59. Sindiran Meisya

102K 14.2K 9.2K
                                    

Seperti yg uda aku kasih tau di story instagram aku yaaa kalo part ini gak mengungkap apa2, teka-teki terungkap dan semua terbongkar mulai part 60, itu artinya setelah part ini.

Btw aku lagi bikin voting di instagram @tamarabiliskii, minta pendapat kalian mau end di part berapa. Jadi silahkan sumbangkan suara kalian di sana. Karena itu bakal jadi pertimbangan besar buat aku.

Bosen gak sih baca cerita ini? Janlup komen sebanyak-banyaknya yaa!!!

Budayakan vote sebelum membaca, biar nanti ngga lupa karena keasyikan baca <3

Jangan lupa follow Instagram :

@tamarabiliskii
@drax_offc
@draxfanbase
@draxfanbase2

@alan.aileen
@meisyanata_
@galaarsenio
@ilhamgumilar1
@akbar_azzaidan
@sarahadeeva
@erlangaileen

_______________________________


"Ini buat cucu oma yang paling cakep."

Erlang menerima amplop pemberian omanya dengan senyuman lebar. "Makasih oma! Erlang jadi makin sayang sama oma! Apalagi kalo ngasihnya sering hehe..."

"Aksa sini," panggil Ani. Wanita berusia 65 tahun yang merupakan ibu kandung dari Andin itu melambaikan tangan ke Aksa.

Aksa mendekat. "Kenapa? Aksa mau dikasih juga?" tanya Aksa dengan mata mengerjap polos.

"Iya dong, kan Aksa juga cucu oma. Ini buat Aksa." Ani menyodorkan amplop berisi uang ke Aksa tapi anak itu tidak kunjung mengambilnya. Membuat Ani mengerutkan kening, heran.

"Kenapa?"

Aksa tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya menjawab. "Aksa gak mau. Buat oma aja."

"Loh kenapa, sayang?" bingung Ani.

Tumben sekali Aksa tidak mau. Padahal kalau tidak dikasih, anak itu pasti akan langsung nangis kejer seperti kejadian beberapa bulan yang lalu. Dulu Ani memang tidak memberi Aksa uang. Hanya Alan dan Erlang saja yang ia beri. Karena menurut Ani, waktu itu Aksa masih terlalu kecil dan pastinya belum mengerti uang. Jadi, ia hanya membawakan banyak mainan untuk Aksa. Namun ternyata Aksa justru menangis karena tidak mendapat uang seperti abang-abangnya. Maka dari itu sekarang, Ani berinisiatif memberi Aksa uang juga.

Aksa menggeleng, mendorong tangan Ani yang menyodorkan amplop untuknya. "Gak papa. Gak usah oma," tolak Aksa lembut.

"Beneran gak mau?"

"Gaya lo pong!" cibir Erlang. "Kalo Aksa gak mau kasih ke Erlang aja oma."

"Aksa kenapa gak mau, sayang?" tanya Ani lembut sambil mengusap surai anak laki-laki di hadapannya itu.

"Gak papa oma. Aksa gak usah. Itu buat oma aja."

Ani menghela napas pelan. Kalau cucunya sudah menolak mau bagaimana lagi? Nanti kalau ia memaksa takutnya Aksa malah menangis. "Ya udah nih ambil buat kamu aja Er. Oh iya punya abang kamu jangan lupa kasih ya. Oma mau pulang, gak bisa nunggu abang kamu sampe malem."

"Makasih oma," cengir Erlang menerima amplop jatah Aksa dan jatah Alan. "Nanti pasti Erlang kasih ke bang Alan kok. Oma hati-hati ya."

Beberapa menit setelah kepergian omanya. Aksa tiba-tiba menangis meraung-raung memanggil mamanya.

ALAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang