"Lagian lo tau dari mana nama capungnya Aksa, Bar?"

"Itu si Keyla tiap hari ngomongin John. Gue kira John siapa anjrit, eh taunya nama capung si Aksa."

"Kalo nama kucing sama kelinci Erlang siapa ya? Lupa gue."

"Kucingnya Alex, kelincinya Audrey," jawab Akbar setelah mengingat-ingat.

"Dah lah kek orang setres bahas begituan," lerai Gala menatap Akbar dan Ilham jengah.

Ilham tertawa, menatap Gala sok menasehati. "Jangan gitu, Gal. Cewek lo kan juga pecinta piaraan. Lo sebagai ayah yang baik buat Joko Abraham harusnya bisa menyayangi Joko sepenuh hati seperti anak sendiri."

"Bodo."

"Kayanya seru ya kalo Ilham, Erlang, Riri sama Aksa kita satuin biar mereka bisa ngobrol bareng. Bahas hewan piaraan masing-masing. Pasti nyambung banget," kekeh Akbar memberi usul.

"Gak! Gak! Apaan Riri cewek sendiri," protes Gala posesif. "Gak boleh. Gak bakal gue izinin. Bisa-bisa bocil gue tercemar sama omongan Ilham apalagi Erlang."

"Posesif amat elah, bos. Padahal bagus saran gue. Menyatukan pecinta hewan."

"Gak!" gas Gala. "Gak ada bagus-bagusnya! Lebih bagus kalo Riri berduaan di kamar sama gue!"

Ilham menepuk-nepuk punggung Gala. "Istighfar brader!"

"Eh abang Alan senyum-senyum sendiri loh."

Alan, cowok itu belum sadar jika Akbar menyindirnya. Alan masih fokus menatap layar ponsel sembari senyum-senyum tidak jelas.

"Kenapa sih kawan?" tanya Ilham mendekati Alan. Di detik itu, barulah Alan sadar. Cowok itu langsung menepis tangan Ilham yang melingkar di pundaknya.

"Ck! Apaan?!"

"Lo yang kenapa, Lan? Senyum-senyum gak jelas? Gila lo?"

"Bukan urusan lo!"

"Eh badan lo anget, lo demam ya?" Ilham merasa badan Alan terasa lebih hangat dari orang normal pada umumnya. Tadi saat Alan berusaha menyingkirkan tangan Ilham, tangan Ilham tidak sengaja bersentuhan dengan kulit tangan Alan.

"Gak."

"Lah malah pergi. Kebiasaan banget apa-apa jawabnya gak! Gak! Gak! Udah kaya mau gue apain aja," gerutu Ilham tidak habis pikir.

"Muka lo kek om om mesum, Ham. Makanya Alan takut," ledek Akbar.

"Gala tuh yang kaya om om mesum. Sukanya sama bocil polos kek Riri."

Gala melotot tidak terima. "Ayo ngomong sekali lagi! Gue patahin kepala lo!"

"Enggak bos ampun!"

Akbar tertawa terbahak-bahak melihat Ilham lari ngibrit ke dalam markas karena takut dengan ancaman dari Gala yang sebenarnya hanya bercanda saja.

"Hahahaha ku kira suhu ternyata cupu...!!!"

*****

Sudah hampir jam tujuh. Namun belum ada tanda-tanda jika Alan akan datang. Meisya jadi ketar-ketir sendiri. Apa hari ini Alan tidak datang menjemputnya?

Meisya mengacak rambutnya frustasi. Ah, kenapa rasanya tidak rela. Bukankah memang ini yang ia inginkan? Alan berhenti mengejar dan mengganggunya lagi? Namun kenapa sekarang dirinya justru merasa seolah kehilangan?

"Ck, gue kenapa sih?" monolog Meisya. "Harusnya gue seneng dong Alan gak jemput lagi. Kan dari kemaren gue yang minta dia buat berhenti ganggu gue. Ah, tapi masa cuma segini doang perjuangan dia?!"

ALAN [END]Where stories live. Discover now