19. Sebenarnya

107K 14.8K 5.1K
                                    

Absen tim suka Alan cuek :

Absen tim suka Alan bucin :

Budayakan vote sebelum membaca, biar nanti ngga lupa karena keasyikan baca <3

Jangan lupa follow Instagram :

@tamarabiliskii
@drax_offc
@draxfanbase
@draxfanbase2

@alan.aileen
@meisyanata_
@galaarsenio
@ilhamgumilar1
@akbar_azzaidan
@sarahadeevaa

"Kenapa?"

Alan duduk di depan Angel. Saat ini mereka sedang berada di salah satu kafe dekat rumah sakit. Tadi Angel meminta Alan untuk menemuinya karena ada hal yang ingin Angel sampaikan.

"Lan," Angel menunduk. Tidak lama kemudian air matanya jatuh. Awalnya hanya satu dua bulir saja namun lama kelamaan air mata itu jatuh semakin banyak.

Melihat Angel seperti sedang tertekan. Alan jadi tidak tega, ia berdiri lalu menarik kursinya menjadi di sebelah Angel. Alan merangkul pundak gadis itu. "Lo ada masalah?" tanyanya lembut.

Anggel mengangguk. "Gue bingung harus mulai cerita dari mana. Gue bener-bener bingung, Lan. Gue ngga punya siapa-siapa buat ceritain ini semua. Cuma lo, cuma lo...satu-satunya orang yang mau dengerin keluh kesah gue selama ini."

Alan menghela napas beratnya. Satu tangannya yang masih ada di pundak Angel, ia gerakan untuk menepuk-nepuk pundak rapuh itu. Sementara tangannya yang satu ia gunakan untuk mengusap air mata di pipi Angel. Alan bisa merasakan semua kesedihan yang Angel rasakan, karena selama ini, gadis itu selalu menceritakan semua masalahnya pada Alan.

"Kalo lo udah siap cerita, cerita aja. Gue bakal dengerin semua keluh kesah lo dengan senang hati."

Angel menatap Alan lekat. Selama ini Alan sudah terlalu baik padanya. Meskipun tidak banyak orang yang tahu tentang kedekatan mereka. Namun dibalik sikap Alan yang dingin dan cuek. Alan itu orang yang sangat baik bagi Angel. Selalu ada ketika Angel membutuhkan bantuan.

"Mama Lan..." Sepertinya Angel tidak sanggup melanjutkan ucapannya. Terbukti air matanya mengalir semakin deras. "Mama....hiks...."

"Tante Fira kenapa?"

"Kondisi mama semakin parah, kata dokter kemungkinan mama sembuh sangat kecil. Bahkan dokter bilang kalo umur mama ngga bakal nyampe satu bulan." Angel menjeda ucapannya. Ia menatap Alan dengan mata penuh binar kesedihan. Sangat berat bagi Angel untuk menceritakan tentang keadaan mamanya saat ini. Semua terlalu menyakitkan bagi Angel.

"Gue tau, umur itu ada di tangan Tuhan. Tapi....dengan keadaan mama yang kaya sekarang ngebuat gue pesimis. Gue takut, Lan. Gue takut banget. Gue ngga mau mama pergi ninggalin gue. Gue ngga punya siapa-siapa lagi selain mama...hiks.."

"Lo punya gue."

Angel menangis semakin kencang. "Kalo mama pergi, gue ngga mau tinggal sama keluarga papi, Lan. Gue...takut...hiks..."

*****

Alan berjalan memasuki kelasnya dengan satu tangan ia masukkan ke saku celana. Sementara satu tangannya lagi ia gunakan untuk memegang tas ransel hitam yang ia sampirkan di pundak kiri.

"Ganteng doang!" pekik Ilham heboh. "Eh engga, ganteng banget!"

Akbar berdecak sebal. "Bego udah jangan bacot mulu. Buru salin tuh PR bentar lagi bel."

"Tau, tinggal nyalin doang lama amat. Sini-sini buku gue, ngerjain sendiri sana," kata Gala menarik buku PR-nya.

"Astagfirullah, jangan pelit dong. Mentang-mentang pinter, sama temen sembarangan." Ilham kembali merebut buku PR milik Gala. Karena memang ia belum selesai menyalin.

ALAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang