6. Drama Pagi Hari

136K 18.3K 4.7K
                                    

Halooo? Kangen Alan Meisya?

Budayakan vote sebelum membaca, biar nanti ngga lupa karena keasyikan baca <3

Jangan lupa follow Instagram :

@tamarabiliskii
@drax_offc
@draxfanbase
@draxfanbase2

@alan.aileen
@meisyanata_
@galaarsenio
@ilhamgumilar1
@akbar_azzaidan

"BANG ALAAANNNN....!!!!"

"BANG ALAAANNNN....!!!!" teriak Erlang terus menggedor-gedor pintu kamar Alan. Namun belum ada jawaban apa-apa. Erlang semakin mengencangkan teriakannya.

"BANG ALAAANNN!!!"

"BANG ALAN KEBAKARAN!!!!"

"Lo mati apa isdet sih bang!" gerutu Erlang sebal.

Erlang kembali berteriak. "BANG ALAN...!!!!"

Ceklek.

Alan membuka pintu kamarnya santai. Menatap Erlang datar. "Kenapa?" tanyanya dengan sebelah alis terangkat.

Erlang geleng-geleng heran sembari mengelus dada dramatis. Bukan Erlang namanya kalau tidak dramatis. "Ya Allah bang, lo mati apa gimana sih? Gue gedor-gedor dari tadi diem doang!"

"Sampe kering nih tenggorokan gue," lanjut Erlang mengusap lehernya.

"Kenapa?" ulang Alan. Bukannya langsung menjawab, Erlang malah berbelit-belit.

"Kenapa-kenapa, lo 'kan bang yang masukin Alex ke dalem lemari gue?" tuduh Erlang tanpa basa-basi. Lagian siapa lagi yang akan melakukan hal itu kalau bukan sialan.

"Kenapa?"

Erlang berdecak. "Kenapa, kenapa, kenapa, lo ngga punya kosa kata lain?"

"Why?"

Erlang yang semakin kesal langsung memanggil mamanya. Ini jurus terakhir ketika dirinya kalah berdebat dengan Alan. Cupu memang. "MA...!!! BANG ALAN NIH NGGA MAU NGAKU!"

Mata Alan membulat seketika. Adik laknatnya yang satu ini selalu saja menjadi tukang ngadu. Ujung-ujungnya pasti Alan yang kena marah. Padahal salahkan saja si Alex yang buang air besar sembarangan. Sampai membuat Alan murka dan berujung memasukkan Alex ke dalam lemari Erlang.

"Kenapa lagi?" Andin datang menghampiri Alan dan Erlang.

"Ini ma, bang Al masa ngga mau ngaku kalo udah masukin si Alex ke dalem lemari. Kasian tau ma, kalo sampe Alex meninggal gimana?" adu Erlang sok sedih.

"Dikubur," sahut Alan.

"Tuh ma, anak mama ngga punya hati."

"Kalo ngga punya hati gue mati."

"Kan ma, bang Al nge..."

"Udah-udah," potong Andin. Andin menghela napas lelah. Dua anaknya ini selalu saja ribut pagi-pagi. Yang satunya banyak bicara, tukang ngadu. Yang satunya lagi cueknya kaya batu.

Gimana ngga pusing jadi seorang ibu seperti Andin. Belom lagi kalau si Aksa, si anak bungsu nangis karena dijahili Erlang. Makin pusing jadinya.

"Udah bang, minta maaf ke Erlang," putus Andin. "Kalo abang mau minta maaf pasti masalahnya selesai."

"Alan ngga salah," bantah Alan. Enak saja dirinya harus meminta maaf, ini kan terjadi karena salah si Alex.

Erlang terkejut mendengar ucapan Alan barusan. Jadi maksudnya di sini yang salah dirinya gitu? Tidak bisa dibiarkan!

ALAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang