63. Terbongkar

132K 17.4K 20.4K
                                    

Ekspresi kalian pas pertama buka chap ini

Sekolah kalian udah libur kan?

Aku kemusuhan sama kalian kalo gak komen yg banyak😠

Meisya sama El itu sama2 kecelakaan 8 tahun yg lalu kalo aku nulis 10 tahun, itu aku salah ketik ya

Chap ini menjelaskan banyak hal, mohon dibaca dengan sangat teliti. Kemungkinan update selanjutnya agak lama karena aku udah gak ada drafnya dan lagi males juga, tp kalo banyak yg komen dan vote ya bisa dipertimbangkan lah wkwk

Budayakan vote sebelum membaca, biar nanti ngga lupa karena keasyikan baca <3

________________________________


"Gue bilang enggak ya enggak!" bentak Alan emosi. "Erlang gak perlu bantuan dari lo! Seharusnya lo sadar! Erlang kaya sekarang juga gara-gara lo! Lo itu emang beneran pembawa sial!"

Mata Meisya berkaca-kaca. Niat baiknya membantu Erlang ternyata justru tampak buruk di mata Alan. "Terserah lo mau bilang apa! Gue gak peduli! Gue bakal tetep donorin darah gue buat Erlang!" balas Meisya penuh tekad.

Angel di samping Alan berdecak tidak suka. "Udah sakit masih aja sok baik. Harusnya lo sadar diri! Coba kalo lo gak minta ketemu sama Erlang dan lo gak pake helmnya Erlang. Erlang gak bakal ada di posisi sekarang."

Meisya memejamkan mata untuk menahan diri agar tidak membalas ucapan Angel. Gadis yang duduk di atas kursi roda itu melirik ke samping. Sepertinya Sadam, Meca dan Andra masih asyik mengobrol dengan Anton dan Andin. Entah apa yang mereka obrolkan. Meisya tidak tahu karena posisi mereka agak jauh.

"Lo gak usah ikut campur. Ini bukan urusan lo." Meisya melirik Angel dengan tatapan tidak suka. Rasanya begitu sulit menahan diri untuk tidak membalas ucapan Angel. "Gak usah nyuruh gue sadar diri kalo kenyataannya lo lebih gak tau diri!"

Angel menggeram. "Maksud lo apa ngatain gue gak tau diri?!"

"Apa perlu gue beliin kaca yang besar biar lo sadar?"

Napas Angel memburu naik turun. Dadanya serasa ingin meledak mendengar hinaan dari Meisya. "Jangan mentang-mentang, papi udah baik sama lo. Lo jadi seenaknya dan sok berkuasa kaya gini, Sya!"

Meisya tertawa mengejek. "Ya emang kenyataannya gue lebih berkuasa daripada lo!"

"Lo itu..."

"Stop Angel!" sela Alan cepat. "Gue pusing denger perdebatan gak guna kalian!" Alan hendak pergi tapi Angel berhasil menahannya.

"Di sini aja, Lan. Maaf gu..."

"Ck! Diem!"

Angel mengatupkan bibirnya kembali ketika melihat ekspresi marah di wajah Alan. Lantaran jika Angel tidak mendengarkan ucapan Alan, Alan pasti akan marah besar padanya. Angel tidak mau itu terjadi. Apalagi sekarang cowok itu terlihat sedang tidak baik-baik saja. Keadaannya sangat berantakan dengan baju dan rambut yang acak-acakan.

ALAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang