25. Pertemuan Tak Disengaja

101K 14.5K 4.1K
                                    

Gimana hari kalian hari ini? Keluarin apa aja yang selama ini kalian pendem karena gak tau mau cerita ke siapa 🙂

Sekolah kalian masih daring???

Kalo kalian semangat vote dan komennya aku juga bakal semangat buat up, kuyy komen sebanyak-banyaknya!!!

Budayakan vote sebelum membaca, biar nanti ngga lupa karena keasyikan baca <3

Jangan lupa follow Instagram :

@tamarabiliskii
@drax_offc
@draxfanbase
@draxfanbase2

@alan.aileen
@meisyanata_
@galaarsenio
@ilhamgumilar1
@akbar_azzaidan
@sarahadeevaa

"Sadam!" Anton berdiri, ia begitu antusias menyambut kedatangan teman lamanya. "Astaga, lo masih ganteng juga."

Sadam terkekeh. "Ya iya lah, orang punya istri cantik gini. Makanya gue awet muda, keliatan ganteng terus." Sadam merangkul pundak Meca mesra.

"Halo, terakhir kita ketemu pas nikahan kalian ya?" Anton bersalaman dengan Meca. Begitupun dengan Andin. Ia langsung cipika-cipiki dengan Meca ala emak-emak jaman sekarang.

"Hm iya, abis itu pada lost contact," jawab Sadam tertawa. Tatapan Sadam teralihkan pada Alan, Erlang dan Aksa. "Wah, bibit lo unggul juga," kata Sadam kagum.

"Iya lah, bapaknya aja modelan gini masa anaknya ngga unggul," songong Anton. Lalu mempersilahkan Sadam dan Meca untuk duduk.

"Ayo salim sama om tante," kata Andin memberi instruksi pada ketiga anaknya.

Tanpa bantahan mereka langsung mencium punggung tangan Sadam dan Meca bergantian sebagai salam penghormatan kepada orang yang lebih tua. Saat Alan menyalaminya, Meca merasa tidak asing lagi. Tapi ia lupa pernah bertemu dengan Alan di mana.

"Maaf ya kita agak telat," kata Meca tidak enak.

Andin tersenyum ramah. "Ngga papa lah jeng, oh iya kalian cuma berdua?"

Mendengar pertanyaan dari Andin, Sadam menepuk jidatnya sendiri. "Astaga, anak gue ketinggalan di mobil."

Meca ikut terkejut. "Oh iya, Meisya kan ketiduran di mobil, pi."

"Meisya?" tanya Alan dalam hati. Entah terlalu cuek atau bagaimana, Alan sampai tidak ingat jika Meca adalah mami Meisya. Orang yang pernah memberinya kue sewaktu ia mengantar Meisya pulang dari minimarket. Tapi setelah Sadam menyebut nama Meisya barusan, Alan langsung teringat. Bahwa Meca memang mami Meisya.

"Bentar ya gue manggil anak gue dulu." Sadam beranjak dari duduknya untuk kembali ke mobil. Bisa-bisanya dia lupa kalau membawa anak gadis.

"Sya," panggil Sadam lembut. Ia menepuk-nepuk pipi Meisya pelan. Membuat gadis itu menggeliat dalam tidurnya.

"Apa sih pi?" Mata Meisya masih terpejam sempurna. Badannya bersandar nyaman di jok mobil.

"Bangun sayang, kita udah sampe."

"Hmm....iya bentar. Lima menit lagi ya pi?" tawar Meisya yang merasa matanya masih sangat berat. Tidak bisa terbuka.

"Lima menit, lima menit. Ayo sayang, temen papi udah nungguin loh. Papi ngga enak. Udah telat, kamu malah tidur."

"Piiii....Meisya ngantuk!" Coba saja gadis itu tahu kalau yang akan ia temui itu keluarga Alan. Sudah pasti Meisya akan semangat empat lima. Tidak mungkin malas seperti sekarang. Apalagi sampai ketiduran.

ALAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang