47. Meisya vs Selena

Start from the beginning
                                    

Andin menghela napasnya kasar. "Kualat kamu."

Erlang nyengir. "Bercanda elah, ma. Mama gak asik ah gak bisa diajak bercanda. Gimana kalo Erlang ajak nikah aja?"

"Istighfar bang," sahut Aksa yang sejak tadi hanya mengamati pembicaraan mereka.

Selain itu Erlang juga langsung mendapat plototan tajam dari Anton, sang papa. "Berani kamu nikahin mama. Papa nikahin nenek kamu, Lang. Biar kita impas," ujar Anton sok serius.

"Gak papa, nikahin aja," enteng Erlang.

"Udah, udah, kamu itu Lang. Bisanya cuma bikin ribut mulu. Gak punya keahlian yang lain apa?" kesal Andin menatap anaknya dongkol.

"Punya," angguk Erlang. "Erlang bisa bikinin mama cucu. Kalo mau sekarang, Erlang si...auhhh iya-iya ma, ampun!!"

Andin melepaskan cubitan yang ia berikan di perut Erlang. "Ayo sekali lagi ngomong gitu. Mama coret kamu dari kartu keluarga," tantang Andin melotot tajam.

"Coret aja ma," kompor Aksa yang tertawa cekikikan bersama Anton. Senang rasanya melihat Erlang dimarahi oleh Andin.

"Pake tipe-x aja ma, jangan dicoret nanti di...iya-iya Erlang bercanda mama!!" Erlang berusaha melepaskan cubitan mamanya.

Andin menjauh dari Erlang. Wanita paruh baya itu geleng-geleng kepala. Menghadapi Erlang memang beresiko besar terkena tekanan darah tinggi.

"Ngapain sih lo teriak-teriak mulu dari tadi?" Alan, cowok yang sudah rapi dengan pakaian kasualnya itu menghampiri Erlang. Alan rapi karena memang cowok itu mau malam mingguan bersama Meisya.

Semua orang menoleh pada Alan. "Mau ke mana bang?" tanya Anton.

"Meisya ya?" tebak Andin.

Alan hanya mengangguk lalu bergumam pelan sebagai jawaban. "Hm."

"Bang Al, Aksa titip salam ya buat kakak cantik. Kakak cantik suruh main ke sini. Main sama Aksa," pesan Aksa semangat.

"Iya," angguk Alan.

"Nah, kebetulan kan pada ngumpul semua," kata Erlang mengalihkan atensi mereka semua.

"Mau ngapain, Lang?" tanya papanya bingung.

"Bentar, pa," jawab Erlang. "Baby come here!!!" teriak Erlang ke arah pintu utama.

Tidak lama kemudian muncullah sosok gadis cantik dengan dress selutut dan rambut bergelombang yang dibiarkan tergerai.

Gadis itu tersenyum ramah. Meski tidak tahu siapa saja orang yang ada di hadapannya itu.

"Ini pacar Erlang," kata Erlang santai. Tidak tahu saja bahwa jantung gadis di sebelahnya itu sudah dag dig dug tidak karuan. Merasa sangat canggung dan gugup karena baru pertama kali bertemu dengan keluarga Erlang. Apalagi lengkap begini.

"Ini beneran pacar kamu?" tanya Anton sedikit tidak percaya. "Cantik banget."

Andin tersenyum manis pada gadis itu. "Hei cantik, siapa namanya?"

"Friska tante," jawabnya malu-malu.

"Kenal di mana, Lang? Kayanya bukan temen satu sekolah kamu ya?" tebak Anton sok tahu. "Temen satu sekolah kamu kan butek-butek gak ada yang bening," canda Anton terkekeh pelan.

"Nemu di jalan," jawab Erlang tanpa beban.

"Hah? Kok bisa?" heran Anton. "Udah pacaran berapa lama?"

"Bisa dong. Kemarin dia lagi di halte sendirian nunggu bis dateng. Ya udah Erlang tawarin pulang bareng sekalian jadi pacar. Dianya mau, ya udah," jelas Erlang jujur membuat Friska jadi malu.

ALAN [END]Where stories live. Discover now