26. Kejujuran

102K 15.1K 4.8K
                                    

Haiiiii, gimana hari ini???

Alasan kalian masih nungguin Alan up???

Budayakan vote sebelum membaca, biar nanti ngga lupa karena keasyikan baca <3

Jangan lupa follow Instagram :

@tamarabiliskii
@drax_offc
@draxfanbase
@draxfanbase2

@alan.aileen
@meisyanata_
@galaarsenio
@ilhamgumilar1
@akbar_azzaidan
@sarahadeevaa

*****

Kenan

Sya Sorry, gue ngga bisa jemput. Angel butuh bantuan gue. Mamanya semakin parah. Gue kasian dia nangis-nangis, katanya dia lagi sendirian. Ngga papa kan kalo gue ngga jadi jemput lo?

Meisya tertawa tidak habis pikir. "Sendiri? Apa ngga salah? Padahal papi udah bayar orang buat jaga mamanya."

"Ck, drama."

Alan di sebelah Meisya menatap Meisya dalam diam. Dalam dia ia mencari tahu. Dalam diam Alan tahu segalanya. Dalam diam Alan juga mulai....ah tidak!

"Dia ngga bisa jemput?"

Meisya melirik Alan sekilas lalu melempar pandangannya ke sembarang arah. Yang penting tidak ke Alan. "Gue bisa naik taksi."

Alan mengangguk paham. "Hm, kemaren katanya ada cewek naik taksi malem-malem terus dirampok, dibunuh juga."

Mata Meisya melotot ke Alan. "Lo boong kan? Hayo ngaku?! Gue sama sekali ngga percaya sama bualan yang lo buat!"

Dengan sombongnya gadis itu beranjak dari duduk hendak mencari taksi. Tapi setelah Meisya pikir-pikir lagi. Alan ada benarnya juga, di zaman sekarang sangat rawan terjadi hal seperti itu. Apalagi sekarang sudah di atas jam sepuluh.

"Kenapa?" tanya Alan melihat Meisya berbalik ke arahnya.

Meisya menggeleng. Ia gengsi untuk mengatakan yang sejujurnya. Ah, kenapa jadi seperti ini. Kemana Meisya yang biasanya tidak punya urat malu?

"Gue mau minta jemput papi." Gadis itu kembali duduk di sebelah Alan. Menyalakan ponsel dan....

"Ck! Kenapa mati sih!" kesal Meisya ternyata ponselnya mati karena kehabisan baterai. Sial.

Tersenyum miring. Alan berdiri. "Gue pulang duluan."

Meisya bergerak gelisah dalam duduknya. Bagaimana ini? Apa yang harus ia lakukan? Tadi dia sudah sombong kalau bisa pulang tanpa bantuan Alan. Nyatanya? Sekarang dia malah sangat membutuhkan bantuan Alan. Ah, masa bodo dengan rasa gengsi.

"Lan!" Oke, ngga papa. Kembali ke Meisya yang tidak punya rasa malu sepertinya ide bagus.

Tanpa sepengetahuan Meisya. Alan tersenyum tipis. Ia berhenti, lalu berbalik badan menatap Meisya. Satu alisnya terangkat. Seolah bertanya, kenapa?

"Gue...." Meisya nyengir memperlihatkan deretan gigi putihnya. "Gue nebeng lo deh hehe...."

Sebuah ide bagus muncul di otak jenius Alan. Cowok itu pura-pura berpikir sejenak. Menimbang-nimbang, apakah ia mau menebengi Meisya?

Meisya mengigit bibir bawahnya khawatir. Takut Alan tidak mau mengantarkannya pulang. Meisya tahu, Alan itu manusia super tega. Meski kadang juga baik sih. "Gue bayar deh!" celetuk Meisya yang tidak sabar dengan ekspresi berpikir Alan.

"Gue ngga mau dibayar pake uang."

"Terus?" Pake daun gitu? Alan ini ada-ada saja.

Meisya melihat Alan menghela napas. "Ntar gue pikir-pikir dulu bayaran apa yang pas buat lo. Gimana?"

ALAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang