20. Ternyata Dia

102K 15K 3.9K
                                    

Kuy absen dulu yang selalu nunggu ALAN UP!!!!

Budayakan vote sebelum membaca, biar nanti ngga lupa karena keasyikan baca <3

Jangan lupa follow Instagram :

@tamarabiliskii
@drax_offc
@draxfanbase
@draxfanbase2

@alan.aileen
@meisyanata_
@galaarsenio
@ilhamgumilar1
@akbar_azzaidan
@sarahadeevaa

"Aksa, mama panggil-panggil kenapa ngga jawab?" Andin menhampiri Aksa yang ternyata sedang bersembunyi di balik gorden.

Aksa hanya diam menatap Andin. Kedua matanya mengerjap polos. Seperti orang yang tidak melakukan kesalahan apa-apa. Padahal jelas-jelas dari tadi Andin memanggil-manggil namanya. Namun Aksa tidak memberi jawaban apapun.

"Aksa mama nanya," kata Andin masih mencoba bersabar. "Kenapa Aksa diem aja?"

"Boleh ngomong?" tanyanya polos.

Dahi Andin mengernyit heran. "Kenapa nanya gitu? Kalo mama nanya ya emang Aksa harus jawab. Harus ngomong."

Aksa masih menatap mamanya tanpa ekspresi. "Tadi pas Aksa main lari-lari mama nyuruh diem aja. Sekarang Aksa diem, kenapa mama marah?"

Menghela napas, Andin memejamkan matanya sejenak kemudian menjelaskan pada Aksa. "Maksud mama, Aksa ngga boleh lari-lari, mainnya harus anteng. Kalo lari-lari kaya tadi terus jatoh gimana?"

"Terus kenapa Aksa berdiri di balik gorden?" lanjut Andin bertanya.

"Tadi pas mama nyuruh Aksa diem, Aksa larinya nyampe sini. Ya udah Aksa diem di sini. Aksa salah ma?"

Mendengar pertanyaan Aksa, Andin jadi puyeng sendiri. Ia tidak tahu harus menjelaskan bagaimana pada Aksa. Entah ini Aksa yang terlalu pintar atau Andin yang memang tidak bisa menjelaskan. Andin menyerah. Tolong beri tahu di mana letak kameranya.

"Ayo ikut mama, mama mau nanya sama Aksa." Andin mengandeng tangan Aksa lalu membawa anak itu ke ruang tengah. Di ruang tengah sedang ada Anton dan Erlang yang sibuk bermain PS. Sementara Alan, sibuk dengan laptopnya.

"Aksa duduk sini dulu," cegah Andin saat Aksa hendak duduk di pangkuan papanya untuk ikut menyimak game yang sedang Anton dan Erlang mainkan sekarang.

Aksa menurut, ia duduk di sofa sebelah Andin dan Alan. "Aksa mama mau ngomong."

"Bukannya dari tadi mama udah ngomong terus ya?" tanya Aksa heran. Perasaan mamanya sudah ngomong sejak tadi kenapa masih bilang kalau mau ngomong? Kan bengek.

Andin menghela napas lelah. "Bukan itu maksud mama, Aksa."

"Terus gimana? Emangnya dari tadi mama ngapain kalo ngga ngomong? Khotbah jum'at, ma?"

"Pfffttt....hahahaha..." tawa Erlang menggelegar.

"Erlang diem, ini pasti ajaran kamu, kan?" tuduh Andin.

Tanpa mengalihkan fokusnya dari layar televisi, Erlang menjawab. "Mama sembarangan, mana pernah anak mama yang imut, tampan, lucu, baik, pinter dan menggemaskan ini mengajarkan hal-hal buruk ke Aksapi."

"Aksa ganteng! Bukan Aksapi!" protes Aksa tidak terima. Sudah sering dikatakan Yulpong alias tuyul ompong. Sekarang ada lagi, Aksapi.

Aksa bangkit dari duduknya. Maju ke depan, kemudian menarik rambut Erlang ke belakang. Tanpa memedulikan seruan dari Andin dan Anton yang menyuruhnya berhenti.

"Woi anjir! Pala gue botak jadi onde-onde gue!" Erlang berusaha melepaskan tangan Aksa. Namun sulit, karena mungkin Aksa terlalu dendam hingga jambakannya sangat kuat. "Ngga estetik banget masa gue badboy tapi pala botak kaya onde-onde!"

ALAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang