27. Dihukum Pak Surya

109K 14.8K 6.4K
                                    

Kasih rating dari  1 sampe 10 buat cerita Alan :

Itu yang ngga mau vote jarinya masih aman ngga? 🙂

Budayakan vote sebelum membaca, biar nanti ngga lupa karena keasyikan baca <3

Jangan lupa follow Instagram :

@tamarabiliskii
@drax_offc
@draxfanbase
@draxfanbase2

@alan.aileen
@meisyanata_
@galaarsenio
@ilhamgumilar1
@akbar_azzaidan
@sarahadeevaa

"ILHAM!!!"

"Dalem sayang," jawabnya lirih. Takut pak Surya mendengar dan semakin ngamuk. Bisa makin runyam masalahnya.

Pak Surya mendekat. "Kamu bilang apa barusan?" deliknya tajam.

Ilham meneguk ludah kasar. "Itu pak, em anu...saya bilang, kenapa pak? Gitu pak, ngga boong, suwer terkewer-kewer!"

"Kenapa! Kenapa! Kamu dan teman kamu ini selalu saja bikin masalah! Saya capek!"

Pak surya menatap buas keempat muridnya yang sedang ia hukum berdiri di depan tiang bendera dengan satu kaki terangkat dan tangan memegang kedua telinga.

Akbar yang berdiri di sebelah Ilham menyahut. "Kalo capek bilang, pak. Jangan tiba-tiba ngilang kaya dia."

"Akbar saya tidak bicara dengan kamu!" bentak pak Surya membuat Akbar langsung kicep. Pak Surya kalau sudah marah memang mirip seperti singa betina yang sedang PMS. Bisa dibayangkan, betapa menakutkannya? Sudah singa betina, PMS lagi.

"Kok gue baper ya pas pak Surya manggil gue pake kata 'kamu'," bisik Akbar di telinga Ilham. Untung saja pak Surya tidak mendengar. Jadi posisinya masih aman.

Gala mendengus. "Ngamuk mulu kerjaan bapak. Ngga heran kalo cepet tua."

"Saya denger!" Pak Surya beralih menatap Gala. "Kamu ini waktunya pelajaran malah ngapelin pacar!"

"Ya masa mau ngapelin bapak," jawab Gala sembari menunduk. "Saya masih normal, pak."

Pak Surya geleng-geleng heran. Ia lelah menghadapi keempat murid bandelnya ini. Selalu saja berhasil membuatnya darah tinggi. "Kamu juga Alan. Waktunya pelajaran malah main basket di lapangan!"

"Kan bener, pak di lapangan," sahut Ilham. "Emangnya boleh main basket di ruang kepsek, pak?" tanya Ilham.

"Diam kamu, Ilham!" Pak Surya kembali menatap ke arah Alan.

Seperti biasanya, Alan hanya diam dengan ekspresi datar. Ia sadar kalau dirinya memang salah. Tapi sebenarnya Alan tidak merasa sepenuhnya salah dia. Karena tadi guru yang harusnya mengajar di kelas tidak kunjung datang. Jadilah Alan yang bosan di kelas langsung ke lapangan untuk bermain bola basket sendirian.

Apalagi tadi di dalam kelas sangat berisik. Alan tidak nyaman. Ilham dan Akbar memutar video dangdut di layar proyektor. Mereka berdua berjoget ria bersama anak-anak kelas yang memang biang onar. Tapi herannya yang lain tidak dihukum. Karena bagi pak Surya, apapun kerusuhan yang terjadi di kelas mereka. Biang onar nya sudah pasti Ilham dan Akbar. Tidak adil memang.

"Kalo sampai saya liat kamu main basket di jam pelajaran, saya akan keluarkan kamu dari tim basket sekolah!"

Akbar menyahut ambigu. "Baru juga masuk, masa udah mau keluar aja. Lemah."

"AKBAR!!!"

"Salah, pak," koreksi Ilham. "Harusnya kalo mau takbir, tuh Allahu Akbar, jangan ambil Akbarnya doang. Bapak ngga takut dosa?"

ALAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang