"Lo mau pesen apa, Ham? Biar gue pesenin deh. Mumpung gue baik hati."

"Lo bayarin sekalian ya?"

"Iye!" balas Akbar agak ngegas. Sudah baik dirinya mau memesankan. Ternyata Ilham tidak tahu diri. Malah minta dibayarin. Ya begitulah, si jenglot.

"Em, apa ya?" kata Ilham sok mikir. "Gado-gado aja deh, tapi tambah es teh satu, tambah es jeruk satu, tambah cilok satu, tambah batagor satu, tambah bakso satu, tambah...."

"Gak tau diri lo bangsat!" teriak Akbar tepat di telinga Ilham. "Gak tambah-tambahan! Gado-gado sama es teh aja!"

Ilham terkekeh sambil mengusap-usap telinganya. "Dih, gak ikhlas bener lo, Bar."

"Lo mau nitip gak, Sar?" Nada Akbar langsung berubah kalem saat bertanya pada Sarah.

"Gak, kak," tolak Sarah.

"Lo Lan?"

Alan hanya menggeleng lalu kembali memerhatikan Meisya. Gadis itu terlihat sibuk meracik baksonya. Ralat, sok sibuk. Hanya untuk mengindari interaksi dengan Alan.

"Sambelnya dong, Sar."

"Jangan banyak-banyak sambelnya," peringat Alan.

"Apa sih?! Ikut campur aja," dumel Meisya sebal.

"Kamu kemaren pingsan selain karena kecapekan juga karena sakit perut kan? Gara-gara makan pedes. Inget."

Meisya tidak peduli. Gadis itu justru menambahkan banyak sambel di kuah baksonya. Membuat Alan geleng-geleng tidak paham.

"Sya, sambelnya jang..."

"Bukan urusan lo!" gas Meisya membuat Alan mengatupkan bibirnya.

Brakk

Meisya terkejut. Saat dirinya hendak mengambil sambel untuk kesekian kalinya. Tempat sambel yang semula ada di depannya justru Alan lempar hingga berserakan di lantai.

Ilham dan Sarah pun sama terkejutnya dengan Meisya. Namun mereka lebih memilih untuk diam karena tidak mau ikut campur.

"Sorry, gak sengaja," kata Alan dengan entengnya. Alan mengambil tempat sambelnya yang sudah kosong. Karena isinya tumpah semua.

Meisya menatap Alan jengkel. Sangat jengkel. Ia tahu Alan memang sengaja melakukan hal itu. Tidak mungkin tidak sengaja. Karena tadi Alan melemparnya bukan menyenggolnya.

"Kenapa gak dimakan?" tanya Alan menatap bakso milik Meisya yang masih utuh. Tidak tersentuh sama sekali.

Meisya membanting garpu dan sendok nya hingga menimbulkan suara dentingan yang cukup keras. Kemudian pergi dari kantin tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Sya..."

"Biar gue yang kejar," sela Alan memotong panggilan Sarah.

Alan tersenyum penuh arti. Sebelum menyusul Meisya ke kelasnya, cowok itu menghampiri tukang ojek online untuk mengambil makanan yang ia pesan.

Misinya berhasil. Alan tidak akan membiarkan Meisya memakan makanan yang kurang sehat seperti bakso dengan banyak sambal seperti tadi. Maka dari itu, Alan sengaja membuat Meisya kesal sembari menunggu datangnya makanan sehat yang sudah ia pesan.

*****

"Gue gak mau pulang naik motor!"

Di tengah suara hujan yang begitu deras, Alan mencoba mencerna baik-baik ucapan Meisya barusan. Ya, gadis itu tidak mau pulang naik motor bersamanya. Padahal Alan sudah berusaha membeli jas hujan ke luar area sekolah hingga tubuhnya basah kuyup hanya demi Meisya. Namun lagi-lagi, gadis itu justru menolaknya.

ALAN [END]Where stories live. Discover now