65. Perjuangan Alan

124K 15.5K 13.8K
                                    

Haii, seneng gak Alan up lagi?

Komen bisa tembus 50k, aku up lagi besok haha. Buat seru-seruan aja sih, udah lama gak gini. Kalo beneran bisa berarti kalian niat bgt🤣

Absen di sini pake emot yang rame dong :

Budayakan vote sebelum membaca, biar nanti ngga lupa karena keasyikan baca <3

________________________________


"Aksa udah bangun?"

Aksa, anak laki-laki yang baru saja ketiduran di sofa ruangan Erlang dirawat itu menjawab santai. "Belom ma, ini Aksa lagi mimpi."

Anton terkekeh. Ternyata anak bungsunya sudah mewarisi sifat tengilnya sejak dini. "Sini-sini anak papa. Ini bang Er udah bangun. Katanya kangen?" tanya Anton sembari membawa Aksa ke dalam gendongan.

Aksa menatap Erlang sekilas lalu menggeleng. "Gak jadi kangen."

Dahi Andin mengernyit heran. "Loh kenapa?"

"Muka bang Er lebih ngeselin kalo melek. Mending merem aja deh."

"Sembarangan lo!" sahut Erlang tidak terima. "Paling kemaren lo nangis-nangis nyariin gue. Sekarang gue udah bangun lo malah sok jual mahal."

Erlang memang sudah sadarkan diri sejak tadi sore dan sekarang sudah dipindahkan ke ruang rawat inap biasa. Cowok itu sudah terlihat membaik. Bahkan sudah bisa bercanda seperti kemarin-kemarin saat masih sehat.

"Jujur aja lo kangen sama gue kan, Pong?"

Mata Aksa mengerjap beberapa kali. Kemudian mengangguk. "Iya."

"Tuh kan, pesona gue emang gak usah diraguin lagi."

"Tapi boong pale pale!" ledek Aksa menjulurkan lidah ke Erlang.

Andin dan Anton hanya bisa menggeleng heran. Dua anaknya ini memang jarang bisa akur. Tapi sebenarnya mereka berdua saling sayang. Kalau salah satu tidak ada pasti saling mencari.

"Pa..." rengek Aksa dalam gendongan papanya.

"Kenapa?"

"Aksa mau nonton youtube."

Dengan terpaksa Anton memberikan ponselnya pada Aksa. Agar anaknya itu tidak rewel. Akhir-akhir ini Aksa memang lebih senang menonton youtube dibanding bermain game seperti biasanya. Entah apa alasannya.

"Bang Al kemana?" tanya Erlang tiba-tiba.

"Ke Meisya."

"Mereka udah baikan, pa?" Erlang terlihat kaget. Karena seingatnya sebelum kecelakaan terjadi, Alan dan Meisya masih dalam mode bermusuhan. Apa sekarang mereka tiba-tiba berbaikan?

"Udah," angguk Anton. "Eh maksudnya belom baikan. Meisya belom maafin abang kamu. Tapi abang kamu udah sadar. Gitulah pokoknya."

Andin menatap Erlang. "Kamu tahu gak siapa yang donorin darah buat kamu?"

"Siapa?"

"Selain papa, ada Meisya sama Andra."

"Kayanya banyak yang terjadi pas Erlang koma. Ceritain dong, pa, ma. Masa seorang Erlang kudet. Gak banget."

"Wani piro?" kekeh Anton dengan logat sok jawa. Padahal Anton bukan orang jawa. Jadi, bahasanya malah terdengar agak aneh.

"Ayolah, pa. Kalo papa gak mau cerita Erlang koma lagi nih."

ALAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang