57. Pembawa Sial

Mulai dari awal
                                    

Tatapan tajam Meisya beralih ke Alan. Ia menatap Alan remeh. "Dan ini, cowok terbrengsek yang pernah gue kenal!" tunjuk Meisya tepat di depan wajah Alan yang masih terlihat datar.

"Lihat kan? Mereka berdua sama-sama diem! Karena apa yang gue omongin itu bener!" tambah Meisya menggebu-gebu. Semuanya semakin percaya dengan apa yang Meisya bicarakan. Karena faktanya, baik Angel dan Alan, mereka berdua memang tidak menyangkal sama sekali.

Plak!

"CUKUP MEISYA!" bentak Alan setelah memberi Meisya satu tamparan di pipinya.

"Sekali lagi lo jelekin Angel di depan gue, habis lo sama gue!" ancam Alan tidak main-main.

"Lo itu cuma cewek egois! Pembuat onar! Murahan! Pembawa sial!" tambah Alan meluapkan semua rasa kesalnya yang sudah ia tahan sejak tadi. Emosi Alan meletup-letup begitu saja melihat tingkah Meisya yang semakin menjadi-jadi.

Sementara Meisya. Gadis itu masih diam membeku sembari memegang pipi bekas tamparan Alan. Meisya masih tidak percaya dengan apa yang Alan lakukan padanya barusan. Itu seperti...bukan Alan.

"Gue egois?" tanya Meisya dengan lelehan air mata di pipinya. "Lo yang egois! Lo bahkan bohongin gue selama ini! Lo macarin gue cuma buat jadiin gue sebagai bayang-bayang seseorang!"

"Brengsek lo! Bajingan!" umpat Meisya.

Alan menunjuk wajah Meisya dengan tatapan benci sebenci-bencinya. "Lo gak tau apa-apa! Bahkan gara-gara lo! Gue kehilangan orang yang gue sayang! Dan sekarang gue gak bakal biarin lo lakuin hal yang sama pada Angel!"

Setelah itu Alan menarik Angel pergi dari kerumunan. Angel yang sejak tadi hanya larut dalam isak tangisnya pun tidak menolak saat Alan menariknya pergi.

"Meisya..." cicit Sarah. Gadis itu merutuki kebodohannya yang terlambat datang. Sarah baru tahu setelah dikasih tahu oleh teman sekelasnya kalau Meisya sedang adu mulut dengan Angel dan Alan di kelas Angel.

"Sya lo..."

"Gue gak papa."

Meisya menyingkirkan tangan Sarah yang hendak menyentuh pipinya yang memerah. Setelah itu Meisya berlari keluar kelas dengan rasa sesak yang memenuhi sudut dadanya. Entah kemana ia akan pergi. Meisya hanya ingin menenangkan dirinya sembari memahami maksud dari ucapan Alan yang terakhir.

"Lo gak tau apa-apa! Bahkan gara-gara lo! Gue kehilangan orang yang gue sayang! Dan sekarang gue gak bakal biarin lo lakuin hal yang sama pada Angel!"

Apa maksud Alan? Meisya sama sekali tidak mengerti.

*****

"Pake jaket gue." Andra menyodorkan jaket hitam miliknya pada Meisya.

"Gak usah," tolak Meisya masih keras kepala.

Andra menghela napas berat. Tadi saat Andra membolos ia tidak sengaja melihat Meisya jalan kaki dengan baju seragam yang basah kuyup. Lalu Andra mengajak Meisya untuk berteduh sebentar.

"Sya, baju lo basah semua. Dan itu ngebuat tubuh lo..." Andra menggantungkan ucapannya lalu menatap Meisya dengan tatapan...

Menyadari hal itu Meisya buru-buru mengambil jaket milik Andra. "Sini gue pake!"

Sial! Meisya lupa kalau baju seragamnya basah kuyup begini pasti akan membuat bentuk tubuhnya tercetak dengan jelas dan itu bisa mengundang hal negatif untuk cowok bermata keranjang. Tapi untung saja tubuhnya kerempeng. Jadi mau tercetak pun Meisya yakin tidak ada yang minat.

Andra terkekeh. "Dari tadi kek. Ditawarin pake jaket gak mau mulu. Gue gak mau aja cowok-cowok natap lo dengan tatapan lapar."

Masalahnya saat ini mereka ada di tempat umum. Di kafe dekat SMA Cakrawala dan suasananya memang sedang ramai. Andra merasa tidak nyaman karena sejak mereka masuk ke dalam kafe ini, ada beberapa cowok yang terus memerhatikan Meisya.

ALAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang