28. Keputusan Yang Menyakitkan

110K 14.3K 5K
                                    

Absen dulu kuy, hari minggu lagi pada ngapain selain ngehalu & baca Wattpad?

Budayakan vote sebelum membaca, biar nanti ngga lupa karena keasyikan baca <3

Jangan lupa follow Instagram :

@tamarabiliskii
@drax_offc
@draxfanbase
@draxfanbase2

@alan.aileen
@meisyanata_
@galaarsenio
@ilhamgumilar1
@akbar_azzaidan
@sarahadeeva

__________________________________

"Terkadang kita harus belajar, belajar menerima meskipun tidak mudah"

____________________________________


"Hai, capek ya? Sama kok gue juga."

Ilham duduk di sebelah Alan sembari memegang botol air mineral yang baru saja ia beli. Sementara Gala dan Akbar duduk di seberang meja juga sedang menikmati segelas es teh.

Gala melirik Ilham jengah. "Drama."

"Bukan gue kalo ngga drama."

"Buset pak Surya kalo ngehukum ngga tanggung-tanggung, hampir dua jam kita disuruh berdiri di tengah lapangan kaya tadi," celetuk Akbar.

Ilham menyahut sembari mencomot gorengan di depannya. "Udah gitu berdirinya pake satu kaki. Kalo berdiri biasa mah, gue masih oke-oke aja. Pegel banget kaki gue sekarang. Berasa abis kerja keras buat nafkahin istri."

Akbar tertawa meledek. "Istri lo pak Surya? Hahaha..."

"Ya kali, gue masih normal. Nenda nomor satu di hati gue."

"Tapi lo ngga ada di hatinya Nenda," timpal Gala terkekeh. Membuat Ilham mengelus dada. Sabar.

"Lo liat apaan sih, Lan? Leher lo ngga salah bantal kan? Perasaan lo nengok ke sono mulu." Ilham kemudian mengikuti arah pandang Alan.

"Oh pantes," kata Ilham mengangguk-anggukan kepala. Ternyata dari tadi Alan melihat Meisya yang sedang makan di meja paling pojok bersama Sarah. "Samperin kek, diliatin doang."

Alan menghela napas kasar. Kenapa si jenglot yang satu ini selalu ikut campur. Ia kemudian melemparkan tatapannya ke sembarang arah yang penting tidak ke arah meja yang sedang Meisya tempati saat ini. Tapi susah, rasanya Alan ingin menoleh ke sana terus.

"Kalo Meisya udah capek ngejar, gantian lo yang ngejar lah Lan," usul Gala.

"Nah," angguk Akbar. "Lo kan cowok, masa maunya dikejar? Ngga gentle banget jadi cowok."

Ilham mengamati ekspresi wajah Alan yang sangat sulit ditebak. "Lo takut kehilangan Meisya karena lo suka sama dia? Apa lo cuma takut kehilangan salah satu orang yang selama ini ngejar-ngejar lo?"

Diam. Pertanyaan dari Ilham barusan benar-benar berhasil membuat Alan berpikir keras. Alan tidak tahu jawabannya. Ia takut kehilangan Meisya karena mulai ada rasa? Atau hanya sekedar takut kehilangan orang yang dari selama ini mengejar-ngejar dirinya?

"MEISYA!!!" Alan berdiri. Dengan cepat cowok itu berlari ke meja Meisya.

Meisya terkejut. Gadis itu sampai terbatuk-batuk. Alan sekarang mengungkung tubuh Meisya dengan kedua tangan kekarnya. Ia menahan agar tumpukan kardus air mineral yang berada di belakang Meisya tidak terjatuh mengenai Meisya.

ALAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang