngangkat telfon dari calon menantu Mamiiii!"

Meca menggeleng heran melihat Meisya lari terbirit-birit hanya demi mengangkat telfon dari Alan.

"Mau ngangkat telfon aja lari-lari. Udah kaya cepirit di celana," dengus Meca. Wanita itu kembali fokus mengaduk adonan kuenya yang kedua.

Sementara Meisya, gadis itu sudah duduk manis di depan meja makan dengan ponsel yang ia tempelkan di telinga.

"Halo, Sya."

Meisya menahan pekikan girangnya kala mendengar suara sapaan dari Alan yang mengalun lembut di telinganya.

"Halo," jawab Meisya senetral mungkin. Jangan sampai Alan tahu kalau saat ini dirinya sedang menahan diri untuk tidak teriak-teriak saking bahagianya.

ALAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang